Piala Dunia 2022 Qatar Habiskan Dana Lebih dari Rp3000 Triliun: Prestasi atau Eksploitasi?

  
TintaSiyasi.com -- Benarkah Piala Dunia 2022 Qatar adalah prestasi? Atau jangan-jangan adalah momen untuk mengeksploitasi negeri Muslim? Bayangkan, ditunjuknya Qatar jadi tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar telah menggelontorkan dana 220 miliar dolar AS atau Rp3.344 triliun. Hingga ajang ini disebut menjadi turnamen sepak bola termahal sepanjang masa. Ini adalah angka fantastis untuk sebuah pertunjukan bukan?

Coba bandingkan dengan utang Indonesia. Selama 77 tahun Indonesia merdeka, posisi utang luar negeri (ULN )Indonesia pada akhir triwulan III ​2022 tercatat sebesar 394,6 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada triwulan II 2022 sebesar 403,6 miliar dolar AS. (bi.go.id, 15/11/2022). Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, posisi utang pemerintah saat ini tembus Rp 7.496,7 triliun per 31 Oktober, dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 38,36 persen. (CNBCIndonesia.com, 28/11/2022)

Biaya Piala Dunia 2022 hampir separuh dari tanggungan utang Indonesia. Luar biasa, uang sebanyak itu hanya dihabiskan untuk acara yang tidak ada manfaatnya untuk dunia Islam. Dikatakan tidak bermanfaat karena ini adalah bentuk pemborosan dan menghambur-hamburkan uang di tengah umat Islam masih kesusahan dan kesengsaraan akibat kapitalisme sekuler. Inilah tipu daya kapitalisme global menjadikan negeri-negeri Muslim disibukkan dengan acara-acara yang nirfaedah.

Menyelisik di Balik Qatar Berani Menghabiskan Dana Fantastis untuk Piala Dunia 2022

Qatar jadi buah bibir setelah menyelenggarakan Piala Dunia 2022. Qatar diklaim negara kecil berpenduduk kurang dari 3 juta jiwa, tetapi Qatar adalah negara nomor satu terkaya di dunia pada tahun 2020 dikutip dari Global Finance yang dikutip Kompas.com (27/11/2022). Pada tahun 2022, Qatar menjadi negara nomor empat terkaya di dunia. Pendapatan terbesar Qatar adalah dari sumber dan ladang minyak, gas dan petrokimia yang melimpah di sana. 

Ada beberapa catatan kritis soal sikap Qatar tersebut. Pertama, Qatar negara kaya sumber daya alam (SDA), tetapi dalam pengelolaannya belum terbebas dari cengkeraman asing. Mengutip Britannica dari Tempo.co (25/11/2022), konsesi minyak Qatar diberikan kepada Iraq Petroleum Company (IPC), konsorsium perusahaan Eropa dan Amerika. Selanjutnya, produksi minyak dan gas nasional dalam rangkaian langkah pada 1970-an. Nasionalisasi penuh terjadi pada 1977 dan bekas konsesi diberikan kontrak layanan dengan operasi diawasi oleh Qatar Petroleum, perusahaan minyak nasional.

Sekalipun Qatar melakukan nasionalisasi, sejatinya Qatar belum terbebas dari hegemoni Barat. Buktinya, Qatar hari ini menjadi target eksploitasi Barat dengan ajang Piala Dunia 2022 yang menjadi ajang termahal sepanjang dekade. Pemborosan yang dilakukan Qatar tidak memberikan dampak pada Qatar, justru yang mendapatkan keuntungan adalah FIFA. FIFA berhasil memanfaatkan negeri-negeri Muslim untuk menyelenggarakan acara yang nirfaedah. 

Kedua, Qatar bukan negara Islam dan Qatar berada dalam lingkaran imperialisme Barat. Qatar daerah bekas jajahan Inggris dan ketika Qatar diembargo, Qatar tetap bisa bertahan karena Qatar merupakan negara kaya akan minyak. Sayangnya Qatar negeri Muslim, bukan negara Islam. Qatar memang dihuni mayoritas Muslim, tetapi aturan yang diterapkan bukan aturan Islam secara kaffah. Qatar mewarisi sistem pemerintahan kerajaan sebagaimana sistem yang diwariskan oleh negara yang pernah menjajahnya, yakni Inggris. Inilah jawaban Qatar negeri Muslim, tetapi bisa jadi negara yang menyelenggarakan Piala Dunia II, karena Qatar bukan negara Islam, wajar kebijakan bisa dipengaruhi oleh Barat.

Ketiga, kesuksesan Qatar menyelenggarakan acara hedonistik, menghamburkan uang, dan membawa kampanye moderasi beragama mengonfirmasi posisinya sebagai negara sekuler. Klaim Qatar membawa Islam ramah dan damai ini adalah klaim yang lemah. Pada faktanya Qatar telah mengonfirmasi dirinya telah hanyut dalam westernisasi Barat. Dulu Qatar pernah dituduh sebagai negara yang berpihak pada kaum radikal dan ekstremisme.

Dikonfirmasi dari JawaPos.com (2017), blokade terhadap Qatar itu bermula dari unggahan kantor berita Qatar yang memuat komentar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani sekitar dua pekan lalu. Emir Qatar itu mengkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Iran. Dia juga menyanjung negara Syiah tersebut sebagai kekuatan Islam. Qatar dianggap merangkul beberapa kelompok teroris dan sektarian dengan tujuan mengganggu stabilitas regional.

Miris, negara mayoritas Muslim dikuras uangnya untuk membuat acara nirfaedah dan cenderung melalaikan kaum Muslim. Awalnya Qatar menolak "promosi" L68TQ, tetapi karena dikecam FIFA dan dunia Barat akhirnya Qatar menerimanya. Ironisnya ketika Qatar jadi tempat Piala Dunia II, Qatar telah mengizinkan budaya-budaya Barat mewarnai negaranya.

Inilah bukti westernisasi dan eksploitasi dunia Arab itu nyata dilakukan oleh Barat dan kroco-kroconya. Selain sumber daya alam di negeri-negeri Muslim dijadikan rebutan oleh Barat, tetapi mereka berusaha merusak sumber daya manusia dengan menjauhkan umat Islam dan Islam yang sesungguhnya. Umat Islam patut waspada dan jangan larut memuji-muji dan takjub pada Qatar.

Dampak Pemborosan Dana yang Dilakukan Qatar demi Piala Dunia 2022 terhadap Ekonomi Qatar

Astaghfirullahal'adzim, di kala kaum Muslim masih banyak yang terlunta-lunta hidupnya mencari keamanan dan penghidupan yang layak. Namun, Qatar menghamburkan ratusan dolar atau triliun rupiah hanya demi acara settingan Barat. Sungguh ironis. Ada beberapa dampak pemborosan dana ini. Pertama, sejak 12 tahun yang lalu, Qatar sudah sibuk mencalonkan dirinya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. 

Dikonfirmasi dari tvOnenews.com (15/11/2022), bermula dari kampanye pencalonan hingga penunjukan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 semasa kongres Piala Dunia 2010, Qatar telah membelanjakan dana Rp15,4 triliun. Sebagian besar tersedot untuk pembangunan tujuh stadion baru dan satu renovasi venue lama. Sejatinya ini adalah tindakan yang sulit untuk dikaitkan untuk kebangkitan Islam. 

Kedua, selama 12 tahun Qatar sudah menyedot 10 person PDB. Jika Produk Domestik Bruto (PDB) Qatar pada 2022 mencapai Rp2.732 triliun, pemerintah telah mencurahkan 10 persen PDB untuk FIFA World Cup! Astaghfirullah, Qatar seolah-olah telah dijadikan sapi perah menyukseskan acara FIFA World Cup. 

Piala Dunia yang terbukti sebagai ajang yang menguatkan ashabiyah (kesukuan), hari dijadikan alat untuk kampanye nilai-nilai Barat. Terutama yang sedang diaruskan adalah moderasi beragama, paham Barat agar umat Islam menjauhi Islam dan menerima nilai-nilai Barat.

Ketiga, FIFA tidak memikirkan pemasukan Qatar melainkan menargetkan untung 46 triliun rupiah. Organisasi sepak bola dunia (FIFA) memproyeksikan keuntungan dari pemasukan hak siar televisi, tiket, akomodasi dan sponsor sebesar Rp72,7 triliun dan netto Rp46,4 triliun. Dikonfirmasi dari tvonenews.com, FIFA tidak menjatahkan keuntungan dari penyelenggaraan turnamen untuk Qatar. Negara tuan rumah Piala Dunia 2022 hanya akan menikmati hak istimewa dari gengsi melaksanakan kejuaraan terakbar di jagat. Secara total, FIFA mengucurkan Rp26,3 triliun untuk biaya operasional, uang sebanyak itu digunakan FIFA untuk promosi dan membeli hadiah pemenang Piala Dunia 2022.

Fakta yang ditemui di atas makin mengokohkan, Qatar hanya diperas demi perhelatan kepentingan Barat. Sekali lagi, umat Islam hanya bisa gigit jari. Negaranya diporakporandakan dengan budaya sesat Barat yang masuk, uangnya dihamburkan demi acara ini. Di saat yang sama kaum Muslim di Palestina, Afghanistan, Suriah, dan lainnya hancur akibat kebiadaban Israel dan negara pendukungnya. Bahkan, kaum Muslim di Khasmir, Rohingya, Uighur, dan lain-lain menghadapi penguasa bengis dan hidup dengan kesengsaraan. Maka, tidak ada pilihan lain untuk kembali pada Islam secara kaffah agar terbebas dari cengkeraman penjajah kapitalisme global.

Strategi Islam Menyelenggarakan Kompetisi Sepak Bola atau Olahraga lainnya

Di dalam Islam sepak bola adalah olahraga dan hukumnya mubah. Namun, perkara mubah tidak boleh menjadikan batu lompatan Umar Islam terjun ke jurang pemborosan, kemaksiatan, bahkan syiar kemungkaran. Jelas-jelas ini adalah perkara yang haram. Terbukti acara Piala Dunia 2022 berisi tayangan hedonistik, liberalistik, dan hanya dijadikan mesin pencari uang FIFA dan keeksisan FIFA dengan memanfaatkan dan mengeksploitasi negeri Muslim.

Oleh karena itu, jika negeri Muslim menyelenggarakan sepak bola seharusnya berdasarkan tuntutan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Yakni sebagai berikut. Pertama, baik pemain maupun penonton harus mengenakan pakaian takwa. Tidak boleh pemain sepak bola menampakkan auratnya, laki-laki tidak boleh menampakkan lutut ke atas. Penonton sepak bola juga tidak boleh menampakkan aurat baik laki-laki maupun perempuan.

Kedua, tidak boleh menghamburkan uang hingga melalaikan periayah/pengelolaan terhadap kaum Muslim yang lain. Saat Qatar melakukan pembangunan yang menyedot ribuan triliun, di saat yang sama banyak kaum Muslim di belahan bumi lainnya tidak memiliki rumah dan tempat tinggal. Apalagi acara sepak bola ini mubah, oleh karena itu, tidak boleh umat Islam berlebih-lebihan dalam acara ini. 

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an: Katakanlah hai Ahli Kitab, janganlah kalian belebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Nabi Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus (Q.S. Al-Maidah/3: 77).

Ketiga, penonton laki-laki dan perempuan terpisah. Dalam menyelenggarakan acara mubah harus memperhatikan kaidah syarak, tidak boleh seenaknya campur baur laki-laki dan perempuan. Keempat, tidak boleh ada perjudian dalam kompetisi sepak bola. Olahraga hukumnya boleh, kompetisi bola boleh, tetapi haram hukumnya berjudi ketika ada menonton atau ikut kompetisi. 

Kelima, tetap dalam nuansa syiar Islam dan haram ada promosi kemungkaran dalam bentuk apa pun dalam pagelaran yang dibuat oleh kaum muslimin. Keenam, tidak boleh bekerja sama dengan negara kafir penjajah. Apalagi hanya untuk mengadakan pertandingan sepak bola. Hubungan negara Islam terhadap negara kafir penjajah adalah amar makruf nahi mungkar, bukan dijadikan alat untuk kampanye kemungkaran atau pemborosan uang semata. 

Inilah sejatinya yang harus diperhatikan dan dipersiapkan negara Islam ketika akan mengadakan pertandingan sepak bola. Tentunya itu tidak mampu terwujud jika berada dalam sistem sekuler yang berkiblat pada kapitalisme global. Umat Islam harus terdepan dan mampu memimpin dirinya sendiri dengan berpegang teguh pada Islam kaffah. Umat Islam mampu menjadi negara maju banyak kawan dan ditakuti lawan jika menerapkan sistem pemerintahan Khilafah Islamiah bukan sistem pemerintahan warisan penjajah sekuler.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Inilah bukti westernisasi dan eksploitasi dunia Arab itu nyata dilakukan oleh Barat dan kroco-kroconya. Selain sumber daya alam di negeri-negeri Muslim dijadikan rebutan oleh Barat, tetapi mereka berusaha merusak sumber daya manusia dengan menjauhkan umat Islam dan Islam yang sesungguhnya. Umat Islam patut waspada dan jangan larut memuji-muji dan takjub pada Qatar.

Fakta yang ditemui di atas makin mengokohkan, Qatar hanya diperas demi perhelatan kepentingan Barat. Sekali lagi, umat Islam hanya bisa gigit jari. Negaranya diporakporandakan dengan budaya sesat Barat yang masuk, uangnya dihamburkan demi acara ini. Di saat yang sama kaum Muslim di Palestina, Afghanistan, Suriah, dan lainnya hancur akibat kebiadaban Israel dan negara pendukungnya. Bahkan, kaum Muslim di Khasmir, Rohingya, Uighur, dan lain-lain menghadapi penguasa bengis dan hidup dengan kesengsaraan. Maka, tidak ada pilihan lain untuk kembali pada Islam secara kaffah agar terbebas dari cengkeraman penjajah kapitalisme global.

Inilah sejatinya yang harus diperhatikan dan dipersiapkan negara Islam ketika akan mengadakan pertandingan sepak bola. Tentunya itu tidak mampu terwujud jika berada dalam sistem sekuler yang berkiblat pada kapitalisme global. Umat Islam harus terdepan dan mampu memimpin dirinya sendiri dengan berpegang teguh pada Islam kaffah. Umat Islam mampu menjadi negara maju banyak kawan dan ditakuti lawan jika menerapkan sistem pemerintahan Khilafah Islamiah bukan sistem pemerintahan warisan penjajah sekuler.[]

Oleh: Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute dan Dosen online Uniol 4.0 Diponorogo 

Materi Kuliah Online Uniol 4.0 Diponorogo
Rabu, 30 November 2022 di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#Lamrad #LiveOperresedOrRiseUpAgainst

Posting Komentar

0 Komentar