Kemaksiatan Menghapus Keberkahan


TintaSiyasi.com -- Sobat. Sebuah atsar yang dikemukakan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya Az-Zuhd bahwa Allah berfirman: “Sesungguhnya jika Aku ditaati maka aku menjadi ridha. Jika Aku ridha maka aku akan memberi keberkahan, sedangkan keberkahan-Ku tidak ada penghabisannya. Sebaliknya jika Aku didurhakai maka Aku akan murka. Jika Aku murka maka Aku akan melaknat, sedangkan laknatku berlaku sampai tujuh turunan.”

Sobat. Keluasan rezeki dan umur bukanlah karena banyak dan panjangnya umur. Bukan pula karena banyaknya bulan atau tahun. Akan tetapi, semuanya adalah karena berkah yang diperoleh.

وَأَلَّوِ ٱسۡتَقَٰمُواْ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسۡقَيۡنَٰهُم مَّآءً غَدَقٗا لِّنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِۚ وَمَن يُعۡرِضۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِۦ يَسۡلُكۡهُ عَذَابٗا صَعَدٗا 

"Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat." (QS. Al-Jinn (72) : 16-17).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa siapa saja di antara manusia atau jin yang tetap berpegang dan menjalankan ketentuan-ketentuan Islam, Allah akan melapangkan rezekinya serta memudahkan semua urusan dunia mereka. Dalam rangka melapangkan rezeki, Allah mengungkapkannya dengan kata "air yang segar", karena air itu adalah sumber kehidupan. Banyak air berarti kebahagiaan yang luas. Firman Allah:
 
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (Al-A'raf/7: 96).

Sobat. Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa mereka diberi kelapangan hidup untuk menguji dan mengamati siapa di antara mereka yang mensyukuri nikmat-Nya dan siapa pula yang mengingkarinya. Bagi yang mensyukurinya, Allah menyediakan balasan yang paling sempurna, dan bagi mereka yang mengingkari, Allah memberikan kesempatan dan mengundurkan siksa-Nya. Kemudian barulah Allah menjatuhkan azab-Nya. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
 
Dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh (Al-Qalam/68: 45).

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang berpaling dari Al-Qur'an dan petunjuk-Nya, tanpa mengikuti perintah-perintah-Nya serta tidak pula menjauhi larangan-larangan-Nya, Allah akan menyiksanya dengan azab yang paling dahsyat dan ia tidak dapat melepaskan diri daripada-Nya.

Sobat. Setiap kali seorang hamba berbuat maksiat, ia turun ke tingkatan yang lebih rendah, ia masih saja turun ke bawah sehingga ia menjadi bagian dari golongan yang terendah. Sebaliknya, jika ia melakukan ketaatan maka ia naik satu tingkatan. Dan, derajatnya masih terus meningkat sehingga termasuk ke dalam golongan illiyyin (para hamba yang menempati derajat yang tinggi).

Sobat. Akibat buruk lainnya dari kemaksiatan adalah ia akan menghapuskan keberkahan umur, rezeki, ilmu dan keberkahan ketaatan. Secara umum, kemaksiatan itu akan menghapuskan keberkahan agama dan dunia. Maka engkau tidak akan mendapatkan keberkahan sedikit pun dari orang-orang yang berbuat maksiat, baik dari sisi agama maupun dunianya. Tidaklah keberkahan itu dihapuskan oleh Allah dari muka bumi melainkan karena adanya kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.

Sobat. Umur seorang hamba itu adalah masa kehidupannya, sedangkan tidak ada kehidupan bagi orang yang berpaling dari Allah dan sibuk dengan selain-Nya. Bahkan kehidupan hewan saja bisa lebih baik daripada kehidupan manusia. Sesungguhnya kehidupan manusia tergantung kehidupan hati dan tuhnya. Tidak ada kehidupan bagi hatinya kecuali dengan mengenal Dzat yang telah menciptakannya, mencintai-Nya, beribadah hanya kepada-Nya semata, kembali ke jalan-Nya.

Barangsiapa yang kehilangan kehidupan ini maka ia kehilangan seluruh jenis kebaikan, sekalipun diganti dengan segala hal yang ada di dunia. Bahkan sebenarnya dunia ini seluruhnya tidak bisa dijadikan sebagai ganti dari jenis kehidupan ini. Dari segala sesuatu yang hilang dari seorang hamba, memang ada gantinya. Akan tetapi jika yang hilang darinya adalah Allah, tidak ada sesuatu pun yang bisa menjadi ganti.

Sobat. Segala sesuatu yang tidak untuk Allah maka keberkahannya tercabut. Karena sesungguhnya hanya Allahlah Dzat yang memberi keberkahan. Segala keberkahan itu berasal dari-Nya. Segala yang disandarkan kepada-Nya diberkahi, firman-Nya diberkahi, Rasul-Nya diberkahi, hamba-Nya yang beriman dan memberi manfaat kepada sesama juga diberkahi. Baitulharam diberkahi. Tempat anak panah-Nya di bumi, yaitu tanah Syam, adalah tanah yang penuh berkah.

۞إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا  

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS. Fathir (35) : 41).

Sobat. Allah melukiskan kebenaran dan keagungan kekuasaan-Nya. Dengan kekuasaan-Nya, langit tercipta tanpa tiang, dan gunung-gunung berdiri dengan kokoh. Allah menyebarkan makhluk melata (dabbah), manusia, dan hewan di atas bumi, seperti bunyi ayat:
 
Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik (Luqman/31: 10).

Semuanya membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah Yang Mahaagung. Pengertian Allah menahan langit dan bumi ialah menahan langit itu dengan hukum gravitasi agar tidak guncang dan roboh, atau bergeser dari tempatnya. Allah memelihara dan mengawasi keduanya dengan pengawasan yang Dia sendirilah yang mengetahuinya. Semua benda-benda langit di jagat raya ini beredar menurut garis edarnya masing-masing. Para ahli ilmu astronomi dapat membuktikan bahwa tidak pernah terjadi benturan antara benda-benda angkasa itu satu dengan yang lain. Semuanya beredar menurut garis edarnya masing-masing. Keterangan lain yang menguatkan arti yang terkandung dalam ayat di atas yakni:
 
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur) (Ar-Rum/30: 25).

Kuatnya bangunan langit dan bumi itu sehingga tidak pernah mengalami kerusakan, keruntuhan, dan sebagainya adalah karena kekuasaan Allah juga. Jika Allah Yang Mahakuasa itu bermaksud menghancurkan bumi dan langit itu, tiada satu kekuatan pun dari makhluk yang sanggup mencegahnya. Demikianlah pula dijelaskan oleh ayat lain:
 
Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia) apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia (Al-Hajj/22: 65).

Di samping sifat-Nya yang Maha Perkasa itu, Allah juga mempunyai sifat rasa kasih sayang kepada hamba-Nya. Biarpun manusia di bumi ini kebanyakan kafir dan tidak mau tunduk pada pengajaran dan pedoman hidup menuju kesejahteraan dunia dan akhirat yang telah ditetapkan-Nya, namun azab dan murka Allah tiada segera diturunkan untuk menghukum kaum kafir dan pendurhaka. Kasih sayang Allah itu ialah selain menunda siksaan bagi orang kafir dan ingkar, juga sangat mudah memberi ampunan kepada siapa yang mau tobat dari segala kesalahannya, bagaimanapun besarnya perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya. Allah Maha Perkasa, Maha Pengasih, dan Penyayang kepada seluruh hamba-Nya, baik terhadap orang Mukmin maupun kafir.

Sobat. Dalam hadis yang diriwiyatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu terlaknat, begitu juga apa saja yang ada di dalamnya; kecuali dzikir kepada Allah dan apa saja yang dicintai oleh Allah, serta orang yang berilmu atau yang sedang mempelajari ilmu” (HR. Tirmidzi). []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar