Moazzam Begg: Guantanamo Dibuat dalam Rangka Perang Melawan Islam


TintaSiyasi.com -- Seolah-olah Guantanamo dibangun adalah untuk memenjarakan umat Islam. Mantan tawanan Guantanamo Muazzam Begg baru-baru ini mengungkapkan fakta, identitas pertama yang harus dimiliki seseorang untuk masuk penjara Guantanamo adalah seorang Muslim. 

“Ada yang mengatakan bahwa itu (Guantanamo) diperuntukkan dalam rangka perang melawan terorisme. Padahal identitas seseorang yang melakukan aksi teror bukan cuma Muslim. Seperti ada kelompok sayap kanan, sayap kiri Tigers Tamil misalnya. Tetapi sungguh ini adalah perang melawan umat Islam. Karena identitas pertama untuk menjadi tawanan di Guantanamo harus beragama Islam,” katanya dalam wawancara bersama Syekh Muhammad Shirazi di kanal YouTube Islamic Oasis: Those Who Speak The Truth and Have Patience, Moazzam Begg, Sabtu28 Januari 2023.

Itulah sebabnya ia katakan, tidak ada non-Muslim yang ditahan tanpa dakwaan atau sebelum adanya proses pengadilan di Guantanamo. Bagi Amerika, Guantanamo adalah visi bipartisan, baik oleh partai Republik ataupun Demokrat. Keduanya memandang dengan cara yang sama, yaitu Guantanamo adalah tempat bagi umat Islam.

Meskipun jumlah tawanan Muslim sekarang menyusut menjadi 35 orang di Guatanamo, tetapi sebagai seorang Muslim, baginya jumlah tawanan itu masih terlalu banyak. “Dan meskipun jumlahnya sekarang menyusut menjadi 35 orang, itu masih terlalu banyak. Namun, sayangnya, Amerika dan pemerintah negara yang bekerja sama dengannya, telah menanggalkan iman mereka ke dalam  aturan yang menuduh kaum Muslim dan merasa tidak apa-apa. Dan tidak ada yang meminta pertanggungjawaban,” ujarnya. 

Moazzam Begg juga dikenal sebagai seorang penulis serta aktivis kemanusiaan di London. Selain itu, ia keturunan Inggris-Pakistan. Menurutnya, Amerika tidak sendiri dalam melancarkan aksi busuk menyerang Islam atas nama terorisme.  Dengan kata lain, Amerika bersama rekan-rekannya. 

Ia mengatakan demikian berdasarkan pernyataan George W. Bush setelah tragedi serangan sebelas September (11/9) yang membuat negara lain hanya memiliki dua pilihan. Bersama Amerika atau teroris. Dan tidak ada pilihan selain keduanya, tidak ada area abu-abu, hanya antara hitam dan putih. 

“Anda tahu satu hal yang sangat penting, bahwa AS tidak bekerja sendiri. AS punya partner. Maksudku, Geroge W Bush setelah serangan 11-9 memberikan pilihan harus bersama Amerika jika tidak ingin disebut bersama teroris. Jadi tidak ada pilihan. Misalnya bersama Switzerland. Tidak seperti itu. Areanya tidak abu-abu, hanya pilih hitam atau putih,” kata Moazzam Begg.

Namun ironisnya, negara yang bekerja sama dengan Amerika untuk mengirimkan tawanan ke Guantanamo adalah mayoritas negara Muslim. Para penguasa Muslim yang bekerjasama dengan Amerika. Bahkan sebagian mereka katanya terlibat dalam penyiksaan dan perampasan tawanan sebelum diserahkan ke Guantanamo. 

Selain itu, sebagiannya juga bisa ditempatkan ke suatu wilayah untuk jadi pekerja outsorcing sebagai bentuk penyiksaan oleh Amerika. Seperti ke negara Suriah, Mesir, dan Libya. Para tawanan akan dipaksa untuk memberikan pengakuan palsu selanjutnya dikirim lagi ke tempat yang berbeda dari tempat asalnya. 

Maka sangat disayangkan, bahwa negara-negara Muslim yaitu kepemimpinannya telah menjadi penyebab utama semua ini. Itulah yang menyebabkan kaum Muslim akhirnya tidak mampu berbuat apa pun karena para pemimpinnya sepenuhnya terlibat. 

“Sangat disayangkan. Umat Islam, menurut saya dalam hal ini negeri Muslim yaitu kepemimpinannya, adalah penyebab utama semua ini. Dan saya pikir itu salah satunya. Itulah mengapa kaum Muslim secara keseluruhan tidak mampu berbuat apa-apa karena pemerintah kita sepenuhnya terlibat,” jelasnya. 

Moazzam Begg menguatkan pernyataannya dengan menceritakan kembali proses penangkapannya di negaranya sendiri, yaitu Pakistan. Ia menyebutkan sekitar lebih dari 1000 orang tanpa proses hukum yang diserahkan ke Amerika untuk menerima hadiah uang. 

“Pakistan sebagai negara asal saya, mereka menyerahkan termasuk saya dari rumah saya sendiri di depan istri dan anak-anak saya. Mereka menyerahkan lebih dari 1000 orang tanpa proses hukum untuk mendapatkan hadiah uang dari Amerika Serikat,” bebernya. 

Pakistan mengklaim sebagai negara yang mengetahui tentang aturan Islam, tentang hak, keamanan, tetapi wujudnya tidak terlihat di sana.  Meskipun demikian, seharusnya setiap negara asal para tawanan, berani melawan Amerika dan meminta bukti atas tuduhan yang dijatuhkan kepada mereka dengan alasan prosedur hukum yang berlaku di negara setempat. 

Ataupun mengatakan bahwa seharusnya Amerika sebagai polisi dunia harus mengikuti peraturan internasional yang telah disekapati bukan melawannya. Namun sayangnya, tidak ada satupun yang mampu melakuan itu.

Mantan tawanan Guantanamo itu menghabiskan waktu selama tiga tahun di sana. Dan ia membeberkan bahwa para tawanan di sana berasal dari negara yang berbeda dan juga usia yang variatif. Mulai dari usia paling muda 13 tahun hingga tertua 80 tahun. Serta masa tahanan yang berbeda-beda hingga mencapai 20 tahun. 

“Beberapa teman dekat saya ada yang hingga 14, 15, 16 atau 20 tahun di Guantanamo. Dan saya hanya menghabiskan 3 tahun di sana. Saya merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan mereka untuk agama ini. Paling muda itu usianya 13 tahun dan tertua sekitar 80 tahun. Baik yang berkulit hitam maupun putih.  Ada dari Chad, Belgia, Australia, Canada, Turkistan Timur di China, Bangladesh, Pakistan, dan pulau Maladewa. Sekitar 40 warga negara, “ pungkasnya.[] M. Siregar

Posting Komentar

0 Komentar