Kendalikan Hawa Nafsu Syahwat dan Takutlah Kepada-Nya

TintaSiyasi.com -- Sobat. Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah, memperoleh pahala dan kasih sayang-Nya, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya, maka hendaklah dia mencegah nafsunya demi melampiaskan syahwat duniawi, dan hendaknya dia bersabar dalam menghadapi kesulitan dan musibah dunia.

Sobat. Sesungguhnya nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan adalah musuh yang lebih berbahaya daripada iblis. Syetan mampu mengalahkanmu hanya melalui bujukan hawa nafsu dan syahwat. Jangan sampai nafsumu menipumu dengan angan-angan dan tipu daya, karena diantara karakter nafsu adalah merasa aman, lalai, istirahat, lemah dan malas. 

Sobat. Nafsu adalah berhala. Barangsiapa yang menjadi hamba nafsu, berarti dia telah menyembah berhala. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan ikhlas, dialah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya.

Sobat. Seorang mukmin seyogyanya takut terhadap siksa Allah dan mencegah dirinya dari melampiaskan nafsu syahwatnya. Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah dan mendapatkan pahala dan kasih sayang-Nya, maka hendaknya dia bersabar terhadap kerasnya dunia, sabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat.

Rasulullah SAW bersabda, “ Jika jasad seorang hamba gemetar karena takut kepada Allah, maka dosanya berguguran seperti dedaunan berguguran dari pohonnya.” Seringkali Umar bin Khaththab menangis hingga air matanya mengalir dari kedua matanya, sehingga di atas permukaan pipinya terdapat dua garis hitam bekas aliran air mata. Beliau pernah berkata, “ Orang yang menangis karena takut kepada Allah tidak akan masuk neraka hingga susu kembali ke dalam kantong kelenjarnya.”

فَأَمَّا مَن طَغَىٰ وَءَاثَرَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا فَإِنَّ ٱلۡجَحِيمَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ  

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya."( QS.An-Nazi’at (79) : 37-41).

Sobat. Adapun orang-orang yang sombong dan melampaui batas, lebih mengutamakan kelezatan kehidupan dunia dari pahala di akhirat. Maka sesungguhnya neraka Jahimlah tempat kediamannya. Sebaliknya ditegaskan pula bahwa orang-orang yang takut dan mengadakan persiapan karena memandang kebesaran Tuhannya serta menahan diri dari ajakan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat kediamannya yang kekal dan abadi. Alangkah beruntung mereka memperoleh bagian seperti itu.

Sobat. Saydina Ali bin Abi Thalib berkata, “ Aku dan nafsuku, tak lain adalah seperti seorang penggembala kambing. Setiap kali dia mengumpulkan kambing itu dari satu sisi, kambing itu bertebaran ke sisi yang lain. Barangsiapa membunuh (Menahan ) nafsunya, maka dia akan dibungkus dengan kafan kasih sayang dan dikuburkan di bumi kemuliaan. Barangsiapa membunuh (mematikan) hatinya, maka dia akan dibungkus dengan kafan laknat dan dikuburkan di bumi siksaan.”

Sobat. Lawanlah nafsumu dengan ketaatan dan riyadhah. Riyadhah adalah meninggalkan tidur, sedikit bicara, dan bersabar menanggung luka (penderitaan) akibat ulah manusia, dan sedikit makan.

Allah SWT berfirman :

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلۡأٓخِرَةِ نَزِدۡ لَهُۥ فِي حَرۡثِهِۦۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ 

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” ( QS. Asy-Syura (42) : 20 )

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa barang siapa yang menghendaki pahala dengan amal dan usahanya, Allah akan memudahkan baginya untuk beramal saleh, kemudian Dia mengganjar amalnya itu, satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai berlipatganda menurut kehendak Allah. Begitu pula sebaliknya, barang siapa mengharapkan dari amal usahanya kemewahan dunia dengan segala bentuknya dan tidak sedikit pun mengharapkan amalan dan pahala akhirat.

Allah SWT akan memberikan sebanyak apa yang telah ditentukan baginya, tetapi ia tidak akan memperoleh sedikit pun pahala akhirat karena amal itu sesuai dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasan amalnya sesuai dengan niatnya, sebagaimana sabda Nabi SAW:

"Amal itu menurut niatnya, dan bahwasanya bagi setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
 
Qatadah berkata, "Sesungguhnya Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang amalnya diniatkan untuk akhirat selain untuk kesenangan dunia menurut kehendaknya. Allah tidak memberikan pahala di akhirat kepada orang yang beramal dengan niat memperoleh kenikmatan dunia saja." Hal ini sejalan dengan firman Allah:

 مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعَاجِلَةَ عَجَّلۡنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلۡنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ يَصۡلَىٰهَا مَذۡمُومٗا مَّدۡحُورٗا وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا  

"Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik." (al-Isra'/17: 18-19)

Sobat. Allah swt mengelompokkan manusia ke dalam dua golongan: golongan yang mencintai kehidupan dunia dan golongan yang mencintai kehidupan akhirat. Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan golongan yang pertama, sedangkan golongan yang kedua disebutkan dalam ayat berikutnya. Ketika menyebutkan golongan yang pertama, Allah swt menyatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dengan kenikmatannya yang dapat mereka rasakan, maka Allah swt menyegerakan keinginan mereka itu di dunia sesuai dengan kehendaknya. Tetapi di akhirat, mereka tidak mendapat apapun kecuali azab neraka.

Pernyataan ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak mempercayai adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, sehingga mereka yakin bahwa tidak ada lagi kehidupan sesudah kehidupan di dunia ini. Itulah sebabnya mengapa mereka terlalu rakus terhadap kekayaan dunia dan kemewahannya, padahal kehidupan dunia serta kenikmatannya bersifat sementara. Oleh karena itu, kehidupan di dunia dan kemewahannya itu digambarkan Allah sebagai suatu yang segera dapat diperoleh dan dirasakan, tetapi segera pula musnah dan berakhir. Firman Allah SWT :
 
"Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan." (Ali 'Imran : 178)

Kemudian Allah SWT mengancam mereka dengan ancaman neraka Jahanam sebagai balasan yang pantas bagi mereka. Di dunia, mereka akan mengalami kesedihan yang mendalam karena berpisah dengan kemewahan dunia yang sangat mereka cintai ketika ajal datang merenggut. Sedangkan di akhirat, mereka akan mengalami penderitaan yang seberat-beratnya dan menyesali perbuatan tercela yang mereka lakukan di dunia.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan golongan yang kedua. Allah SWT menyatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh serta tetap beriman, maka dialah orang yang usahanya mendapat balasan yang baik. Yang dimaksud dengan orang-orang yang menghendaki kehidupan akhirat ialah orang-orang yang mencita-citakan kebahagiaan hidup di akhirat, dan berusaha untuk mendapatkannya dengan mematuhi bimbingan Allah serta menjauhi tuntutan hawa nafsunya. Orang yang demikian ini selama hidupnya di dunia menganggap bahwa kenikmatan hidup di dunia serta kemewahannya adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dan digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya.

Itulah sebabnya di akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa orang yang demikian itulah yang akan mendapat balasan dari Allah dengan pahala yang berlimpah-limpah, sebagai imbalan dari amalnya yang saleh dan ketabahannya melawan kehendak hawa nafsu. Ia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus dan kekal selama-lamanya di sana.

Dalam ayat ini disebut tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang itu mencapai kebahagiaan yang abadi yakni :

Pertama, Adanya kehendak untuk melakukan suatu perbuatan dengan meng-utamakan kebahagiaan akhirat di atas kepentingan duniawi.

Kedua, Melakukan amal saleh sebagai perwujudan niatnya mendapatkan kebahagiaan akhirat dengan jalan menaati perintah Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.

Ketiga, Menjadi orang mukmin, karena iman merupakan dasar untuk diterima atau tidaknya amal perbuatan. Seseorang yang hatinya kosong dari iman, tidak akan mungkin menerima kebahagiaan yang abadi itu.[]

Oleh : DR Nasrul Syarif M.Si. 
(Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Posting Komentar

0 Komentar