Tidak Ada Kata Tua untuk Belajar dan Memulai




TintaSiyasi.com -- Sobat. Seseorang akan tetap menjadi alim selama ia mau belajar. Bila ia sudah tidak mau belajar dan merasa cukup dengan ilmu yang ia miliki, maka pada hakikatnya ia adalah orang bodoh. Saya teringat teman kuliah saat menempuh S-3 Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, seorang Kiai Desa dari Magetan yang usianya sudah 65 tahun masih semangat belajar dan kuliah bersama kami menempuh pendidikan doktor. Pada ujian kualifikasi doktor, beliau kebingungan menggunakan laptop barunya, padahal harus menyelesaikan tulisan yang diberi waktu hanya 4 jam di kelas dengan menuliskan sekitar 300 buku rujukan. Semangat beliau menjadi inspirasi bagi kami bahwa usia tua bukan alasan atau penghalang untuk belajar bahkan bisa menyelesaikan pendidikan S-3 nya.

Sobat. Tidak ada kata terlambat dalam mencari ilmu pengetahuan. Setua apa pun Anda, Anda masih berhak untuk memulai dan menimba ilmu. Di dunia ini terlalu banyak contoh keberhasilan orang yang mencari ilmu di usia tua. Dan salah satunya adalah Rasulullah dan para sahabat. Bukankah ayat yang pertama kali turun saja, diterima Rasulullah SAW saat usia beliau 40 tahun. Setua itu, beliau menerima pelajaran berupa Al-Qur'an untuk pertama kalinya dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Banyak pula para sahabat yang memulai pelajaran pertama kali dalam usia yang lebih tua dari Rasulullah SAW ada yang mungkin berusia 43 tahun, ada yang 50 tahun mungkin juga ada yang sudah 60 tahun usianya.

Sobat. Hasan al-Bashri pernah ditanya seseorang yang telah berusia 80 tahun, “Apakah ia masih layak untuk menuntut ilmu.” Ia menjawab ia layak menuntutu ilmu, selagi ia masih layak untuk hidup. Dari Ahmad bin Hanbal, ia berkata, “Aku akan senantiasa mencari ilmu hingga masuk ke liang kubur.”

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ  

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “(QS. Al-Mujadilah [58]: 11)

Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah SAW berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.

Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut: Pertama. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka. Kedua. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir. Ketiga. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.

Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw. Beliau bersabda: Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.

Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw: Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

Sobat. Sekali lagi tidak ada kata terlambat untuk memulai dan belajar. Jangan pernah merasa tua untuk belajar dan memulai. Dalam kitab kesuksesan, tak mengenal kata terlambat yang ada hanyalah bergerak, bergerak dan berani memulai, tak peduli di usia berapa saat Anda bergerak!

Sobat. Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan, “Jika seseorang sudah sampai pada kematangan ilmu pengetahuan, ia akan merendah. Jika ilmu pengetahuannya masih dangkal, maka ia akan meninggikan hati.” Maka aturan emas Islam agar Anda bisa meraih puncak kesuksesan dan kejayaan adalah kosongkan cangkir pikiranmu, agar ilmu baru bisa kau tamping dan tak tumpah.[]

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual, Psikologi Dakwah, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo, dan Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar