TintaSiyasi.com -- Masa puluhan tahun bukan waktu yang pendek. Lebih dari cukup untuk berlatih lebih matang. Apalagi rentang ratusan tahun. Peluang untuk semakin memiliki kepribadian ajek, dewasa dan jadi panutan, kian terbuka lebar.
Sabtu, 28 Oktober 2023, Sumenep memasuki usia ke-754. Tradisi tahunan berupa perayaan Hari Jadi akan digelar. Menu utamanya adalah drama tarian kolosal Prosesi Arya Wiraraja Sumenep. Pertunjukan akan dihelat sejak pukul tujuh pagi, bertempat di kota lama Kalianget.
Selain drama kolosal, ada juga pertunjukan topeng dalang, dhammong kreasi, saronen, jaran serek, juga kirab masyarakat. "Ada juga khusus kirab dari tujuh desa. Kami juga mengikutsertakan tong-tong serek, tujuh kereta kencana, termasuk kirab dari organisasi perangkat daerah (OPD) dan camat," ungkap Cak Fauzi, Bupati Sumenep yang dilansir oleh detikNews (Senin, 23/10/2023).
Apa yang sekiranya layak kita persembahkan sebagai bagian turut berkiprah dalam agenda tahunan tersebut? Jika secara umum peran serta dimaknai sebagai keterlibatan dalam perhelatan, boleh juga mengambil perhatian berbeda untuk dijamah. Semisal, menetapi tugas sebagai warga dalam menyampaikan masukan dan koreksi. Berkenaan seremonial Hari Jadi Kabupaten Sumenep tahun 2023 ini kita sampaikan beberapa catatan.
Pertama, mengacu pada riwayat bagaimana seorang pemimpin paling teladan menghikmati hari kelahirannya. Beliau saw ditanya tentang puasa pada hari Senin, Beliau bersabda, "Pada hari itu aku dilahirkan, dan pada hari itu diturunkan kepadaku (Alquran)."
Kedua, momentum instropeksi diajarkan oleh Rasulullah saw untuk mendapatkan kesimpulan perihal dinamika kehidupan. Dawuh Beliau, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka dia celaka."
Dari dua wasiat di atas, analogi untuk dilakukannya muhasabah diri, bisa dilakukan pada momentum Hari Jadi. Menjadikan even tahunan bermula dari fase instropeksi, kemudian merumuskan rundown acara yang bisa dikalkulasi lebih maknawi. Dalam kamus intelegensia, level tertinggi ada di spiritual, lalu ada emosional di bawahnya. Sedangkan kecerdasan akal dan kerja material berada pada posisi paling bawah.
Ketika mencermati ragam pertunjukan yang dideskripsikan di atas, titik tekan Hari Jadi Sumenep Ke-754 masih didominasi spirit material. Terlihat intensitas membangkitkan budaya lokal. Muara perhelatan didesain agar bisa menyedot banyak pengunjung, dan mesin ekonomi diharapkan bergerak di sepanjang akumulasi acaranya.
Tentu, tidak keliru jika Pemerintah Kabupaten Sumenep menginginkan laba besar dari aspek ekonomi. Akan tetapi, membiarkan masyarakat tergiring kepada titik kumpul yang rentan pelanggaran syariah, bukan pula kebaikan. Ikhtilat warga laki-laki dan perempuan, abai waktu shalat, buka aurat dan semacam itu semua, beban pelanggarannya tidak mungkin terbalas oleh berapapun keuntungan material.
Dengan demikian, Ibrah menjadikan perayaan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tahun-tahun berikutnya lebih baik, perubahan paradigma wajib dilakukan. Orientasi ekonomi harus diganti dengan ekspresi taat syariah. Sebuah pilihan yang tepat di sepanjang fungsi kekuasaan menggembala rakyatnya. Apalagi pada era yang kepedulian terhadap risalah Sang Pencipta menjadi barang langka dan sangat mahal.[]
Oleh. Ibnu Rusdi
Aktivis Muslim
0 Komentar