Pengamat: Terindikasi Membuka Kran L68T, Saudi Mengakomodasi Hal yang Haram


TintaSiyasi.com -- Kabar kontroversi Saudi membuka kran untuk kaum LGBTQ+ dan pergaulan yang makin bebas dinilai Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin sebagai jalan menuju kebangkrutan serius bagi Arab Saudi karena mengakomodasi yang haram.

“Ini menunjukkan kebangkrutan serius bagi Arab Saudi. Kepemimpinan Saudi saat ini sangat buruk termasuk terindikasi membuka kran LGBT. Mereka mengakomodasi hal yang haram," ujarnya kepada TintaSiyasi.com, Selasa (16/05/2023).

Menurutnya, hal itu juga tidak lepas dari bagian kampanye global di negeri-negeri Muslim untuk merusak hukum syariah dan membuat nilai-nilai Barat menjadi hal yang lazim.

Bila Arab Saudi makin liberal, kata Umar Syarifudin, maka para pemuda di sana yang notabene mayoritas Muslim akan kepincut pada nilai-nilai Barat dan makin tersesat. 

Selain itu, katanya, kaum laki-laki dan perempuan Arab berpotensi akan merasa bahwa L6BTQ+ merupakan suatu hubungan yang dapat diterima. Padahal, nilai-nilai seks bebas mereka (Barat) merupakan nilai kotor yang dipromosikan dalam alam bawah sadar sosial kepribadian Islam.

“Walhasil, kebijakan Arab Saudi saat ini tindakanya seperti mengolok-olok hukum syariah dan termasuk penghinaan terhadap Al-Qur'an dan sunah. Saudi membuat tantangan langsung terhadap hukum-hukum Allah SWT,” tegasnya. 

Pemberian izin terhadap L6BTQ+, konser - konser artis Barat, klub-klub malam dan peredaran alkohol merupakan kemerosotan dari industri untuk mempromosikan pariwisata, semuanya mendapat dukungan dari pemerintah Saudi di bawah moto, visi Arab 2030, jelas Umar.

Seharusnya

Umar Syarifudin mengatakan, seharusnya pemerintah Saudi sebagai negeri Muslim wajib menutup gagasan kotor tentang pernikahan sesama jenis tersebut. 

“Pemerintah Arab wajib menutup gagasan kotor tentang pernikahan sesama jenis! Jelas bahwa ideologi Barat yang jahat melindungi dan mempromosikan agenda LGBTQ. Arab harus setop pantai bikini, klub-klub malam, dan tempat hiburan yang mengundang maksiat,” bebernya. 

Pengamat politik internasional itu kembali mengingatkan, kolonialis Barat telah menghancurkan generasi mereka dan sekarang berlari cepat untuk menyabotase keluarga Muslim serta membuat mereka seperti binatang atau lebih buruk dari itu.

Kampanye LGBTQ+, katanya, bertujuan untuk disintegrasi moral dan menghancurkan hubungan baik, seperti relasi kerja sama antara pria wanita yang penting bagi masyarakat manusia. 

"Barat terlihat terus mengarahkan permusuhan dan penentangannya kepada umat Islam. Karena posisi teguh umat bahwa satu-satunya pernikahan yang diakui oleh syariat adalah antara seorang pria dan seorang wanita, bukan homoseksual atau lesbian," jelasnya. 
 
Lanjut ia sebutkan, gerakan yang dipromosikan Barat seperti feminisme di kalangan kaum perempuan secara langsung telah menargetkan dunia Islam. Tujuan dan sindiran Barat terhadap umat Islam tidak lain untuk mendorong kaum Muslim menelan ideologi Barat secara keseluruhan ataupun sebagian, termasuk agenda L6BTQ+. Oleh karenanya, umat Islam menerima dan mengakui apa yang disebut hak-hak asasi mereka, katanya.

"Sejak runtuhnya ideologi komunis yang rapuh, Barat kolonialis tidak menemukan saingan ideologis atau intelektual yang nyata kecuali dalam Islam. Tidak mengherankan jika propaganda Barat mencap umat ini dengan jahat seperti labelisasi teroris dan ekstremis, karena penentangan umat terhadap akar dan buah dari ide-ide palsu Barat,” jelasnya lagi. 

LGBT Mengglobal 

Ia menilai, Amerika sedang berupaya mempromosikan LGBT ke negeri-negeri Arab (baca: Muslim) dan kini upaya mereka menjadi sebuah gerakan politik global dan berupaya meraih tiga tahapan. 

“Tahapan pertama yaitu, meraih penerimaan sosial. Kedua, meraih penerimaan politik. Selanjutnya, ketiga, meraih penerimaan legal atau hukum sebagaimana yang telah diterima kaum L6BT+ di Amerika dengan disahkannya perkawinan sejenis,” terangnya. 

Ia mengatakan, kaum LGBT tahu, penerimaan legal itu bisa dicapai kalau terlebih dahulu meraih penerimaan politik dan penerimaan politik tersebut hanya bisa dicapai jika jumlah kelompok L6BTQ+ tersebut signifikan atau besar. “Karena kalau jumlah mereka kecil, maka secara politik pasti akan diabaikan,” tambahnya lagi. 

Ia menyatakan, yang terjadi di Kerajaan Saudi yaitu terkait kelonggaran terhadap pergaulan bebas hingga L6BTQ+ adalah dalam konteks kampanye peradaban Barat untuk melawan Islam, dan membaratkan pemuda Muslim serta mengubahnya menjadi pemuda mengerikan yang meniru Barat.

"Akibatnya, generasi Muslim akan mengalami dekadensi intelektual dan moral. Termasuk juga agar Arab Saudi kelak menjadi pengekspor kerusakan ke negeri-negeri Muslim lainnya," katanya.

Ia menilai bahwa rezim Saudi dan para penguasa Arab saat ini berada dalam kondisi paling buruk sejak hancurnya al-Khilafah, yaitu kondisi yang memperingatkan Saudi akan dekatnya kemusnahan. 

“Skala kehancuran moral yang diperbuat oleh tangan-tangan mereka (Saudi) berkoordinasi dengan Amerika dan Eropa yang merupakan perkara sangat besar ditingkat kegagalan dan tidak mampu menyelesaikannya. Menerima LGBT dan normalisasi Israel secara perlahan, membuat Saudi jauh dari realisasi keberhasilan apa pun yang dapat membenarkan mereka,” pungkasnya.[] M. Siregar

Posting Komentar

0 Komentar