Jaminan Allah bagi Siapa Saja yang Mengikuti Petunjuk-Nya

TintaSiyasi.com -- Sobat. Ketika Nabi Adam AS turun ke bumi bersama mereka yang menyertainya, Allah SWT berfirman :

قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ 

Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah (2) : 38).

Sobat. Pada ayat ini Allah mengulangi lagi perintah-Nya agar Adam dan Hawa keluar dari surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan hidup, pindah ke bumi yang menghendaki kerja keras dan perjuangan. Kepadanya dibentangkan dua macam jalan. 

Pertama, adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, yaitu dengan beriman kepada Allah serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. 

Kedua, jalan yang akan membawa manusia kepada kerugian dan kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak, yaitu jalan orang kafir dan durhaka terhadap-Nya, serta menuruti bujukan-bujukan setan.

Sobat. Siapa yang mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan Allah melalui rasul-rasul-Nya, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman. Mereka tidak akan merasa cemas, karena iman dan ketaatan mereka yang teguh kepada kekuasaan dan rahmat Allah. Mereka tidak akan merasa sedih dan menyesal atas kejadian-kejadian pada masa lalu yang menimbulkan kerugian harta benda atau pun kehilangan anggota keluarga dan sebagainya, karena bagi orang-orang yang beriman dan selalu berpegang kepada petunjuk-petunjuk Allah, mudah baginya menghadapi segala macam musibah dan cobaan-cobaan yang menimpa dirinya. Sebab dia percaya bahwa kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah adalah jalan yang terbaik untuk memperoleh keridhaan-Nya, di samping pahala dan ganjaran yang diperolehnya dari Allah sebagai ganti yang lebih baik dari yang hilang.

Sobat. Agama mengharamkan sebagian dari makanan yang lezat untuk dinikmati oleh manusia. Larangan tersebut disebabkan karena kerusakan yang dapat ditimbulkannya, baik terhadap pribadi orang yang melakukannya, maupun terhadap orang lain dan masyarakat umum. Maka siapa yang dapat membayangkan bahaya yang mungkin timbul karena menikmati kelezatan yang telah diharamkan itu, dan dapat pula menggambarkan dalam pikirannya pengaruh-pengaruh dan bekas-bekas jelek yang akan menimpa dirinya karena perbuatan itu, baik terhadap dirinya maupun terhadap umatnya, niscaya dia menghindari setiap kelezatan yang diharamkan itu, seperti larinya orang-orang yang sehat dari penyakit kusta. 

Sobat. Lebih-lebih orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, dia akan memandang bahwa yang dilarang agama akan menimbulkan aib dan kekotoran pada dirinya dan akan menjauhkannya dari kebahagiaan dan kemuliaan di hari kiamat kelak. Orang-orang yang bersih dari perbuatan dosa di dunia ini nanti akan kelihatan wajahnya berseri-seri, sedang orang-orang yang selalu bergelimang dosa akan kelihatan wajahnya hitam muram.

Demikian juga Allah Ulang kembali dalam Surat Thaha 123 :

قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا جَمِيعَۢاۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ

Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha (20) : 123).

Sobat. Bukan saja Adam yang harus turun ke bumi tetapi Iblis musuh yang memperdayakannya harus turun pula ke dunia. Kedua jenis makhluk ini akan menjadi musuh satu sama lain, permusuhan Iblis terhadap manusia adalah permusuhan yang abadi dan berkesinambungan sampai datangnya hari Kiamat. Iblis akan selalu berusaha menyesatkan manusia dari jalan yang benar dengan berbagai macam tipu dayanya. 

Oleh sebab itu Allah mengingatkan kepada anak cucu Adam agar ia selalu waspada terhadap musuh utamanya itu. Apabila telah datang petunjuk dari Tuhan dengan perantaraan nabi dan rasul-Nya maka hendaklah manusia mengikuti petunjuk seperti yang diajarkan rasul. Dengan demikian dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Ibnu Abbas berkata mengenai ayat ini bahwa Allah melindungi orang-orang yang mengikuti ajaran Al-Qur'an dari kesesatan di dunia dan dari kecelakaan dan malapetaka di akhirat. 

Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah bersabda, "Siapa yang mengikuti kitabullah, Allah akan memberikan petunjuk kepadanya untuk menghindari kesesatan di dunia dan memeliharanya dari keburukan hisab pada hari Kiamat." (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan ath-thabrani).

Sobat. Adapun ancaman Allah bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah sebagaimana firman-Nya :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ  

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 39).

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt menegaskan bahwa orang yang tidak mau mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya, dan orang yang kafir terhadap ayat-ayat-Nya, serta mendustakan ayat-ayat itu dengan ucapannya, maka balasan bagi mereka adalah neraka. Keingkaran terhadap ayat-ayat Allah swt adalah suatu kekafiran, baik kekafiran itu disebabkan karena tidak percaya atas kebenaran Rasulullah, atau kekafiran yang disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhan yang mendorong untuk mendustakan rasul. Mengenai mereka ini Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:
(Janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am/6: 33).

Sobat. Orang-orang Mukmin mempunyai keimanan di dalam hati dan diucapkannya dengan lidahnya. Ada pula orang yang ingkar di dalam hati, tetapi lidahnya mengucapkan bahwa dia beriman. Inilah orang munafik. Lain di mulut, lain di hati dan lain pula dalam perbuatan.

Allah SWT berfirman :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ  

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha (20) : 124).

Sobat. Allah menerangkan bahwa orang-orang yang berpaling dari ajaran Al-Qur'an tidak mengindahkannya dan menentang petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya maka sebagai hukumannya dia akan selalu hidup dalam kesempitan dan kesulitan. Dia akan selalu bimbang dan gelisah walaupun dia memiliki kekayaan, pangkat dan kedudukan karena selalu diganggu oleh pikiran dan khayalan yang bukan-bukan mengenai kekayaan dan kedudukannya itu. Dia akan selalu dibayangi oleh momok kehilangan kesenangan yang telah dicapainya, sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan kebencian dan kerugian dalam masyarakatnya. 

Kemudian di akhirat nanti ia akan dikumpulkan Allah bersama manusia lain dalam keadaan buta mata hatinya. Sebagaimana dia di dunia selalu menolak petunjuk-petunjuk Allah yang terang benderang dan memicingkan matanya agar petunjuk itu jangan terlihat olehnya sehingga ia berlarut-larut dalam kesesatan, demikian pula di akhirat ia tidak dapat melihat suatu alasan pun untuk membela dirinya dari ketetapan Allah Yang Mahaadil. 

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa orang yang berpaling dari ajaran Allah itu memang menjadi buta panca indera tidak melihat suatu apapun sebagai tambahan siksaan atasnya. Seseorang yang buta di kala terjadi huru-hara dan melapetaka akan lebih kalang-kabut pikirannya karena tidak tahu apa yang akan dibuat dan tidak tentu arah yang akan dituju untuk menyelamatkan dirinya karena tidak melihat dari mana datangnya bahaya yang mengancam. Tetapi sesudah itu matanya akan menjadi terang kembali karena melihat sendiri buku catatan amalnya dan bagaimana hebat dan dahsyatnya siksaan neraka sebagaimana tersebut dalam ayat:
Dan orang yang berdosa melihat neraka, lalu mereka menduga, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahf/18: 53).

Dalam ayat selanjutnya surat Thaha ayat 125 :

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا  

Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (QS. Thaha (20) : 125).

Sobat. Orang-orang yang kafir itu akan bertanya kepada Allah mengapa Engkau jadikan aku buta sedang mataku dahulu terang dapat melihat. Allah menjawab, bahwa hal itu memang demikian! Karena di dunia ketika datang kepadanya rasul-rasul membawa petunjuk-petunjuk-Nya dia berpaling darinya seakan-akan matanya telah buta dan seakan-akan ia telah melupakannya karena tidak mengindahkan dan memperhatikannya. Oleh sebab itu Allah jadikan mata hatinya buta pada hari Kiamat sehingga engkau tidak dapat mengemukakan suatu alasan untuk membela dirimu dari azab yang telah disediakan baginya sebagai balasan atas kebutaan mereka selama di dunia. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo dan Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar