Apa yang Diajarkan Allah pada Kita di Saat Sempit?

TintaSiyasi.com -- Sobat. Allah sendirilah yang akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. Allah-lah yang akan memberi  kemudahan setelah kesulitan. Allah-lah yang akan menghadirkan kegembiraan setelah kesedihan. Allah-lah yang akan memudahkan rezeki dan urusan kita, ketika kita mau memudahkan rezeki dan urusan orang lain. Demikian janji Allah dalam kitab-Nya.

Sobat. Allah mengajarkan agar memberi saat sempit, bukan menyimpan. Allah mengajarkan agar menolong pada saat sulit, bukan meminta. Allah mengajarkan agar kita menghibur di saat sedih, bukan mengeluh.

Allah SWT berfirman :

لِيُنفِقۡ ذُو سَعَةٖ مِّن سَعَتِهِۦۖ وَمَن قُدِرَ عَلَيۡهِ رِزۡقُهُۥ فَلۡيُنفِقۡ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُۚ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَاۚ سَيَجۡعَلُ ٱللَّهُ بَعۡدَ عُسۡرٖ يُسۡرٗا 

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Thala (65) : 7).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa kewajiban ayah memberikan upah kepada perempuan yang menyusukan anaknya menurut kemampuannya. Jika kemampuan ayah itu hanya dapat memberi makan karena rezekinya sedikit, maka hanya itulah yang menjadi kewajibannya. Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana firman-Nya:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah/2: 286).

Dalam ayat lain juga dijelaskan:

Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya (Al-Baqarah/2: 233).

Tidak ada yang kekal di dunia. Pada suatu waktu, Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan, kekayaan sesudah kemiskinan, kesenangan sesudah penderitaan. Allah berfirman: Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan (Asy-Syarh/94: 6).

Sobat. Sedekah merupakan wujud syukur yang memiliki dimensi social, karena dengan bersedekah berarti kita mewujudkan rasa syukur dengan cara memberikan sesuatu yang dapat menyenangkan orang lain, sehingga rasa syukur kita memberi dampak, tidak hanya terhadap diri kita, tetapi juga orang lain yang ada di sekitar kita. Kelebihan harta kita dicicipi oleh orang lain. Kebahagiaan kita dirasakan oleh orang lain. Kemudahan yang kita miliki ikut pula dinikmati orang lain.

Sobat. Makin banyak kenikmatan Allah yang mengalir pada orang lain melalui tangan kita, maka Allah akan terus memperlebar keran-keran nikmat tersebut untuk kita. Allah akan menghapus kerak-kerak penutup aliran nikmat yang melekat pada diri kita. Sehingga, dari hari ke hari kemudahan demi kemudahan dianugerahkan Allah untuk hidup kita.

Sobat. Ketahuilah sesungguhnya penutup keran nikmat Allah pada diri kita adalah dosa-dosa yang melekat pada diri kita, baik dosa kita terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Tidak ada yang bisa membantu membuka keran nikmat tersebut selain ridha dan kasih sayang Allah.

Sobat. Rezeki yang berkah dan selalu datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Harta, jiwa dan hidupnya sudah dinafkahkan untuk agama Allah, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran dalam dirinya akan kemiskinan.

Rezeki yang dimiliki oleh orang-orang bertakwa adalah kekayaan sejati yang membawa berkah. Kekayaan yang membawa pemiliknya pada kemuliaan di  dunia dan akherat. Mereka  adalah orang-orang yang hati, lisan dan pikiran, dan akhlaknya terjaga. Selalu menempatkan Allah sebagai tujuan akhir dari setiap ikhtiar yang mereka lakukan. Merekalah pemiliki kekayaan Sang Pemilik kekayaan hakiki yang sesungguhnya.

Sobat. Kenapa takwa bisa menjadi kunci keberkahan?
Pertama. Takwa merupakan barometer kualitas manusia di hadapan Allah.
Kedua. Takwa akan mendatangkan cinta dan kasih sayang Allah.
Ketiga. Orang yang bertakwa adalah orang yang hati, pikiran, ucapan, dan tindakannya terjaga. Sehingga dia selalu mendapat rahmat dan kasih sayang Allah.
Keempat. Orang bertakwa adalah orang yang selalu bersemangat dalam mengejar amal kebaikan.

Sobat. Amalan apa dan bagaimana meraih takwa? Allah memberikan petunjuk kepada kita melalui firman-Nya:

۞لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah (2) : 177).

Sobat. Ayat ini bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam.

Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur'an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.

Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:

PertamaPertama. Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.
Kedua. Memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.
Ketiga. Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.
Keempat. Memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.
Kelima. Memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.

Kedua. Mendirikan shalat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

Ketiga. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah At-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur'an apabila disebutkan perintah: "mendirikan shalat", selalu pula diiringi dengan perintah: "menunaikan zakat", karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab shalat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi. Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad SAW wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.

Keempat. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW:
Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra).

Kelima.  Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk. 
 
Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar