Solusi Cerdas Menghadapi Musibah

TintaSiyasi.com -- Sobat. Setiap manusia di muka bumi pasti pernah dihadapkan dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Semua itu tidak lain adalah agar Allah SWT mengetahui manakah manusia yang bersabar, merasa ridha dan menerima ketetapan Allah SWT dengan baik.

Sobat. Dalam menerima suatu musibah, ada beberapa keadaan dan derajat manusia. Derajat pertama, terkadang menerima musibah dengan ridha dan syukur. Derajat ini paling mulia dan paling tinggi. Derajat kedua, terkadang menerima musibah dengan sabar dan muhasabah. Ini adalah derajat pertengahan. Derajat ketiga, terkadang menerima musibah dengan kecewa dan emosi. Penerimaan seperti ini haram dalam syariat Islam. Usahakanlah diri kita agar senantiasa berada pada derajat pertama yaitu  bersyukur dan ridha. Baginda Rasulullah SAW bersabda :

Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesediahan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya” (HR Muttafaq ‘alaih).

Sobat. Tips berikutnya adalah merasa ridha dengan ketentuan dan ketetapan Allah SWT, serta menyerahkan urusan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Pembalas jasa. Ketahuilah, musibah ini telah tertulis untukmu dan tidak bisa dielakkan. Musibah ini merupakan salah satu penyebab terbesar derajatmu diangkat dalam pandangan Allah SWT. Jika kamu ridha dan sabar, sesungguhnya sabar menjadi mahkota, sumber kesuksesan hamba yang bertakwa dan  jalan hidup yang aman bagi para wali Allah yang saleh.

Allah SWT berfirman :

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ (١٥٥)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah (2): 155).

Sobat. Allah akan menguji kaum Muslim dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslim menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

Sobat. Selalu menguatkan jiwa, hati, dan akalmu. Sesungguhnya, dunia ini adalah sumber musibah dan cobaan. Dan ingatlah bahwa dunia dengan segenap isinya adalah fana dan hilang. Tidak ada seorang pun yang akan abadi di dalamnya. Yakinlah bahwa tidak ada yang abadi di dunia, hal yang lalu biarlah berlalu, persiapkanlah akal dan hatimu, bisakanlah dan latih dirimu untuk bersabar. Sebagian ahli hikmah berkata, “Barangsiapa yang mempersiapkan diri, ia tidak akan panik. Barangsiapa yang merasa pengawasan Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan. Barangsiapa yang melakukan antisipasi, ia tidak akan menderita kesakitan.”

Sobat. Jadilah orang yang senantiasa  memuji Allah SWT saat  tertimpa cobaan. Orang seperti ini adalah orang yang paling besar pahalanya, serta diganjar dengan pahala yang mengukuhkan dan menunjukkan jalan yang lurus. Pujilah Tuhanmu, musibah ini bukan dalam agamamu, melainkan dalam duniamu.  Dalam hadis riwayat at-Tirmidzi, bagi orang yang  ridha dan bersyukur, Allah SWT berfirman kepada malaikat, “Bangunlah sebuah rumah untuk hambaku di dalam surga dan namakanlah  dengan Baitul Hamdi (Rumah Pujian)” (HR at-Tirmidzi).

Sobat. Menahan dirimu dari kekhawatiran, lisanmu dari mudah mengadu, dan anggota badanmu dari mengganggu orang lain dan ucapkanlah doa yang diajarkan Rasulullah SAW – Allahumma Ajiznii fii mushiibatii  wa akhlif lii khoiraan minha -  “Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan anugerahkanlah pengganti terbaik dari musibah ini.”

Sobat. Berbahagialah, sesungguhnya musibah ini merupakan penghapus kesalahan-kesalahanmu dan penyuci keburukanmu, serta menjadi ampunan di sisi Tuhanmu. Oleh karena itu, dengan kamu terpilih sebagai penerima musibah, semoga terdapat banyak kebaikan yang kamu tidak ketahui. Ingatlah firman Allah:

كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ  (٢١٦)

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah (2) : 216).

Sobat. Dengan turunnya ayat ini hukum perang itu menjadi wajib kifayah dalam rangka membela diri dan membebaskan penindasan. Bila musuh telah masuk ke dalam negeri orang-orang Islam, hukumnya menjadi wajib 'ain. Hukum wajib perang ini turun pada tahun kedua Hijri. Ketika masih di Makkah (sebelum Hijrah) Nabi Muhammad SAW dilarang berperang, baru pada permulaan tahun Hijrah, Nabi diizinkan perang bilamana perlu.

Sobat. Berperang dirasakan sebagai suatu perintah yang berat bagi orang-orang Islam sebab akan menghabiskan harta dan jiwa. Lebih-lebih pada permulaan Hijrah ke Madinah. Kaum Muslim masih sedikit, sedang kaum musyrikin mempunyai jumlah yang besar. Berperang ketika itu dirasakan sangat berat, tetapi karena perintah berperang sudah datang untuk membela kesucian agama Islam dan meninggikan kalimatullah, maka Allah menjelaskan bahwa tidak selamanya segala yang dirasakan berat dan sulit itu membawa penderitaan, tetapi mudah-mudahan justru membawa kebaikan. Betapa khawatirnya seorang pasien yang pengobatannya harus dengan mengalami operasi, sedang operasi itu paling dibenci dan ditakuti, tetapi demi untuk kesehatannya dia harus mematuhi nasehat dokter, barulah penyakit hilang dan badan menjadi sehat setelah dioperasi.

Sobat. Allah memerintahkan sesuatu bukan untuk menyusahkan manusia, sebab di balik perintah itu akan banyak ditemui rahasia-rahasia yang membahagiakan manusia. Masalah rahasia itu Allah-lah yang lebih tahu, sedang manusia tidak mengetahuinya.

Sobat. Sebaik-baik cara memohon pertolongan atas musibah dan cobaan adalah dengan bersabar dan menunaikan shalat. Mengadulah dengan sabar dan shalat  yang khusyu’ sehingga melapangkan pikiran, menenangkan hati dan membahagiakan jiwamu. Sesungguhnya, jika turun suatu permasalahan yang penting atau tertimpa suatu kesedihan, Rasulullah bergegas melaksanakan shalat karena pemilik kunci segala permasalahan adalah Allah SWT semata.

Sobat. Menjaga dirimu dari segala keburukan. Berbahagialah dengan nikmat dan anugerah dari Allah SWT dengan berulang-ulang membaca :

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ (١٧٣)

(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung" (QS. Ali Imran (3) :173).

Sobat. Wiridlah kalimat yang dipenghujung  ayat ini yakni – Hasbunaallah wani’mal wakiil – “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.“  Perbanyaklah  membaca istighfar. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Sobat. Musibah yang menyakitkanmu terkadang sengaja Allah SWT kirimkan kepadamu sebagai penolak dan pencegah agar kamu  tidak melakukan kemaksiatan, kekejian, dan dosa besar yang kamu nyaris terjerumus ke dalamnya.

Artikel ini saya tutup dengan pernyataan Ibnu Qayyim al-Jauziyah : “Jika Allah SWT menghendaki kebaikan untuk hamba-Nya, niscaya Dia memberikan obat atas musibah yang menimpa sesuai dengan kondisinya, yaitu obat yang bisa menyembuhkannya dari segala macam penyakit. Oleh karena itu, jika Dia membersihkan dan menyucikannya, Dia memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang mulia di dunia. Obat itu adalah ia beribadah kepada-Nya dan mendapat pahala paling tinggi di akhirat, yaitu kenikmatan melihat dan dekat dengan-Nya.” []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar