Masalah Stunting Tidak Akan Selesai, Mengapa?


TintaSiyasi.com -- Masalah stunting tidak akan selesai apabila sistem kehidupan yang diterapkan masih kapitalisme. Mengapa? Stunting menjadi perhatian khusus di negeri ini, pemerintah berupaya agar warga negara mampu bebas dari stunting. Sementara langkah untuk memerangi stunting berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 di antaranya, melalui pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu dan bayi sejak 1000 hari awal kehidupan, ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak serta memenuhi kebersihan.

Namun, apa yang diupayakan oleh pemerintah masih jauh panggang dari api. Pertama, pemenuhan gizi di negeri ini menjadi masalah serius karena penanganan tersebut masih sebatas teori, apabila ingin diatasi secara nyata negara membutuhkan sumber dana yang tidak sedikit.

Sebagai contoh dalam pemenuhan gizi ibu hamil agar janin sehat, bayi yang telah dilahirkan, anak-anak butuh perhatian khusus dan membutuhkan asupan gizi yang banyak jika memang ini jadi perhatian serius. Tetapi, bantuan dari pemerintah belum bisa menuntaskan masalah stunting yang mereka hadapi, karena bantuan sosial yang diberikan tidak signifikan sampai anak mereka bebas stunting, hanya isidental dan orang tua dibiarkan berjuang sendiri membebaskan anaknya dari stunting.

Kedua, memberi solusi yang setengah dan tidak totalitas. Ketika ingin terbebas dari stunting, susu atau makanan yang diberikan tidak main-main, tetapi susu yang memiliki protein tinggi dan harganya juga tidak murah. Apakah pemerintah bersedia memenuhi ini semua? Seumpama ada bayi yang tidak cocok dengan susunya, apakah pemerintah mau mencari alternatif susu lain atau makanan lain untuk mereka?

Ketiga, kurang kontrol terhadap masyarakat. Ketika sudah memberikan penyuluhan dan bantuan kepada masyarakat yang anaknya kena stunting seharusnya dilakukan kontrol secara berkala dan sungguh-sungguh. Selain itu, jika ditemukan permasalahan baru, pemerintah harus siap memberi bantuan selanjutnya.

Keempat, sanitasi lingkungan yang buruk akibat rendahnya taraf berpikir, gaya hidup sekuler dan liberal. Gaya hidup masyarakat hari ini yang pragmatis, membuang sampah sembarangan, membuang sampah di sungai, pembangunan septi tank dan sumur secara berdekatan, pemborosan air, dan masih banyak lagi membuat lingkungan tercemar, terutama sulitnya mendapatkan air bersih. Gaya hidup yang serba bebas juga dipicu oleh taraf berpikir masyarakat yang rendah, membuat mereka hidup seenaknya.

Kelima, kurang tegasnya pemerintah dalam menegakkan AMDAL terhadap para pengusaha atau pabrik. Pembuangan limbah pabrik di sungai ini menyebabkan air sungai tercemar. Apalagi banyak air sungai tercemar karena limbah pabrik dan rumah tangga, belum ada tindakan yang komprehensif untuk menyelesaikan masalah limbah ini. Sehingga banyak air tercemar. Seharusnya pemerintah memberi hukum jera terhadap pelaku perusak lingkungan baik dari kalangan industri, korporasi, maupun masyarakat.

Keenam, ekonomi susah. Jika masalah stunting hanya di penyuluhan tetapi taraf hidup rakyat tidak diangkat, niscaya mereka tidak bisa terbebas dari stunting. Karena kondisi ekonomi yang sulit membuat mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi anaknya. Harga bahan pokok hari ini sudah merangkak naik, apalagi harga pangan sekunder, jika kondisi masih begini, bagaimana mereka bisa memenuhi kekurangan gizi yang diderita anaknya?

Oleh karena itu, masalah stunting ini masalah sistematis yang tidak hanya bisa diselesaikan dengan memberikan penyuluhan pada mereka, tetapi harus ada penyuluhan yang mencerdaskan dan meningkatkan taraf berpikir masyarakat. Selain itu, harus ada usaha konkrit pemerintah untuk menyelamatkan rakyat dari kondisi ekonomi yang kian sulit. Akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme menyebabkan hilangnya peran negara dalam menyetabilkan harga-harga di pasar. Semua diserahkan pasar, rakyat dibiarkan berjuang sendirian mencukupi kebutuhannya. Sekalipun ada bantuan sosial itu hanya bersifat parsial tidak bisa menyentuh akar permasalahan yang mereka hadapi. [] Ika Mawarningtyas 

Posting Komentar

0 Komentar