Khalifah Tenni Heika Hirohito

TintaSiyasi.com -- Disaat kaum muslimin Hindia Belanda berduka atas runtuhnya Daulah Khilafah pada tahun 1924 M. Nippon yang tatkala itu sedang berjaya habis mengalahkan bangsa Rusia yang kemudian diklaim sebagai simbol perlawanan bangsa Asia terhadap bangsa Eropa. Nippon membuat sebuah misi agar rakyat Hindia Belanda turut andil dalam perlawanan terhadap penjajahan Eropa dengan membuat propaganda bahwa Kekhilafahan Islam telah berpindah tangan dari Turki Utsmani ke tangan Jepang.

Harry J. Benda mengatakan bahwa pada saat itu kondisi kaum muslimin Hindia Belanda yang terpecah menjadi 40 Kesultanan Islam dengan mayoritas rakyatnya berupa orang-orang Islam yang kemudian patuh pada para Ulama. Lalu, para ulama tersebut dijanjikan Jepang agar kaum muslimin dapat dibebaskan dari penjajahan Pemerintah Kristen Hindia Belanda yang saat itu dinilai sebagai bangsa penindas dan kejam. 

Untuk mencuri hati para ulama dan santri yang ada di Hindia Belanda balatentara Jepang kemudian membuat sebuah propaganda bahwa pada saat itu Tenno Heika (Baginda Kaisar) Hirohito akan masuk Islam dan menjadi seorang Khalifah baru bagi kaum muslimin.

Propaganda sentimen Islam tersebut kemudian dengan mudah diterima oleh masyarakat desa yang tatkala itu merasa memiliki identitas keislaman sehingga mereka menerima dan mengakui Balatentara Jepang yang datang pada masa awal pendaratannya di Hindia Belanda tersebut. Balatentara itu kemudian  dianggap sebagai juru selamat dan pembebas kaum muslimin dari penjajahan Pemerintah Kristen Belanda. Hal ini menyebabkan kaum muslimin Hindia Belanda mendukung Jepang dalam melaksanakan Perang Asia Timur Raya.

Kemudian disadari bahwa propaganda itu adalah akal-akalan tentara Jepang setelah diketahui klaim tentara Jepang terkait telah dibaiatnya Khalifah Tenno Heika Hirohito adalah palsu, serta diketahui bahwa Jepang sebenarnya berencana untuk membuat upaya Deislamisasi Politik dan Depolitisasi Ulama agar Islam pada saat itu tidak bisa masuk kedalam politik, serta menjauhkan para ulama agar tidak menjadi decision maker dalam tampuk pemerintahan. 

Akhirnya diketetahui bahwa kenyataannya propaganda ini bertujuan tidak lain  agar balatentara Jepang bisa leluasa menjalankan Politik Shintonisasi atau dalam kata lain Politik Nipponisasi terhadap kehidupan umat Islam Hindia Belanda.

Wallahu 'Alam.


Oleh: Gumiwang Aji Darma
Aktivis Muslim


Sumber :
Api Sejarah II (Hlm. 132)

Posting Komentar

0 Komentar