Term Khilafah Dihina Menjadi Khilafuck: Di Mana Pembelaan Umat Islam?



TintaSiyasi.com -- Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah. Kata Khilafah adalah term ajaran Islam. Namun, kata Khilafah telah diplesetkan menjadi Khilaf*ck. Astaghfirullahal'adzim, na'uzubillah.

Ya, Senin (24/10/2022), salah satu Komisaris BUMN Dede Budhyarto mengunggah cuitan: "Memilih capres jgn sembrono apalagi memilih Capres yg didukung kelompok radikal yg suka mengkafir-kafirkan, pengasong khilafuck anti Pancasila, gerombolan yg melarang pendirian rumah ibadah minoritas."

Bukankah cuitan tersebut jelas-jelas terdapat unsur kesengajaan menghina Khilafah sebagai ajaran Islam? Sungguh telah nyata penghinaan terlihat dalam cuitannya. Itu pun diikuti oleh para BuzzerRp yang membelanya mati-matian dan menyerang para pembela term khilafah. Akankah umat Islam diam melihat ini semua? Mungkinkah keadilan bisa ditegakkan terhadap pejabat dalam demokrasi hari ini? Ataukah mereka akan dibiarkan oleh hukum yang ada?

Menyoal di Balik Cuitan Kasar Khilafuck

Menyoal cuitan yang diunggah oleh Dede Budhyarto ada beberapa hal yang perlu dikritisi. Pertama, sejatinya cuitan tersebut dampak dari Pilpres 2024 yang sudah mulai memanas di tahun ini. Aroma perebutan tamuk kekuasaan setelah periode kedua Jokowi saat ini memang cukup alot. Banyak kontestan yang sudah mulai mengepakkan sayapnya dan mempromosikan dirinya. Namun, persaingan dengan saling menjatuhkan pun sudah mulai terlihat.

Kedua, cuitan tersebut menyebarkan narasi kebencian dan memecah belah umat. Ia mengatakan, kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan, ini maksudnya siapa? Term kafir dalam Islam adalah sebutan mereka yang tidak meyakini Islam. Agama lain pun memiliki istilah untuk menyebut orang-orang yang tidak mengikuti ajaran keyakinan mereka. Lalu, siapa yang dimaksud cuitan tersebut sebenarnya? Justru cuitan tersebut berpotensi mengadu domba umat Islam. 

Ketiga, kata Khilafah diganti dengan khilafuck ini jelas penghinaan terhadap ajaran Islam. Tidak sepakat dengan sistem pemerintahan Khilafah Islamiah silakan. Itu adalah hak Anda, tetapi jangan menghina ajaran Islam. Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi. Lantas, mereka yang berani menghina Islam sejatinya telah menghina risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan mereka berhadapan dengan Tuhan Semesta Alam Allah Subhanahuwa wata'ala. Betapa beraninya jempolnya menulis cuitan itu untuk diunggah di muka umum? Sungguh Allah Maha Melihat atas semua itu. 

Keempat, narasi khilafah anti-Pancasila ini adalah narasi yang memojokkan ajaran Islam. Islam adalah ajaran nenek moyang Nusantara. Melalui darah ulama dan umat Islam, negeri ini merdeka. Nenek moyang kita memiliki hubungan dengan Kekhilafahan Utsmaniyah dalam melawan penjajahan yang terjadi di bumi Nusantara. Hal itu bisa dilihat dalam literasi sejarah. Atas dasar apa, mereka menghakimi ajaran khilafah? Khilafah tidak sesuai dengan ini, bertentangan dengan itu, tidak begini, tidak begitu, dan sebagainya. Jika ingin memahami khilafah belajar dan merujuk pada tuntutan Islam. Jangan mengeluarkan pernyataan yang sembrono dan berpotensi memfitnah ajaran Islam.

Kelima,  pernyataan gerombolan yg melarang pendirian rumah ibadah minoritas, ini siapa yang dimaksud? Siapa yang melarang pembangunan rumah ibadah minoritas? Jelas cuitan ini berpotensi mengadu domba antara umat beragama di negeri ini. Seolah-olah dia sedang ingin menjatuhkan tuduhan secara bersamaan, tuduhan radikal, anti-Pancasila, mengkafir-kafirkan, dan melarang pendirian rumah ibadah minoritas menjadi satu nada. 

Padahal, secara faktual siapa yang diminoritaskan di negeri ini? Siapa? Umat Islam. Umat Islam memang umat mayoritas, tetapi rasa minoritas. Atas dasar toleransi dan moderasi beragama umat Islam dipaksa mengikuti ajaran-ajaran agama lain. Ketika umat Islam menolak. Mereka dicap intoleran. Sebagai contoh ketika ada perayaan agama lain, dalam Islam, lakum dinukum waliyyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku). Namun, umat Islam dituntut berpartisipasi dalam perayaan agama lain atas dasar moderasi beragama. Sejatinya, siapa yang intoleran memaksakan kehendak dan keyakinannya pada umat Islam hari ini?

Sejatinya, narasi-narasi yang ada di cuitan DB berpotensi menyuburkan perpecahan bangsa, tetapi mengapa dibiarkan? Apakah narasi-narasi tersebut dipelihara dan kebal hukum? Ataukah mereka menunggu peringatan Allah Subhanahuwa wata'ala menemui mereka? Ya Allah Ya Rabbi, Engkaulah yang memiliki segala daya kekuatan di muka bumi ini. Sungguh manusia tidak patut sombong dan takabur atas kekuasaan yang mereka miliki di dunia. Jika kekuasaan yang dimiliki tidak digunakan untuk menolong agama Allah Subhanahuwa wata'ala, niscaya kekuasaan tersebut akan menghancurkan dirinya sendiri. Namun, jika kekuasaan yang mereka miliki mereka gunakan untuk menolong agama Allah, sungguh Allah akan menjadi penjaga kekuasaan tersebut.

Dampak Cuitan Tersebut bagi Umat Islam

Umat Islam yang memahami khazanah Islam dan sejarah Islam pasti mengetahui term khilafah. Apa yang dilakukan oleh DB itu telah melecehkan ajaran Nabi Muhammad SAW yang agung. Siapa yang bisa diam melihat penghinaan terhadap ajaran Islam ini? Dampak dari narasi khilafah yang viral karena diplesetkan oleh DB ada dua. Pertama, justru opini khilafah akan makin viral di hati umat. Umat Islam yang di dadanya memiliki akidah Islam yang jernih pasti paham, khilafah ajaran Islam. Karena sangat mudah menemukan khazanah ini dalam literatur Islam. Sehingga, dengan dibicarakannya khilafah sejatinya malah mempromosikan istilah tersebut. 

Kedua, menebarkan khilafahfobia. Sadar atau tidak, jika ada pejabat negara yang berujar demikian dan aturan hukum tidak menindak secara tegas artinya ada upaya menyebarkan ketakutan pada ajaran khilafah. Umat Islam harus menyadari ada upaya menjauhkan umat Islam dari istilah khilafah. Khilafah fobia cmmencoba untuk didengungkan, padahal Khilafah Islamiah ketika diterapkan selama kurang lebih 13 abad lamanya telah membuat musuh-musuh Islam gusar dan tidak bisa tidur memikirkan bagaimana meruntuhkan khilafah.

Sudah saatnya umat Islam itu memiliki satu suara, yakni khilafah ajaran Islam yang patut untuk diperjuangkan. Umar hari ini seolah-olah sedang dihadapkan dengan dua pilihan. Pilihan pertama, jika ada yang bicara khilafah, seolah-olah akan dicap radikal, HTI, FPI, anti-Pancasila, dan lain sebagainya. Seolah-olah ada upaya agar yang mengatakan khilafah dituduh dengan narasi-narasi yang tak berdasar. Selain itu, yang mendakwahkan khilafah seolah-olah boleh dikriminalisasi dan dipersekusi. Padahal, khilafah adalah ajaran Islam. Mendakwahkannya sesuai dengan tuntutan Islam dan dilindungi konstitusi.

Pilihan kedua, jika tidak bicara khilafah, seolah-olah aman dan berada di kubu rezim. Padahal juga tidak begitu yang terjadi. Masih ingat Ustaz Hanan Attaki ditolak dakwahnya karena dianggap HTI. Padahal, selama ia berdakwah tidak membahas khilafah. Belum lagi banyak acara seperti Muslim United digagalkan dengan tuduhan-tuduhan radikal dan sebagainya. 

Hal inilah yang harus umat Islam pahami, sekarang Islam dan tokoh-tokohnya memang sengaja dimusuhi dan dihalangi untuk mendakwahkan Islam. Setelah mereka menjauhkan umat dari khilafah, mereka ingin menjauhkan umat dari Islam secara keseluruhan. Maka, umat Islam hari ini seharusnya bangga bicara khilafah. Karena selain ajaran Islam, hanya khilafah yang mampu menyatukan umat Islam di muka bumi ini, menyelamatkan, melindungi, menjaga kemuliaan Islam dan umatnya.

Strategi Islam dalam Menghadapi Penghina terhadap Islam dan Umatnya

Mereka yang menghina Islam tentu akan mendapatkan sanksi yang sangat tegas dan jera. Bahkan, mereka yang secara nyata berani menghina Islam sama saja dia sedang mengobarkan permusuhan terhadap umat Islam. Oleh karena itu, yang seharusnya mampu menjaga kemuliaan Islam adalah umat Islam itu sendiri dan kekuasaan. Karena di tangan penguasa para pelaku penghina Islam dapat dihukum secara Islami. Tidak seperti hari ini.

Dalam sistem demokrasi kapitalisme, manusia bebas bermaksiat bahkan menghina Islam. Inilah sejatinya penyebab maraknya penghinaan terhadap Islam karena sistem dan hukum yang ada tidak memihak pada Islam, justru bertentangan dengan Islam. Boro-boro Islam akan dimuliakan, justru malah dihina dan dijauhkan dari umat Islam. 

Strategi menjaga kemuliaan dan kehormatan Islam yang dapat dilahirkan dari individu, masyarakat, dan instiusi negara. Pertama, sebagai individu Muslim wajib menjaga kemuliaan Islam, karena ini adalah konsekuensi keimanan dan ketakwaan sebagai Muslim. Seorang Muslim selain menjaga kemuliaan dan kehormatan Islam dengan tutur lakunya, selain itu juga harus menunjukkan pembelaannya ketika Islam dihina. Bukan karena Islam lemah sehingga butuh dibela, tetapi pembelaan Muslim pada agamanya adalah konsekuensi akidah. Jika seorang Muslim diam ketika dihina, perlu dipertanyakan keimanannya?

Kedua, begitu pula masyarakat sebagai pelaku kontrol sosial. Masyarakat juga harus mencegah kemungkaran. Baik kemungkaran berupa dilakukan pelanggaran syariat atau pelecehan terhadap syariat. Apa yang dilakukan umat Islam saat ini hanyalah melakukan aksi demonstrasi menuntut dihukumnya penghina Islam, tetapi mereka justru tidak lepas dari sikap persekusi dan kriminalisasi ketika membela agamanya sendiri. Oleh karena itu, perlu kesadaran komunal, tentang junnah Khilafah Islamiah ini penting diwujudkan. Karena hanya dengan khilafah penghinaan terhadap Islam mampu diadili dan dicegah.

Ketiga, institusi negara. Negara yang menerapkan hukum Islam secara kaffah yang akan memberikan efek jera dan menegakkan keadilan Islam bagi para pelaku penistaan Islam. Di mana pun mereka berada, kapan pun itu, khilafah akan mengejar mereka para penghina Islam dan akan membuat perhitungan kepada para penista Islam. Ini bukan hanya isapan jempol, tetapi ini benar-benar akan dilakukan oleh Khalifah sang pemimpin Khilafah Islamiah. Bagi seorang Khalifah menjaga kemuliaan dan kehormatan Islam adalah tanggung jawab negara. Negara wajib menjaga kehormatan dan kemuliaan Islam dengan menegakkan hukum Islam secara paripurna. Selain itu umat Islam dalam naungan khilafah senantiasa didorong untuk menjaga kemuliaan Islam dalam bentuk apa pun.

Harus dipahami, maraknya penghinaan terhadap Islam karena umat Islam tidak memiliki junnah (perisai), yaitu khilafah. Oleh karena itu, bukan memusuhi ajaran khilafah, namun umat Islam harus belajar dan memperjuangkan di era saat ini. Agar khilafah dapat diterima oleh umat, diterapkan, dan hadir di tengah-tengah umat. Karena sudah terbukti, demokrasi kapitalisme telah menguburkan kemaksiatan, kejahatan, dan kezaliman. Tidak ada aturan yang lebih mulia, kecuali aturan Islam.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Sejatinya, narasi-narasi yang ada di cuitan DB berpotensi menyuburkan perpecahan bangsa, tetapi mengapa dibiarkan? Apakah narasi-narasi tersebut dipelihara dan kebal hukum? Ataukah mereka menunggu peringatan Allah Subhanahuwa wata'ala menemui mereka? Ya Allah Ya Rabbi, Engkaulah yang memiliki segala daya kekuatan di muka bumi ini. Sungguh manusia tidak patut sombong dan takabur atas kekuasaan yang mereka miliki di dunia. Jika kekuasaan yang dimiliki tidak digunakan untuk menolong agama Allah Subhanahuwa wata'ala, niscaya kekuasaan tersebut akan menghancurkan dirinya sendiri. Namun, jika kekuasaan yang mereka miliki mereka gunakan untuk menolong agama Allah, sungguh Allah akan menjadi penjaga kekuasaan tersebut.

Hal inilah yang harus umat Islam pahami, sekarang Islam dan tokoh-tokohnya memang sengaja dimusuhi dan dihalangi untuk mendakwahkan Islam. Setelah mereka menjauhkan umat dari khilafah, mereka ingin menjauhkan umat dari Islam secara keseluruhan. Maka, umat Islam hari ini seharusnya bangga bicara khilafah. Karena selain ajaran Islam, hanya khilafah yang mampu menyatukan umat Islam di muka bumi ini, menyelamatkan, melindungi, menjaga kemuliaan Islam dan umatnya.

Harus dipahami, maraknya penghinaan terhadap Islam karena umat Islam tidak memiliki junnah (perisai), yaitu khilafah. Oleh karena itu, bukan memusuhi ajaran khilafah, namun umat Islam harus belajar dan memperjuangkan di era saat ini. Agar khilafah dapat diterima oleh umat, diterapkan, dan hadir di tengah-tengah umat. Karena sudah terbukti, demokrasi kapitalisme telah menguburkan kemaksiatan, kejahatan, dan kezaliman. Tidak ada aturan yang lebih mulia, kecuali aturan Islam.

Oleh: Ika Mawarningtyas
Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo dan Direktur Mutiara Umat Institute
#Lamrad
#LiveOpperessedOrRiseUpAgainst
MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO
Rabu, 26 Oktober 2022
Di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.

Posting Komentar

0 Komentar