Setiap Muslim Wajib Menuntut Ilmu

TintaSiyasi.com -- Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa Dr. Ahmad Sastra menuturkan bahwa mengkaji Islam wajib bagi setiap Muslim. 

"Semua orang Muslim bisa memahami dengan baik bahwa setiap pribadi Muslim itu wajib menuntut ilmu," tuturnya di Kabar Petang Khilafah News, Jum'at (24/02/2023).

Ia mengutip sabda Rasulullah saw:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةً عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Mencari ilmu itu wajib atas setiap Muslim. (HR Ibnu Majah).

Kewajiban mencari ilmu, menurutnya, bertujuan agar masyarakat memahami hukum-hukum syariat Allah, hukum-hukum Islam. Sebab, setiap Muslim perbuatannya berhubungan dengan syariat, berhubungan dengan hukum-hukum. Kalau bahasa, orang pesantren, fakkir qobla an ta'zima (berpikirlah sebelum bertindak). 

"Mestinya tindakan-tindakan itu harus dipikirkan hubungannya dengan hukum terhadap perbuatan-perbuatan. Artinya di dalam Islam itu ada hukum-hukum perbuatan, seperti wajib, sunah, mubah dan haram. Tentu ini harus menjadi pemahaman bagi setiap Muslim. Itulah kenapa di dalam Islam menuntut ilmu menjadi wajib, karena untuk memahami perbuatan-perbuatan itu dibutuhkan ilmu, dibutuhkan pemahaman terhadap agama ini. 

Ia menyampaikan firman Allah SWT:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Karena itu siapa saja yang melakukan kebaikan sekecil apapun akan melihat balasan (kebaikan)-nya dan siapapun yang melakukan keburukan sekecil apapun akan melihat balasan (keburukan)-nya. (TQS az-Zalzalah [99]: 7-8).

"Berbicara masalah balasan itu berkaitan dengan pemahaman terhadap perbuatan. Kalau kita berharap mendapatkan balasan kebaikan dari Allah maka kita harus melakukan perbuatan yang baik menurut Allah. Untuk memahami kebaikan dan keburukan menurut Allah itu perlu ilmu. Ilmu itu diperoleh dengan cara mengkaji. Disitulah Allah kemudian mewajibkan setiap Muslim itu untuk menuntut ilmu. Itulah korelasi wajibnya menuntut ilmu," terangnya. 

Ia menjelaskan, kalau Allah menghendaki kebaikan pada siapa saja, maka Allah akan memberikan kepadanya pemahaman tentang agama. Artinya, menghadiri majelis-majelis ilmu  penting terutama bagi seorang ibu, karena di dalam majelis ilmu dijelaskan tentang hukum-hukum Allah, dijelaskan tentang apa itu kebaikan dan keburukan. Karena itulah Imam Ibnu al-Jauzi rahimahullâh mengingatkan:

اعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَ تَلْبِيسِ إبْلِيسَ عَلَى النَّاسِ صَدُّهُمْ الْعِلْمِ؛ لأنَّ العِلْمَ نُوْرٌ، فَإِذَا أَطْفَأَ مَصَابِيحَهُمْ خَبَّطَهُمْ فِي الظُّلْمِ كَيْفَ شَاءَ عن

Ketahuilah bahwa tipuan iblis yang pertama kali kepada manusia adalah dengan membuat mereka berpaling dari ilmu. Sebab sesungguhnya, ilmu adalah cahaya. Saat iblis mampu memadamkan cahaya-cahaya manusia maka iblis bakal mudah menjatuhkan mereka dalam kegelapan (kesesatan) sebagaimana yang dia kehendaki. (Ibnu al-Jauzi, Talbis Iblis, hlm. 739).

"Jadi, kalau keengganan seorang Muslim, kemalasan seorang Muslim menghadiri majelis-majelis ilmu itu bagian dari tipuan iblis. Sebab, sesungguhnya ilmu adalah cahaya, saat iblis mampu memadamkan cahaya manusia maka iblis dengan mudah menjatuhkan manusia dalam kegelapan atau kesesatan sebagaimana yang dia kehendaki. Ini tentu mengingatkan pada kita semua terkhusus pada ibu-ibu," ujarnya. 

Ia mengatakan, umat Islam tidak boleh menjauhi majelis ilmu apalagi malas. Setan selalu menjauhkan umat Islam dari kebaikan. Sementara, majelis ilmu adalah majelis kebaikan, dan setan itu ingin menjerumuskan manusia ke dalam dosa, ke dalam kemaksiatan, kebodohan, ketidaktaatan terhadap hukum-hukum Allah.

"Kalau jauh dari tempat-tempat menimba ilmu, jika yang melakukan seorang pemimpin misalnya, maka kebodohan kesesatan bahkan kegelapan karena tiadanya ilmu akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang tidak berbasis ilmu. Maka, para pemimpin para pejabat yang jauh dari ilmu yang tak menghadiri majelis-majelis ilmu mereka tentu tidak mengenal agama. Secara pribadi mereka bisa melakukan perbuatan maksiat atau melanggar hukum, seperti korupsi, suap menyuap atau penyimpangan yang lain,"  terangnya. 

Demikian juga seorang ayah yang tidak paham agama mungkin akan melakukan KDRT, perselingkuhan. Anak remaja yang tidak hadir dalam majelis ilmu mungkin akan melakukan kemaksiatan. Seperti perzinahan, pacaran, hamil di luar nikah, LGBT dan lain-lain. Itu disebabkan karena tidak adanya ilmu agama tidak adanya kesadaran, komitmen terhadap nilai agama ini. Disinilah urgensi pentingnya untuk hadir di dalam majelis-majelis ilmu. karena pengajian itu sebuah kebaikan, menghadirinya itu mendapatkan cahaya ilmu, cahaya ilmu itu akan ditularkan dari seorang ibu pada anak anaknya. 

"Islam adalah satu-satunya agama yang mengutamakan ilmu, bahkan mewajibkannya untuk menuntut ilmu sehingga otomatis kemuliaan ilmu itu juga kemuliaan bagi penuntutnya," tegasnya. 

Selanjutnya ia mengutip firman Allah QS. Al-Mujadalah [58]: 11. Allah SWT berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ

دَرَجَاتٍ

Artinya:
Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan mereka yang diberi ilmu beberapa derajat.

Ia menjelaskan, Allah memulai firman-Nya dengan diri-Nya sendiri, kemudian tentang para malaikat kemudian ahli ilmu ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan ahli ilmu. Allah juga berfirman dalam surah Fathir ayat 28.

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.

"Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang punya ilmu itu kedudukannya sangat mulia karena ilmu itu juga mulia. Orang mulia itu orang yang sangat memahami kedudukannya. Allah mengangkat derajatnya, pemahaman dia dengan ilmunya itu menjadikan dia takut kepada Allah. Takut kepada Allah akan melahirkan akhlaq mulia, perbuatan mulia karena yang ditakuti itu Allah," imbuhnya. 

Ia menambahkan, khusus ibu-ibu justru menjadi sangat penting mengaji. memang di masyarakat faktanya ibu-ibu memang lebih rajin ngaji dibanding bapak-bapak. Ada soal yang lebih penting yaitu seorang ibu adalah pendidik anaknya dirumah. Artinya, baik buruknya generasi, baik buruknya anak-anak sangat bergantung pada peran ibu. Meminjam kata-kata penyair Mesir, Hafizh Ibrahim:

ألأمُ مَدرَسَةٌ إِذا أَعْدَدْتَها أَعْدَدْتَ شَعباً طَيْبَ

الأعراق

Ibu itu madrasah (sekolah). Jika Anda mempersiapkan (dengan baik) kaum ibu, berarti Anda mempersiapkan (dengan baik) generasi keturunan yang baik.

"Jadi, ibu adalah madrasah pertama, sekolah pertama. Ibu lah yang kemudian berkewajiban secara langsung mendidik anak-anaknya dari kandungan hingga lahir bahkan sampai balig. Ini kan luar biasa sebenarnya. Bagaimana kalau madrasah nya itu tidak punya ilmu. Dengan memahami segala aspek ini, mereka mempunyai pemahaman agama yang kaffah dan bermanfaat. Anak- anaknya juga akan menjadi anak yang hebat, anak-anak yang berkepribadian Islam, anak-anak yang luas pemiikirannya dan tentu berkepribadian Islam. Mempunyai pola pikir yang islami, pola sikap Islam, ini sebagai gambaran betapa pentingnya ibu-ibu menghadiri majelis ilmu," pungkasnya. [] Rina.

Posting Komentar

0 Komentar