Allah yang Maha Mencipta, Mengatur, dan Menguasai

TintaSiyasi.com -- Sobat. “Ar-Rabb” adalah nama Allah yang Agung, disebut dalam Al-Qur'an lebih dari 500 Kali dalam berbagai konteks. Makna “Ar-Rabb” adalah zat yang memiliki rububiyah atas semua makhluk-Nya secara penciptaan, kekuasaan, pengaturan, dan perbuatan. Ini adalah nama yang menunjukkan akan banyak makna, bukan hanya satu makna.

Imam Ibnu Al-Qayyim ra menjelaskan tentang hal ini, “Sesungguhnya Ar-Rabb adalah yang Maha berkuasa, yang Maha Mencipta, yang Maha Mengadakan, yang Maha Menggambar, yang Mahahidup, yang Maha Kebaikan, yang Maha Memberi Nikmat, yang Maha Dermawan, yang Maha Mencegah, yang dapat mendatangkan kemanfaatan dan kemudharatan, yang Maha memajukan dan Mengakhirkan,  yang menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan Memberi Hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki, Memuliakan dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki dan selainnya dari makna rububiyah-Nya yang dengannya, Dia berhak memiliki nama-nama yang baik.”

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (٢)

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (QS. Al-Fatihah :2).

Sobat. Pada ayat di atas, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut "Basmalah" untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.

Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur. 'Alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan 'alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.

Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.

يَسَۡٔلُهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ كُلَّ يَوۡمٍ هُوَ فِي شَأۡنٖ (٢٩)

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (QS. Ar-Rahman (55) : 29).

Sobat. Allah senantiasa menghidupkan dan mematikan, serta memberi rezeki, memuliakan dan menghinakan, memberi sakit dan menyembuhkan, menyuruh dan melarang, mengampuni dan menghukum, mengasihi dan memarahi terhadap makhluk-Nya. Dan Dia pula memberikan apa-apa yang diminta oleh semua yang ada di langit dan di bumi, seperti yang diungkapkan dalam hadis ini: Dari 'Abdullah bin Munib, ia berkata, "Rasulullah membacakan kepada kami ayat ini, lalu kami berkata, Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan 'urusan? Rasulullah bersabda, 'Mengampuni dosa, melapangkan kesusahan, meninggikan satu golongan dan merendahkan golongan yang lain (Riwayat alBazzar, Ibnu Jarir, ath-thabrani dan Ibnu 'Asakir).

Sobat. Tarbiyah (pemeliharaan) Allah untuk  semesta alam mencakup  semua makhluk-Nya. Dialah yang memelihara semua makhluk-Nya dengan nikmat-nikmat-Nya dan menciptakan  mereka dengan kehendak dan kekuasaan-Nya. Kemudian Dialah yang menolong mereka dalam memenuhi semua kebutuhan mereka, memberi segala sesuatu yang layak bagi makhluk-Nya, lalu Dia menunjukkan semua makhluk tujuan penciptaan mereka dan mencurahkan nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan menumbuhkan, memberi makan dan memelihara mereka dengan sebaik-baiknya pemeliharaan.

Tarbiyah  yang khusus  bagi para wali-wali-Nya, Dia mentarbiyah dan memberi taufik kepada mereka untuk beriman dan menjalankan ibadah kepada-Nya. Dialah  yang  menganugerahkan kepada mereka ilmu tentang diri-Nya dan menjadikan mereka selalu bertaubat kepada-Nya. Dialah yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, memudahkan mereka, dan menjauhkan mereka dari kesusahan, memudahkan untuk berbuat kebaikan, dan melindungi mereka dari segala kejelekan.

Seseungguhynya Iman seorang hamba Allah terhadap  Rabbnya  mengharuskan keikhlasan dalam beribadah kepada-Nya serta kesempurnaan tunduk di hadapan-Nya.

Allah berfrman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (٢١)

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah (2) : 21).

Sobat. Ayat-ayat ini memerintahkan beribadah dan menyembah kepada Allah. Perintah beribadah ini ditujukan oleh Allah kepada seluruh manusia sejak zaman dahulu dengan perantaraan rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:
 
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut" (an-Nahl/16: 36).

Tiap-tiap Rasul memulai dakwahnya dengan seruan kepada kaumnya agar menyembah Allah saja. Misalnya, Allah SWT berfirman:

".... Lalu dia (Nuh) berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia" (al-A'raf/7: 59).

Beribadah kepada Allah ialah menghambakan diri kepada-Nya, dengan penuh kekhusyukan, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena merasakan bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan, menguasai, memelihara dan mendidik seluruh makhluk. Ibadah seorang hamba sebagaimana yang disebutkan itu akan dinilai Allah SWT menurut niat hamba yang melakukannya.

Pada ayat ini Allah SWT disebut dengan "Rabb", kemudian diiringi dengan perkataan "yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu". Hal ini memberi pengertian bahwa Allah menciptakan manusia, mengembangbiakkannya, memberi taufik, menjaga dan memelihara, dan memberi nikmat agar dengan nikmat itu manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Semua rahmat tersebut diberikan kepada manusia sejak permulaan adanya, sampai akhir kehidupannya di dunia ini. 

Barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah maka akan ditambahkan-Nya nikmat itu, sebaliknya barang siapa yang mengingkari nikmat Allah, maka ia akan menerima azab di dunia sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat yang terdahulu dan di akhirat nanti akan disediakan azab yang pedih.

Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat" (Ibrahim/14: 7).

Dengan beribadah kepada Allah sebagaimana yang diperintahkan itu, manusia akan terhindar dari azab Allah dan ia akan mencapai derajat yang tinggi lagi sempurna. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Goreskan Tinta Emas, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar