Tidak Ada Satu pun yang Berhak Disembah Selain Allah

TintaSiyasi.com -- Sobat. Rasulullah SAW mewujudkan tauhid dengan kata, perbuatan, dan ahwalnya. Beliau sangat menginginkan penanaman pohon tauhid di dalam jiwa, memperbaiki keyakinan dan menancapkan akar-akar ketauhidan dalam diri manusia. Beliau menegaskan bahwa peribadatan dan ketaatan dipersembahkan hanya kepada Allah yang tidak memiliki sekutu. Rasulullah SAW hendak menyingkirkan kemusyrikan dalam segala bentuk dan jenisnya, ajaran sesat, khurafat, dan pelbagai keyakinan yang rusak. Tauhid merupakan syiar dan misinya. 

Sebagaimana Allah perintahkan dalam firman-Nya :

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Al An’am (6) : 162-164).

Sobat. Dalam ayat ini Nabi Muhammad, diperintahkan agar mengatakan bahwa sesungguhnya shalatnya, ibadahnya, serta semua pekerjaan yang dilakukannya, hidup dan matinya adalah semata-mata untuk Allah Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadanya. Rasul adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah dalam mengikuti dan mematuhi semua perintah dan larangan-Nya. Dua ayat ini mengandung ajaran Allah kepada Muhammad, yang harus disampaikan kepada umatnya, bagaimana seharusnya hidup dan kehidupan seorang Muslim di dalam dunia ini. Semua pekerjaan salat dan ibadah lainnya harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh hati karena Allah, ikhlas tanpa pamrih. Seorang Muslim harus yakin kepada kodrat dan iradat Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah-lah yang menentukan hidup mati seseorang. 

Sobat. Oleh karena itu seorang Muslim tidak perlu takut mati dalam berjihad di jalan Allah dan tidak perlu takut hilang kedudukan dalam menyampaikan dakwah Islam, amar makruf nahi mungkar. 

Ayat ini selalu dibaca dalam shalat sesudah takbiratul ihram sebagai doa iftitah kecuali kata: diganti dengan (164). Dalam ayat ini terdapat perintah kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaumnya, bahwa mengapa ia akan mencari Allah yang lain dengan mempersekutukan-Nya dalam ibadah, berdoa untuk keperluan hidupnya agar Dia menolongnya atau melindunginya dari kesusahan dan bahaya? Mahasuci Allah dari persekutuan itu. 

Dialah Tuhan bagi segala sesuatu, Dialah yang menciptakan semesta alam. Selanjutnya pada ayat ini diterangkan, bahwa semua perbuatan manusia akan dipertangungjawabkannya sendiri, dan orang yang berbuat dosa akan menanggung sendiri dosanya itu, karena dosa seseorang tidak akan dipikul oleh orang lain. Masing-masing menerima pahala amal baiknya dan memikul dosa amal buruknya. Hal ini berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur'an. Firman Allah: 

"(Yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya." (An-Najm/53: 38-39).

Ayat ini cukup memberi petunjuk dan jalan hidup yang bermutu tinggi dan praktis, karena di samping harus beramal dan bekerja harus pula diperhitungkan dengan cermat dan teliti setiap amal perbuatan yang dikerjakannya. Sebab amal pekerjaan atau perbuatan itu sangat besar pengaruhnya dalam membawa nasib keberuntungan dan keruntuhan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Di akhirat, perselisihan manusia dalam beragama akan diselesaikan.

Sobat. RAsulullah SAW telah mengatakan bahwa kebahagiaan, keberhasilan, dan kesuksesan manusia di dunia dan di akherat didasarkan pada tauhid. Dengan tauhid akan terwujud pengabdian sempurna kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta. Allah SWT berfirman :

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat (51) : 56).

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: "Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan." (At-Taubah/9: 31).

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. 

Sobat. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah SWT dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Sobat. Pergantian siang dan malam, penciptaan langit dan bumi, keanekaragaman makhluk, jenis-jenis tumbuhan, benda mati dan hewan, kesempurnaan ciptaannya, kreativitas pembuatannya, dan kesempurnaan bentuknya menunjukkan bahwa Sang Pencipta adalah Zat Yang Maha Esa. Maha Suci Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya.  Kebaikan gerak alam semesta, keserasian tatanannya, dan ketepatan keteraturannya menunjukkan bahwa Tuhan alam semesta adalah satu.

Sobat. Maha suci Allah, hanya Dia sendiri yang berhak disembah, Sang Pemilik keindahan, kesempurnaan dan keagungan. Dia menciptakan makhluk maka selayaknya seluruh makhluk menyembah-Nya. Siapa yang menaati-Nya, niscaya dia akan mendapatkan keridhaan-Nya, siapa yang mencintai-Nya, niscaya dia akan dengan-Nya; siapa yang tidak mematuhi-Nya, niscaya dia akan diazab. Siapa yang melawan-Nya, niscaya dia akan dihancurkan. Dia senantiasa mengingat orang-orang yang mengingat-Nya. Dia akan menambahkan nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur  kepada-Nya. Hanya milik-Nya semua keputusan, dan hanya kepada-Nya kalian akan dikembalikan.
Allah memberikan ancaman bagi  mereka yang tidak tunduk kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَدۡ أَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ فَمَا ٱسۡتَكَانُواْ لِرَبِّهِمۡ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ  

Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (QS. Al-Mu’minun (23) : 76).

Sobat. Allah telah menimpakan azab kepada mereka pada Perang Badar sehingga banyak pemimpin dan pembesar mereka yang mati terbunuh tetapi mereka tak pernah tunduk kepada Allah dan tak pernah patuh mengikuti ajaran dan perintah-Nya. Mereka tidak pernah mau berendah hati kepada-Nya, bahkan tetap sombong dan takabur dan tidak pernah berhenti melakukan kezaliman dan perbuatan dosa. Mereka bertambah sesat dan bertambah giat memerangi agama Allah sehingga mereka menyiapkan tentara dan alat-alat perang yang lebih banyak dan lebih besar lagi untuk memerangi Rasulullah. Allah berfirman:

Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-Anam/6:43).

Sobat. Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan  berulang-ulang ajaran tauhid, menyampaikannya dalam bahasa sederhana, dan menjelaskannya kepada orang-orang hingga beliau wafat. Kalimat pertama yang beliau serukan adalah “Laa Ilaaha illallah“ (Tidak ada tuhan selain Allah), dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan menjelang wafat juga “Laa ilaaha illallah“ (Tidak ada tuhan selain Allah).

Sobat. Siapa yang ingin mendapatkan syafaát Nabi Muhammad SAW, hendaklah dia memurnikan tauhid kepada Tuhannya. Jika tidak, niscaya dia tidak akan mendapatkan syafaát Nabi Muhammad SAW.  Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra  berkata, “Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berbahagia dengan syafaátmu pada hari kiamat.'  Beliau menjawab, 'Manusia yang paling bahagia dengan syafaátku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan tulus dari lubuk hatinya.'” (HR. Bukhari).

Sobat. Perintah Allah kepada Rasul-Nya untuk menyembah-Nya dengan penuh keikhlasan sangat kuat dan tegas. Keikhlasan adalah inti tauhid, rahasia pamungkas dan kunci terbesarnya. Maka  ikhlaskan  ibadah hanya untuk-Nya, karena Dia tidak menerima sekutu! Takutlah pada siksaan dan azab-Nya, karena Dia sangat berat siksaan-Nya!  Bermohonlah kepada-Nya, karena Dia Maha Kaya! Mintalah karunia-Nya, karena sesungguhnya Dia Maha Pemurah! Mohonlah ampunan kepada-Nya, karena Dia Maha luas ampunan-Nya!  Bersandarlah di sisi-Nya, niscaya akan kaudapati rasa aman! []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar