Tawaduk: Derajat Tinggi karena Rendah Hati


TintaSiyasi.com -- Sobat. Tawaduk mempunyai dua arti: Pertama, engkau tunduk dan menerima kebenaran dari siapa pun datangnya. Sebab di antara kita ada yang hanya mau menerima kebenaran dari orang yang lebih tua. Bila kebenaran itu datang dari orang yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya, ia tidak akan menerimanya. Tawaduk itu engkau mau menerima kebenaran dari siapa pun, baik kaya maupun miskin, kalangan terhormat maupun rakyat jelata, orang kuat maupun orang lemah, musuh maupun teman.

Sobat. Kedua. Tawaduk itu berarti merendahkan sayap kepada manusia. Engkau ramah dan lembut saat bergaul dengan orang lain, siapa pun dia. Entah pembantu, pelayan, orang terhormat, orang biasa, orang rendahan, ataupun orang besar.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawaduk sehingga seseorang tidak boleh berlaku congkak atas orang lain dan tidak boleh berlaku aniaya.” (HR. Abu Dawud).

Allah SWT berfirman:

وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ  

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman (18): 10).

Sobat. Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada anaknya, yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara:

Pertama. Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda seseorang yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah:
- Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah.
- Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang berkuasa dan yang paling terhormat. Firman Allah:
Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (Al-Isra'/17: 37).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:
Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling membelakangi dan janganlah kamu saling mendengki, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh bagi seorang muslim memencilkan (tidak berbaik) dengan temannya lebih dari tiga hari. (Riwayat Malik dari Anas bin Malik).

Kedua. Hendaklah berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan angkuh atau sombong, dan lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu diibaratkan Allah dengan suara keledai yang tidak nyaman didengar.

Yahya bin Jabir ath-tha'i meriwayatkan dari Gudhaif bin haris, ia berkata, "Aku duduk dekat 'Abdullah bin 'Amr bin al-'ash, maka aku mendengar ia berkata, 'Sesungguhnya kubur itu akan berbicara dengan orang yang dikuburkan di dalamnya, ia berkata, 'Hai anak Adam apakah yang telah memperdayakan engkau, sehingga engkau masuk ke dalam liangku? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku rumah tempat engkau berada sendirian? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku tempat yang gelap? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku rumah kebenaran? Apakah yang memperdayakan engkau sehingga engkau masuk ke dalam liangku? Sesungguhnya engkau waktu hidup menyombongkan diri."

Sederhana atau wajar dalam berjalan dan berbicara bukan berarti berjalan dengan menundukkan kepala dan berbicara dengan lunak. Akan tetapi, maksudnya ialah berjalan dan berbicara dengan sopan dan lemah lembut, sehingga orang merasa senang melihatnya. 

Adapun berjalan dengan sikap gagah dan wajar, serta berkata dengan tegas yang menunjukkan suatu pendirian yang kuat, tidak dilarang oleh agama.

Menurut suatu riwayat dari 'Aisyah ra bahwa beliau melihat seorang laki-laki berjalan menunduk lemah, seakan-akan telah kehilangan kekuatan tubuhnya, maka beliau pun bertanya, "Mengapa orang itu berjalan terlalu lemah dan lambat?" Seseorang menjawab, "Dia adalah seorang fuqaha yang sangat alim." Mendengar jawaban itu 'Aisyah berkata, "Umar adalah penghulu fuqaha, tetapi apabila berjalan, ia berjalan dengan sikap yang gagah, apabila berkata, ia bersuara sedikit keras, dan apabila memukul, maka pukulannya sangat keras."

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang tawaduk kepada Allah, pasti Allah muliakan.” (HR Muslim). Dalam riwayat yang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang tawaduk satu derajat kepada Allah, Allah angkat ia satu derajat hingga mencapai surga tertinggi. Sebaliknya siapa yang sombong satu derajat kepada Allah, Allah rendahkan ia satu derajat hingga mencapai nerakah terbawah.” (HR. Imam Ahmad).

Ya Allah karuniakan sikap tawaduk kepada kami. Ya Allah buat kami menyukai sikap tawaduk. Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari sifat sombong. Ya Allah buat kami benci kepada sifat sombong. Ya Allah bantu kami agar bisa berzikir, bersyukur, dan beribadah dengan baik kepadamu. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual

Posting Komentar

0 Komentar