Empat Hal Supaya Anak Tidak Menjadi Korban Bullying


TintaSiyasi.com -- Merespons maraknya kasus bullying, Pemerhati Keluarga dan Generasi, Ustazah Dedeh Wahidah Ahmad memaparkan bagaimana upaya orang tua supaya anak tidak menjadi korban bullying dalam Tsaqafah Islam (keluarga) bertema Agar Anak Tidak Menjadi Korban dan Pelaku Bullying di kanal YouTube Muslimah Media Center (MMC), Ahad 
(1 Oktober 2023).

Menurut Ustazah, bullying atau perundangan dampaknya sangat luar biasa, baik untuk anak yang menjadi korban, maupun lingkungannya, dan ini menjadi ancaman yang serius. 

"Bullying bisa berupa perkataan, hinaan, atau tindakan pelecehan. Seorang anak yang mengalami tindakan bullying, acapkali dia menarik diri, tidak mau sekolah, tidak mau bergaul, bahkan ada yang nekat melakukan bunuh diri. Maka dari itu sangat jelas bahwa bullying tidak bisa dibiarkan," tegasnya.

Lantas katanya, apa yang harus dilakukan orang tua supaya anak-anak atau generasi kita tidak menjadi korban bullying? Biasanya seorang anak yang menjadi korban bullying karena ada sesuatu yang menjadi objek perundungan. Apakah penampakkan fisiknya, gaya berjalan, cara berbicara, pemalu, dan lainnya. 

"Oleh sebab itu upaya yang harus dilakukan orang tua terhadap anak dalam menyikapi kasus bullying adalah pertama, tanamkan rasa percaya diri pada anak bahwa dia seorang Muslim, dan Muslim adalah makhluk yang paling baik di antara ciptaan Allah SWT yang lainnya," tuturnya

Kemudian ia menambahkan dengan membacakan firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 110.

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

"Maka, orang tua harus membangun percaya diri pada anak berdasarkan keimanan, sehingga bisa menjaga karakter Muslim dengan berupa ketakwaan," pesannya.

Kedua, orang tua harus memastikan kemampuan anak dalam berkomunikasi supaya ia lantang berbicara, mampu mengekspresikan harapannya, dan keinginannya, sehingga dari situ muncul percaya diri.

"Oleh karena itu orang tua memiliki PR bagaimana melatih kemampuan anak dalam mengungkapkan apa yang dirasakan, didengar, diinginkan, termasuk rasa sakitnya, kesulitannya, dan lain sebagainya," katanya 

Ketiga, orang tua mempunyai kewajiban untuk membangun kemampuan penyelesaian masalah. Anak-anak yang tidak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, dia akan minder dan menarik diri dari lingkungan. Sehingga, hal itulah yang menjadi pemicu ia di bullying.

"Namun, anak-anak yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, misalnya ketika ia ada yang menantang, maka ia berani maju, dan ketika ada yang mengancam, ia pun berani melawan. Karena dia memiliki jalan keluarnya. Maka pada saat itu, peluang untuk terjadinya bullying bisa diatasinya sendiri," imbuhnya.

Keempat, membangun paradigma bahwa ketika ada masalah, itu bukan aib. Misalnya ketika seorang anak mempunyai permasalahan di pertemanannya, baik di sekolah, maupun di lingkungan bermainnya. Mungkin ia pernah melakukan kesalahan, dan ketika paradigmanya salah, maka ia akan menganggap bahwa kesalahan itu sebagai kegagalan, ketidakmampuan itu suatu aib, maka ia akan terkendala untuk melaporkan atau memberitahukan kepada orang tua, guru, atau orang-orang yang sebetulnya bisa membantunya.

"Namun, dia malu, sehingga masalah itu dipendam sendiri dan ditutup-tutupi, sehingga bukan tidak mungkin suatu saat itu menjadi pemicu dia menjadi korban bullying" ujarnya.

Maka dari itu pesannya, tanamkan kepada anak-anak bahwa yang namanya orang baik, orang yang berhasil, bukan dia yang tanpa masalah. Kesalahan, kesulitan, dan kekurangan itu bukanlah aib, tetapi itu adalah sesuatu yang harus diselesaikan.

"Sebagai orang tua, guru, dan temannya harus siap membantu, sehingga ketika anak dibekali dengan pemahaman tersebut, maka dia akan siap menjadi pribadi yang bisa untuk melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri, termasuk ketika ada ancaman-ancaman perundungan," tandasnya [] Nurmilati

Posting Komentar

0 Komentar