Bagaimanakah Cara Bersyukur?

TintaSiyasi.com -- Sobat. Syukur itu ketaatan kepada Allah. Percayalah, semua yang Anda niatkan karena Allah pasti akan tercapai dengan gemilang tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Bahkan semua akan bermakna manakala diniatkan karena Allah semata. Mencari ilmu karena Allah. Mempelajari apa saja karena Allah. Mencari harta karena Allah. Mengejar impian juga karena Allah. Begitu seterusnya. “Dan segala sesuatu yang diniatkan karena Allah, itulah yang akan mencapai puncak kesuksesan dan kejayaan yang abadi.”

Sobat. Dikisahkan ada seseorang laki-laki berkata kepada Abu Hazm, “Bagaimanakah cara syukurnya kedua mata, hai Abu Hazm?” Ia menjawab, “ Jika dengan keduanya kau melihat kebaikan, kau segera mengumumkannya. Namun, jika dengan keduanya kau melihat keburukan, kau segera menutupinya.”
Laki-laki itu kembali bertanya, Bagaimanakah cara syukur kedua telinga? Jawabnya,” jika dengan keduanya kau mendengar kebaikan, kau menjadi sadar. Namun jika dengan keduanya kau mendengar keburukan, kau segera menolaknya.”

Bagaimanakah cara syukurnya kedua tangan? Jawab Abu Hazm,” Jangan pernah kau mengambil sesuatu yang bukan hakmu.Jangan pula kau halangi hak-hak Allah atas keduanya.” 
Bagaimanakah cara syukurnya perut ? Jawabnya, “ Hendaklah kau jadikan bagian bawahnya makanan dan bagian atasnya pengetahuan.”

Bagaimanakah cara syukurnya kemaluan? Jawabannya ada dalam QS Al-Ma’arij (70) ayat 29-31 :

وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al- Maárij (70) : 29-31).

Sobat. Dalam dua ayat ini diterangkan sifat manusia yang hatinya tenteram, tidak berkeluh kesah dan tidak kikir, yaitu orang yang menjaga kehormatannya dan tidak melakukan perbuatan zina. Mereka hanya melakukan apa yang telah dihalalkan, hanya menggauli istri-istri mereka atau dengan budak-budak perempuan yang telah mereka miliki.

Perkataan fa innahum gairu maluumiin (maka sesungguhnya mereka tidak tercela) memberi pengertian bahwa hak mencampuri istri atau budak-budak yang dimiliki, bukanlah hak tanpa batas, melainkan harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan agama. Menurut agama Islam, hubungan suami istri adalah hubungan yang suci, hubungan yang diridai Allah, hubungan cinta kasih, hubungan yang dilatarbelakangi oleh keinginan mengikuti sunah Rasulullah, dan ingin memperoleh keturunan. Hubungan suami-istri mempunyai unsur-unsur ibadah. Hubungan ini dilukiskan dalam firman Allah:

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. (Al-Baqarah/2: 187).

Rasulullah SAW bersabda:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah saw bersabda, “Dunia itu adalah sesuatu yang menyenangkan, sebaik-baik harta benda kehidupan dunia itu ialah istri yang saleh.” (Riwayat Muslim).

Ayat ini memberikan petunjuk kepada suami-istri bahwa dalam melakukan hubungan dengan istri atau suami, tuan dengan budak perempuan, hendaklah dilakukan sedemikian rupa, sehingga dalam hubungan itu terdapat unsur-unsur ibadah, akhlak yang mulia, tata cara yang baik, dan sebagainya, sehingga dapat menjaga kemuliaan dan martabatnya sebagai seorang muslim. Tidak sekadar memenuhi hawa nafsu, keperluan biologis, atau seperti yang dilakukan oleh binatang, melainkan untuk tujuan yang agung.

Surah Al-Ma‘arij ini Makkiyyah, jadi waktu itu belum ada ketentuan pernikahan seperti yang kemudian diatur dalam Surah an-Nisa‘/4: 24-25. Kata-kata au ma malakat aimanuhum yang terdapat dalam beberapa surah, sering diterjemahkan “atau budak-budak perempuan yang mereka miliki” Ayat ini memerlukan penjelasan, seperti dikemukakan oleh beberapa mufasir secara lebih mendalam, bahwa ma malakat aimanuhum ialah perempuan yang sudah bercerai dengan suaminya, yang sekarang menjadi miliknya (biasanya dari tawanan perang), dan harus dalam arti tawanan dalam perang jihad, di bawah perintah imam yang saleh dan adil dalam menghadapi lawan yang hendak menindas orang beriman. Tawanan perempuan itu boleh digauli, tetapi harus dengan dinikahi terlebih dulu, dan perkawinan itu bukan karena didorong oleh nafsu, melainkan untuk memelihara kesucian pihak perempuan, yang dalam hal ini berarti pihak suami menghindari perbuatan zina dan sekaligus mengangkat martabat perempuan dari status budak bekas tawanan perang (yang memang sudah berlaku umum waktu itu) menjadi perempuan mereka, tidak lagi berstatus budak. Kebiasaan tawanan perang semacam ini sekarang sudah tidak berlaku lagi

Jika seorang muslim telah dapat melakukan hubungan dengan istrinya atau dengan budaknya sesuai dengan tuntutan agama Islam, berarti ia telah dapat menguasai puncak hawa nafsunya, karena puncak hawa nafsu itu terletak dalam hubungan seperti antara laki-laki dan wanita. Jika mereka telah dapat melakukan yang demikian, maka mereka akan lebih dapat melakukan hal-hal yang lain yang lebih rendah tingkatnya

Sobat. Bagaimanakah cara syukurnya kedua kaki? Jawabnya, “ Jika kau melihat seseorang yang meninggal dunia kemudian kau iri atas kebaikan yang ia lakukan, lalu kau melangkahkan kedua kakimu untuk melakukan apa yang ia lakukan.Namun, jika kau membencinya, maka kau akan membenci apa yang ia lakukan.

Bersyukurlah pada Allah. Orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa diikuti seluruh anggota badannya ibarat orang yang punya pakaian, namun ia hanya memegang saja tanpa ia kenakan.

Allah SWT berfirman :

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-nahl (16) : 78).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan kegaiban dan keajaiban yang sangat dekat dengan manusia. Mereka mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim sehingga mencapai kesempurnaan. Sejak bertemunya sel sperma dan sel telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat kedua orang tua dan leluhurnya. Dalam proses kejadian ini, terdapat rahasia hidup yang tersembunyi. 

Sobat. Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah menganugerahkan potensi, bakat, dan kemampuan seperti berpikir, berbahagia, mengindra, dan lain sebagainya pada diri manusia. Setelah manusia lahir, dengan hidayah Allah segala potensi dan bakat itu berkembang. Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan, serta hak dan batil. Dengan pen-dengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu, manusia mengenali dunia sekitarnya, mempertahankan hidupnya, dan mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Dengan perantaraan akal dan indra, pengalaman dan pengetahuan manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Semua itu merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak terhingga. Oleh karena itu, seharusnyalah mereka bersyukur kepada-Nya, baik dengan cara beriman kepada keesaan Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain maupun dengan mempergunakan segala nikmat Allah untuk beribadah dan patuh kepada-Nya.

Hadis Nabi SAW:

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah swt berfirman, "Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menjalankan pekerjaan yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan menjalankan ibadah-ibadah sunah sehingga Aku menyukainya. Apabila Aku telah menyukainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia pakai mendengar, penglihatannya yang ia pakai melihat, tangannya yang ia pakai memukul, dan kakinya yang ia pakai berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, pasti akan Kukabulkan permohonannya, dan apabila ia minta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi dia. (Riwayat al-Bukhari).

Ibnu Uyainah berkata, “Siapa yang melaksanakan sholat lima waktu maka ia telah bersyukur pada Allah SWT.”

Sobat. Sujud syukurlah kepada Allah setiap kali mendapat nikmat dari Allah SWT. Betapa indahnya jika dilakukan setiap kali menjelang tidur. Ucapkan terima kasih pada 5 orang yang telah berbuat baik padamu. Dan berbuat baiklah pada sesama Maka kau akan merasakan kebahagiaan setiap harinya.

Sobat. Ambillah kertas dan pena, kemudian tulislah nikmat paling besar yang pernah kau terima, tulis pula nikmat yang kau anggap paling kecil. Lihatlah apakah kau sudah bersyukur atas semua itu. Apakah kau telah berbagi dengan fakir miskin dan anak yatim sebagai ungkapan rasa syukurmu atas nikmat-nikmat itu?

Inilah rumus Syukur sobat. Syukur lisan + Syukur Hati + Syukur Anggota badan = Keberkahan + tambahan + Kebahagiaan. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality

Posting Komentar

0 Komentar