Pelihara dan Tingkatkan Iman Kita


TintaSiyasi.com -- Sobat. Manusia akan hidup bahagia kala mengenal Allah dan menaati-Nya dengan mengerjakan apa yang Dia perintahkan kala kesendirian maupun dalam keramaian serta meninggalkan kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan yang Dia larang, baik berkaitan dengan hati maupun badan. 

Islam adalah tunduk kepada perintah Allah, dan beritikad bahwa taat kepada-Nya adalah kewajiban. Iman adalah memercayai bahwa Allah adalah Tuhan yang benar, Mahaawal, Mahaakhir, Mahakaya, Mahakuasa, Maha Mengatur, dengan 99 asmaul husna-Nya. Orang yang beriman juga memercayai bahwa Allah menurunkan kitab-kitab, mengutus para Rasul, dan menghidupkan kembali orang-orang yang mati. Orang yang beriman pun memercayai bahwa semua ajaran yang dibawa para Rasul-Nya adalah benar.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal (8) : 2).

Sobat. Allah menjelaskan bahwa orang-orang Mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.

Pertama. Apabila disebutkan nama Allah bergetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.

Bergetarnya hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut, adalah sikap mental yang besifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik perbuatannya.

Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana tergambar dalam firman Allah:

"Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya" (al-Muminun/23: 60).

Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah :

"Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "salam." Dia (Ibrahim) berkata, "Kami benar-benar merasa takut kepadamu" (al-Hijr/15: 52).

Kedua. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka akan bertambah iman mereka, karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat, yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:

"Iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan ganguan dari jalan" (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan demikian bertambahnya iman pada seseorang dapat diketahui apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.
 Firman Allah SWT:

"(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, "Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka," ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung" (ali Imran/3: 173).

 Dan firman Allah:

Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka (al-Ahzab/33: 22).

Ketiga. Bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal merupakan senjata terakhir seseorang dalam mewujudkan serangkaian amal setelah berbagai sarana dan syarat-syarat yang diperlukan itu dipersiapkan. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam aktifitas dan perbuatan, hanya terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk dibawah kekuasaan Allah. Maka tidak benar apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.

Sobat. Buah Iman adalah takut terhadap ancaman Allah, mengharapkan janji Allah, membesarkan keagungan Allah, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah, bersabar terhadap keputusan Allah, bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah, Membutuhkan Allah secara berkelanjutan, zuhud terhadap apa pun yang memutus hubungan dengan Allah, bertawakkal kepada Allah, cinta dan rindu kepada Allah, ridha terhadap ketetapan Allah, niat yang ikhlas dalam amal perbuatan karena Allah, jujur di tempat tersembunyi dalam hubungannya dengan Allah, Introspeksi diri atas segala perbuatan untuk Allah, memikirkan nikmat-nikmat Allah, mengawasi dan malu kepada Allah dan sifat-sifat terpuji lainnya.

Sobat. Diriwayatkan dari Utsman bin Áffan, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan yakin bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka dia masuk Surga.”

Diriwayatkan dari Sufyan bin Abdullah ats-tsaqafi, bahwa dia meminta, “Wahai Rasulullah, beritahukan sebuah ucapan agar dengannya aku tidak bertanya lagi tentang Islam, sepeninggal engkau.” Beliau Menjawab, ”Ucapkanlah 'Saya beriman kepada Allah' lalu istiqamahlah!”

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ 

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit” (QS. Ibrahim (14) : 24).

Sobat. Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti "La ilaha illallah" atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: pertama, menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan kedua, menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. Hadis Nabi SAW:

Sobat. Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, "Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, "Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!" beliau menjawab, "Pohon itu adalah pohon kurma" (Riwayat al-Bukhari).

Sobat. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.

Sobat. Jadilah orang yang mencintai Rasulullah SAW selagi engkau berada di dunia dan mengagungkan sunah beliau, agar beliau memberikan syafaat kepadamu di akherat. Sesungguhnya Rasulullah mempunyai syafaat yang didahulukan daripada semua Nabi. Beliau memohonkan ampunan kepada Allah bagi umatnya yang melakukan dosa besar, lalu Allah menyelamatkan mereka. Maka perbanyaklah mencari teman-teman yang saleh, karena setiap orang mukmin juga mempunyai syafaat. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar