PUASA ADALAH JUNNAH

Puasa merupakan ibadah yang istimewa karena memiliki banyak keutamaan. Di antara keistimewaannya yaitu puasa merupakan junnah atau perisai bagi seorang muslim. 

Rasulullah SAW bersabda,

الصِّيَامُ جُنَّةٌ

“Puasa adalah perisai” (HR. Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud puasa sebagai (جُنَّةٌ) atau perisai adalah puasa akan menjadi pelindung yang akan melindungi bagi pelakunya di dunia dan juga di akhirat.

Perisai (جُنَّةٌ) adalah yang melindungi seorang hamba, sebagaimana perisai yang digunakan untuk melindungi dari pukulan ketika perang. Maka demikian pula puasa akan menjaga pelakunya dari berbagai kemaksiatan di dunia,

Sebagaimana Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah 2 : ayat 183)

Jika hamba mempunyai perisai yang melindunginya dari perbuatan maksiat maka dia akan memiliki perisai dari neraka di akhirat. Sedangkan bagi yang tidak memiliki perisai dari perbuatan maksiat di dunia maka dia tidak memiliki perisai dari api neraka di akhirat. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kitab Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam.

Di kutip dari Syarh Arba’in An-Nawawiyyah karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, Beliau menjelaskan bahwa puasa sebagai perisai di dunia adalah puasa akan menjadi pelindung yang akan menghalanginya untuk mengikuti godaan syahwat yang terlarang di saat puasa. Oleh karena itu tidak boleh bagi orang yang berpuasa untuk membalas orang yang menganiaya dirinya dengan balasan serupa, sehingga jika ada yang mencela ataupun menghina dirinya maka hendaklah dia mengatakan, “Aku sedang berpuasa.”

Adapun puasa sebagai perisai di akhirat adalah puasa itu akan menjadi perisai dari api neraka, yang akan melindungi dan menghalangi dirinya dari azab api neraka pada hari kiamat.

Rasulullah SAW  bersabda,

ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا

“Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain Rasulullah SAW  juga bersabda,

قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ : الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Rabb kita ‘azza wa jalla berfirman, Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya” (HR. Ahmad).

Rasulullah SAW juga bersabda,

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka” (HR. Ahmad).

Dari Abu Ubaidah RA berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Puasa adalah sebagai perisai selagi dia tidak memecahkan perisai itu”. (HR Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khazaimah, Hakim)

Oleh sebab itu, agar perisai itu tidak pecah maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim, antara lain:

1. Menjaga Pandangan 

Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah menjaga mata dari memandang hal-hal yang diharamkan Allah dan juga menghindarkan pandangan dari melihat hal-hal yang melalaikan. 

Rasulullah SAW bersabda,

النَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ، فَمَنْ غَضَّ بَصَرَهُ عَنْ مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ لله أَوْرَثَ الله قَلْبَهُ حَلاَوَةً إِلىَ يَوْمِ يَلْقَاهُ

“Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah iblis. Maka barang siapa yang menahan pandangannya dari kecantikan seorang wanita karena Allah, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya.” 

(HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak,V:313; Al-Qudha’i dalam Musnad Asy-Syihab, no. 292; dan  Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa, hlm.13; dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu. Juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, no. 10362 dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa, hlm. 140 dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu)

2. Menjaga Lidah

Agar perisai itu tidak pecah, hal yang dilakukan adalah menjaga lidah dari dusta, perkataan sia-sia, mengumpat, perkataan kotor, menipu, bertengkar, memfitnah, dan lain  sebagainya.

Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah yang menyebabkan puasa itu batal (rusak)? 
Kemudian Rasulullah SAW menjawab, ”Berkata dusta dan mengumpat”.

Rasulullah SAW  juga bersabda,

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).

3. Menjaga Telinga 

Hal lain yang harus dilakukan agar perisai tidak pecah adalah menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang dilarang. Jika perkataan yang buruk tidak boleh diucapkan oleh mulut, maka mendengarnya pun juga tidak boleh.

Orang yang mendengarkan  keburukan orang lain akan mendapatkan dosa yang sama seperti pelakunya. Orang yang mendengarkan dari hal-hal yang dilarang tidak akan selamat dari dosa kecuali jika ia mengingkari dengan lisannya atau dengan hatinya.

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ   ۗ  اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)

4. Menjaga Tubuh 

Menjaga tubuh kita dari hal-hal yang haram juga merupakan cara agar perisai ini tidak pecah. Tangan kita harus dijaga dari menyentuh hal-hal yang dilarang, demikian juga kaki jangan melangkah ke arah tempat maksiat. Juga bagian-bagian tubuh yang lain. Perut dijaga agar tidak diisi dengan makanan dan minuman yang haram atau yang meragukan (syubhat).

Allah SWT berfirman:

يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ  اَلْسِنَـتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"pada hari, (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. An-Nur 24: Ayat 24)

5. Jangan Makan Terlalu Kenyang

Jangan berbuka dan sahur terlalu kenyang walaupun dengan makanan yang halal. Karena tujuan puasa adalah untuk mengurangi kekuatan nafsu syahwat dan kekuatan dorongan nafsu hewaniyah serta meningkatkan kekuatan iman (nuraniyah) dan ketaatan (malakiyah).

Apabila ketika berpuasa kita berbuka dan bersahur secara berlebihan maka sebenarnya bertentangan dengan semangat Ramadhan dan tujuan berpuasa.

Allah SWT menganjurkan hambaNya untuk tidak makan berlebihan, sebab akan memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan.

Allah SWT berfirman:

يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا  ۚ  اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

6. Selalu Merasa Khawatir, Apakah Puasanya diterima atau Tidak?

Untuk menjaga puasa dari kekurangan-kekurangannya, maka hendaknya setelah berpuasa selalu merasa khawatir apakah puasa kita akan diterima oleh Allah SWT atau tidak, sehingga orang yang berpuasa selalu berusaha terus menerus untuk memperbaikinya.

Para ulama terdahulu begitu semangat untuk menyempurnakan amalan mereka, kemudian mereka berharap-harap agar amalan tersebut diterima oleh Allah dan khawatir jika tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah SWT :

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَاۤ اٰتَوْا وَّ قُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ  

"dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya,"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 60)

Aisyah mengatakan,

يَا رَسُولَ اللَّهِ (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِى يَزْنِى وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ « لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ ».

“Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dalam ayat “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khomr?” 

Nabi SAW lantas menjawab, “Wahai putri Ash Shidiq! Yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya tidak diterima.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, dishahihkan oleh Al Hakim)

Demikianlah penjelasan tentang keistimewaan ibadah puasa sebagai perisai yang akan melindungi seorang muslim di dunia dan di akhirat beserta cara agar perisai tersebut tidak pecah. 

Semoga Allah memudahkan kita untuk menyempurnakan ibadah puasa kita, meraih banyak pahala dan berbagai keutamaannya. Aamiin. []

Oleh: Achmad Mu'it
Analis Politik Islam

Posting Komentar

0 Komentar