UIY: Perubahan Itu Sesuatu yang Unstoppable


TintaSiyasi.com -- Cendikiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto mengatakan perubahan itu pasti akan terjadi karena merupakan sesuatu yang tidak terbendung.

"Tidak mungkin tidak ada perubahan. Kita kehendaki atau tidak, itu perubahan pasti akan terjadi. Perubahan itu sesuatu yang unstoppable (tak terbendung)," ujarnya dalam Program Fokus to The Point: Perubahan Indonesia, Perlu atau Omong Kosong? di kanal Youtube UIY Official pada Rabu, 8 Agustus 2023. 

UIY memandang, jika ingin kehidupan yang lebih baik maka yang harus dilakukan adalah berubah. 

"Karena, ada banyak hal yang baik mungkin harus diteruskan atau bisa diteruskan. Ada yang buruk harus dihentikan dan diganti dengan yang lebih baik," tuturnya. 

Terlebih, menurutnya, banyak kebobrokan melanda negeri hari ini, mulai dari kasus korupsi, kemiskinan, kriminalitas, ditambah budaya westernistik dan hedonistik yang menyerang generasi serta sekularisme.

"Sekularisme negeri ini begitu rupa mempengaruhi cara berpikir prilaku manusia, termasuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bukankah itu sesuatu yang harus kita perbaiki dan ubah?" imbuhnya. 

Karena itu, ia menjelaskan, penting untuk memiliki standar nilai dalam menentukan arah perubahan. Sebagai seorang Muslim, lanjutnya, standar yang mesti dipakai adalah sebagaimana yang telah Rasulullah saw. contohkan, yakni senantiasa berpegang teguh atau merujuk pada Al-Qur'an dalam menentukan baik dan buruk, halal dan haram, benar dan salah.

Arah Perubahan

UIY menyebutkan ada dua level yang membawa perubahan terbaik, yakni perubahan ke arah Islam. 

Pertama, level keyakinan. Ia menjelaskan, keyakinan adalah sesuatu yang sangat rasional. Menurutnya, ketika seseorang yakin kepada dokter, saat dokter memberi resep obat atau mengatakan apa pun, pasti dipercaya, meski belum tentu benar dan ada sebagian yang malapraktik.

"Apalagi ini yang menentukan adalah Allah, Tuhan Pencipta alam semesta. Maka, pada level keyakinan musti kita percaya ke arah sana (Islam) pasti baik. Dan ini rasional, bukan tidak rasional," jelasnya.

Kedua, level empirik. Ia menjelaskan, level empirik ini berbicara soal bukti.
"Sebut saja pada level personal, mereka yang sebelum hijrah dengan setelah hijrah itu beda. Secara personal akan dinilai lebih bagus sesudah hijrah. Kemudian, pada level keluarga. Keluarga yang sebelumnya begini, berubah menjadi islami, itu lebih baik yang islami. Nah, itu kan empirik yang kita bisa lihat dan buktikan. Kemudian, pada level yg lebih besar, pada level masyarakat dan negara, banyak sekali riset yang menunjukkan bahwa misalnya, riba itu sumber labilitas ekonomi," jelasnya.

UIY menjelaskan, berdasarkan riset yang ia ketahui, kondisi Indonesia dalam kurun 100 tahun terakhir telah mengalami dua puluh kali krisis moneter, artinya riset tersebut membuktikan bahwa riba itu sumber labilitas ekonomi. Karena itu, menurutnya, jika ingin ekonomi negara tumbuh dan stabil, harus dipastikan tidak ada riba di dalamnya. 

Karenanya, UIY mengingatkan agar umat muslim mengombinasikan dua hal tersebut untuk meraih perubahan yang benar. 

"Jika kita bisa mengombinasi antara level keyakinan dan level kenyataan (empirik) tadi itu, maka ini akan menimbulkan atau menghasilkan sebuah keyakinan atau kepastian bahwa perubahan ke arah Islam itu pasti baik dan tidak bisa tidak. Kita bisa buktikan secara dua tadi itu," tutupnya. []Tenira

Posting Komentar

0 Komentar