Agar Doa-Doa Kita Terkabul


TintaSiyasi.com -- Sobat. Doa memiliki keutamaan-keutamaan agung, buah mulia dan rahasia yang menawan, di antaranya; Doa merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan memenuhi perintahnya. Doa dapat menyelamatkan dari kesombongan. Doa adalah ibadah. Doa adalah sesuatu yang paling mulia bagi Allah dan sangat disukai oleh Allah. Doa merupakan sarana untuk melapangkan dada, menghilangkan kesusahan, menepis duka cita, dan memudahkan segala urusan.

Allah SWT Berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ 

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Ghafir (40) : 60).

Sobat. Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia berdoa kepada-Nya. Jika mereka berdoa niscaya Dia akan memperkenankan doa itu.

Ibnu 'Abbas, adh-ahhak, dan Mujahid mengartikan ayat ini, "Tuhan kamu berfirman, 'Beribadahlah kepada-Ku, niscaya Aku akan membalasnya dengan pahala." Menurut mereka, di dalam Al-Qur'an, perkataan doa bisa pula diartikan dengan ibadah seperti pada firman Allah:

Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inatsan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. (An-Nisa'/4: 117).

Dalam hadis, Nabi bersabda:
Doa itu ialah ibadah. (Riwayat at-Tirmidzi dari an-Nu'man bin Basyir).
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa doa dalam ayat ini berarti "permohonan".

Sobat. Sebenarnya doa dan ibadah itu adalah sama dari sisi bahasa. Hanya yang pertama berarti khusus sedang yang kedua berarti umum. Doa adalah salah satu bentuk atau cara dari ibadah. Hal ini berdasar hadis:
Doa itu adalah inti ibadah. (Riwayat at-Tirmidzi dari Anas bin Malik).

Dan hadis Nabi SAW:
Diriwayatkan dari 'aisyah, dia berkata, "Nabi saw ditanya orang, 'Ibadah manakah yang paling utama? Beliau menjawab, 'Doa seseorang untuk dirinya." (Riwayat al-Bukhari).

Sobat. Berdasarkan hadis di atas, maka doa dalam ayat ini dapat diartikan dengan ibadah. Hal ini dikuatkan oleh lanjutan ayat yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk ke dalam neraka yang hina."

Ayat ini merupakan peringatan dan ancaman keras kepada orang-orang yang enggan beribadah kepada Allah. Ayat ini juga merupakan pernyataan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seakan-akan Allah mengatakan, "Wahai hamba-hamba-Ku, menghambalah kepada-Ku, selalulah beribadah dan berdoa kepada-Ku. Aku akan menerima ibadah dan doa yang kamu lakukan dengan ikhlas, memperkenankan permohonanmu, dan mengampuni dosa-dosamu."

Sobat. Doa memiliki syarat-syarat yang harus terpenuhi agar doa tersebut dikabulkan di sisi Allah SWT. Diantara syarat-syarat tersebut :

Pertama. Hendaknya orang yang berdoa tahu bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang memperkenankan doanya. Sebagaimana firman-Nya:

أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكۡشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجۡعَلُكُمۡ خُلَفَآءَ ٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ  

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. An-Naml (27) : 62).

Sobat. Pada ayat ini, Allah mengemukakan pertanyaan yang ketiga dalam rangka menyingkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Kedua pertanyaan sebelumnya mengenai bidang materi, sedang pertanyaan ketiga ini menyangkut kerohanian. Pertanyaan ini berkisar pada siapakah yang mengabulkan permohonan orang yang berada dalam kesulitan, apabila ia berdoa kepada-Nya. Seperti penumpang sebuah kapal di tengah laut yang sedang diserang badai angin topan yang dahsyat, yang hampir tenggelam, kemudian ia berdoa memohon keselamatan kepada Allah. Apakah berhala yang dapat menyelamatkannya dari bahaya maut, ataukah Allah sendiri? Lalu siapakah yang menjadikan manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi? Adakah tuhan selain Allah yang dapat mengemudikan dan mengatur segala sesuatu di muka bumi ini? Hanya sedikit sekali manusia yang mau mengingat-Nya.

Kedua. Tidak boleh meminta kecuali kepada Allah, dan tidak boleh meminta perlindungan dan pertolongan kecuali kepada Allah SWT.

Ketiga. Berdoa untuk kebaikan harus jauh dari dosa dan tidak memutuskan tali silaturahim. Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak dibarengi dengan dosa dan memutuskan tali silaturahim.” (HR. Muslim).

Keempat. Berbaik sangka kepada Allah. Dari Abu hurairah ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan akan dikabulkan.”

Kelima. Kehadiran hati. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai.”

Keenam. Memperbagus makanan dengan makanan yang halal. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, “Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik. Kemudian Rasulullah menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan kotor, ia menengadah ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan.”

Ketujuh. Tidak berlebih-lebihan dalam berdoa. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةًۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ  

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf (7) : 55).

Kedelapan. Memperlihatkan kebutuhan, kehinaan dan pengakuan terhadap dosa dan kelalaian.

Sobat. Adapun adab dalam berdoa : “Memuji kepada Allah sebelum berdoa dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Teguh dalam berdoa dan sungguh-sungguh dalam meminta. Terus menerus dalam berdoa dan tidak tergesa-gesa. Mengulangi doa tiga kali. Menghadap kiblat. Menengadah tangan saat berdoa. Berwudhu. Menangis dalam berdoa. Memilih doa yang komprehensif. Merendahkan suara dan diam-diam dalam doa. Memohon kepada Allah setiap yang besar dan kecil.” Demikian penjelasan Syeikh Saád Yusuf Mahmud Abu Azis dalam Bukunya Mausuáh Al-huquq Al-Islamiyah.

Sobat. Dalam ayat 55 QS Al-A’raf mengandung etika dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah munajat antara hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah berkenan mengabulkannya. Maka berdoa kepada Allah hendaklah dengan penuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri. Kemudian berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras, menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak dikabulkan Allah. Doa tidak harus dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata, "Ketika kami bersama-sama Rasulullah SAW dalam perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda: 
"Sayangilah dirimu jangan bersuara keras, karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu". (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al-Asy'ari).

Sobat. Bersuara keras dalam berdoa, bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadah, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadah yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah memuji Nabi Zakaria a.s. yang berdoa dengan suara lembut: 
(Yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Maryam/19: 3).

Kemudian ayat ini ditutup dengan peringatan, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampau batas." Maksudnya, dilarang melampaui batas dalam segala hal, termasuk berdoa. Tiap-tiap sesuatu sudah ditentukan batasnya yang harus diperhatikan, jangan sampai dilampaui.

Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas, Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara' ataupun akal, seperti seseorang meminta agar dia menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni, tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin mengubah sunatullah yang mustahil terjadinya. Firman Allah: 

Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi ketentuan Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu. (Fathir/35: 43).
Berdoa dihadapkan kepada selain Allah atau dengan memakai perantara (washilah) orang yang sudah mati adalah melampaui batas yang sangat tercela. Berdoa itu hanya dihadapkan kepada Allah, tidak boleh menyimpang kepada yang lain. Allah berfirman: 

Katakanlah (Muhammad), "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengubahnya." Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti." (Al-Isra'/17: 56-57).

Hadis Nabi SAW: 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, "Telah bersabda Rasulullah SAW, "Mintalah kepada Allah washilah untukku. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah washilah itu? Rasulullah menjawab: "Dekat dengan Allah azza Wa Jalla, kemudian Rasulullah membaca ayat; (mereka sendiri) mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah." (Riwayat at-Tirmidzi dari Ibnu Mardawaih). []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo

Posting Komentar

0 Komentar