Islam Mengajarkan Optimisme


TintaSiyasi.com -- Direktur Forum Islamic World Studies Ustaz Farid Wadjdi mengatakan bahwa Islam mengajarkan untuk menanamkan optimisme.
“Islam ini adalah ajaran yang menanamkan optimisme,” tuturnya di YouTube Khilafah Channel Reborn, Jumat (14/4/2023).

Selanjutnya, Ustaz Farid Wadjdi memaparkan, dalam kondisi yang sulit pun Rasulullah SAW. tetap menanamkan optimisme. Ia menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW. menanamkan optimisme tersebut dalam Perang Ahzab atau Perang Khandaq yang merupakan perang  sangat berat. 

Saat menggali parit, Rasulullah SAW. menanamkan optimisme kepada kaum Muslimin. Ketika itu, ada batu yang tidak bisa dipecahkan oleh para sahabat. Namun kemudian Rasulullah berhasil memecahkan batu itu.

“Rasulullah mengatakan, "Aku telah diberikan kunci-kunci kerajaan Romawi’. Berikutnya, pada  pecahan berikutnya Rasulullah mengatakan, ‘Aku telah diberikan kunci-kunci peradaban atau kerajaan Persia’. Dan Rasulullah juga mengabarkan bahwa Yaman akan ditaklukkan oleh umat Islam. Kita bisa bayangkan bahwa Romawi dan Persia adalah negara adidaya. Sementara kaum Muslimin  pada waktu itu masih negara yang kecil,” ulasnya.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa dalam kondisi yang seperti itu pun Rasulullah membangkitkan optimisme di tengah-tengah umat Islam, bahwa Islam akan bisa mengalahkan Persia. Islam akan bisa menaklukkan Romawi, akan menaklukkan Yaman. Sikap optimisme inilah yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. di tengah-tengah umat pada waktu itu.  

Menurutnya, apa yang dikabarkan Rasulullah SAW. untuk menanamkan optimisme di tengah-tengah umat Muslim saat Perang Khandaq, sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah An-Nur ayat 55. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjanjikan kepada kaum Muslimin yang beriman dan beramal shalih, bahwa kaum Muslimin akan diberikan kekuasaan. 

“Imam Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat ini menyebut hadza wa'dun minallahi li rasulihi. Inilah janji Allah kepada Rasul-Nya. Bahwa umat Muhammad ini akan menjadi apa yang disebut sebagai khulafa' al ardh,” terangnya.

Lebih jauh Ustaz menerangkan makna khulafa’ al ardh sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir. Yakni, menjadi pemimpin umat  manusia, dan pengatur urusan-urusan umat manusia (aimmatan naasi wal wulaata 'alaihim).

Namun, ia menyayangkan, optimisme tersebut nyaris hilang di tengah-tengah kaum Muslimin saat ini. Terutama sikap optimisme terhadap umat Islam sendiri. Bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik, bisa memimpin dunia. Bahwa umat Islam bisa mengalahkan Amerika, dan bisa mengusir entitas penjajah Yahudi. 

“Sikap optimisme ini nyaris hilang. Ini yang kemudian membuat umat Islam seolah-olah pasrah dengan kondisi sekarang. Tunduk kepada Amerika, tunduk kepada penjajah Yahudi. Bahkan, melakukan normalisasi atau hubungan diplomatik dengan penjajah Yahudi,” sesalnya. 

Selanjutnya, Ustaz mengajak umat Islam untuk menengok sejarah mereka. Secara retoris ia menanyakan, pernahkah umat Islam menjadi pemimpin manusia. Kapan umat Islam menjadi pengatur urusan-urusan umat manusia dengan ajaran Islam? Ia pun menyampaikan jawabannya, yakni tidak lain ketika di tengah-tengah umat Islam masih berdiri khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.

“Karena itulah, Islam bukan hanya mengajarkan optimisme, tapi Islam mengajarkan visi ke depan. Apa yang harus dibangun oleh kaum Muslimin untuk kemudian bisa menaklukkan, mengalahkan Amerika, mengalahkan entitas penjajah Yahudi, yaitu berjuang bersama-sama untuk menegakkan khilafah 'ala minhajin nubuwwah” pungkasnya. [] Binti Muzayyanah

Posting Komentar

0 Komentar