Kerap Terjadi Penembakan Massal di Amerika Serikat: Inikah 'Monster-Monster Sosial' Hasil Pabrikasi Demokrasi Kapitalisme?


TintSiyasi.com -- Amerika Serikat negara pertama yang menciptakan stigma teroris, radikal, ekstrem, hari ini sedang ditimpa kerusakan sosial. 'Monster-monster sosial' yang melakukan aksi penembakan brutalnya telah menciptakan trauma dan ketakutan di berbagai lapisan masyarakat. Murid-murid di sekolah di Texas mengalami trauma setelah terjadinya penembakan massal yang menewaskan 19 siswa dan 2 pengajar, 24 Mei 2022 di Uvalde, Texas, Amerika Serikat. Peristiwa tragis itu menyisakan keprihatinan banyak kalangan dampak dari aksi brutal Salvador Ramos remaja laki-laki berusia 18 tahun pelaku penembak massal tersebut. Dikutip dari dw.com, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akan memperketat kontrol senjata setelah terjadi penembakan massal di Amerika Serikat, menyulut kembali perdebatan yang lebih luas tentang perlunya tindakan lebih ketat.

Pemerintah Kanada memperkenalkan undang-undang pada hari Senin (30/05) untuk menerapkan "pembekuan nasional" pada penjualan dan pembelian senjata sebagai bagian dari rangkaian kontrol yang juga akan membatasi kapasitas magasin dan melarang beberapa mainan yang memiliki bentuk serupa seperti senjata. Undang-undang baru, yang menghidupkan kembali beberapa tindakan yang ditangguhkan pada tahun lalu di tengah pemilihan umum, muncul hanya seminggu setelah seorang pria bersenjata membunuh 19 anak dan dua guru di Uvalde, Texas, Amerika Serikat. Justin Trudeau mengatakan kepada wartawan bahwa langkah-langkah baru diperlukan karena kekerasan senjata meningkat.

Sebenarnya peristiwa penembakan massal tidak terjadi pada saat itu saja. Sebelumnya di Amerika Serikat sudah marak terjadi penembakan massal tersebut. Dikutip dari Merdeka.com (25/5/2022), angka terjadinya aksi penembakan massal tersebut mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal tersebut mengonfirmasi, tatanan sosial di Amerika Serikat tidak sedang baik-baik saja. Terjadi banyak aksi brutal tak berperikemanusiaan mengancam kehidupan mereka. Inilah sejatinya hasil pabrikasi demokrasi kapitalisme. Terbius oleh paham kebebasan, menjadikan mereka liar tak terkendali.

Mencari Penyebab Terjadinya Aksi 'Monster-Monster Sosial' Melakukan Penembakan Massal di Amerika Serikat

Sibuk berjibaku memberikan stigma negatif kepada umat Islam, ternyata negara nomor satu dedengkot ideologi kapitalisme ini sedang menghadapi kondisi masyarakat yang sakit. 'Monster-monster sosial' telah tercipta menebar teror dan melakukan aksi brutalnya di negaranya sendiri. Sebelum aksi Salvador Ramos 25 Mei 2022 kemarin, sudah banyak rentetan kasus penembakan massal di Amerika Serikat. Dilansir dari Antara mengutip Reuters, Rabu (25/5), berikut daftar penembakan massal terbaru: Pertama, Buffalo 14 Mei 2022: Seorang pria kulit putih bersenjata membunuh 10 warga kulit hitam di sebuah pusat perbelanjaan dalam serangan yang bermotif rasisme. Pria tersebut dikenai dakwaan dan masih disekap di penjara tanpa kemungkinan mendapat pembebasan sementara dengan jaminan.

Kedua, New York City, 12 April 2022: Dalam salah satu serangan paling parah dalam sejarah sistem transportasi New York, 23 orang terluka ketika seorang pria berusia 62 tahun mengaktifkan sebuah bom asap serta mengeluarkan tembakan di sebuah stasiun kereta bawah tanah. Tersangka pelaku ditangkap keesokan harinya. Ketiga, Oxford, 30 November 2021: Empat siswa tewas dan tujuh orang terluka ketika seorang remaja melancarkan tembakan di sebuah sekolah menengah atas di Oxford, Michigan. Padahal pada 2021 di Amerika Serikat mengalami 61 insiden "penembak aktif" dan angka itu meningkat tajam dari tahun sebelumnya dan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir ini, menurut laporan FBI pekan ini.

Mengulas terjadinya aksi 'monster-monster sosial' menebar teror di Amerika Serikat mereka berusaha mencari solusi agar peristiwa penembakan massal dapat ditanggulangi. Sebagian korban penembakan massal meminta pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi kepemilikan senjata, karena mereka menganggap itu adalah penyebabnya. Tetapi, para pendukung kepemilikan senjata meminta agar rakyat diberi kebebasan kepemilikan senjata.

Dikutip dari CNBCIndonesia.com (25/5/2022), pertama, pada tahun 2012 orang tua korban Sandy Hook telah memimpin banyak kampanye untuk memperkuat undang-undang pengendalian senjata, tetapi upaya mereka sebagian besar gagal. Beberapa ahli teori konspirasi bersikeras pembantaian itu adalah tipuan pemerintah dan bahkan mengklaim penembakan itu melibatkan "aktor" dalam plot untuk mendiskreditkan lobi senjata.

Kedua, pada tahun 2018 para siswa Stoneman Douglas berjuang melawan kekerasan senjata di bawah spanduk "March for Our Lives". Mereka melobi untuk undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat dan mengorganisir protes serta demonstrasi. Kampanye mereka bahkan telah diluncurkan di media sosial, memobilisasi ratusan ribu anak muda Amerika.

Ketiga, pada tahun 2018 Gubernur Texas Greg Abbott meluncurkan 40 rekomendasi, terutama berfokus pada peningkatan keamanan bersenjata di kampus dan sekolah serta meningkatkan pemeriksaan kesehatan mental untuk mengidentifikasi anak-anak bermasalah. Namun kepemilikan senjata dapat menjadi kebanggaan bagi banyak orang Texas, sehingga beberapa siswa SMA Santa Fe menentang menghubungkan kasus penembakan dengan perlunya UU pengendalian senjata yang lebih baik.

Keempat, jauh sebelumnya, pada 15 Desember 1791, AS mengesahkan undang-undang yang dikenal sebagai Bill of Rights. Beleid ini berisi 10 perubahan pertama konstitusi AS yang menegaskan hak-hak dasar warganya. Atas dasar hukum itulah, kepemilikan senjata setara dengan kebebasan berekspresi, pers, beragama, atau berkumpul. Para pendukung kepemilikan senjata berpendapat, penyataan "hak rakyat untuk menyimpan dan memanggul senjata" dalam Amandemen Kedua menyiratkan hak individu secara konstitusional untuk memiliki senjata api. Menurut mereka, segala peraturan yang melarang atau membatasi kepemilikan senjata tidak sesuai dengan konstitusi.

Mengamati fenomena pro dan kontra terkait kepemilikan senjata di Amerika Serikat, dapat diambil catatan penting sebagai berikut. Pertama, demokrasi telah memberi kebebasan kepemilikan warganya untuk memiliki apa saja, bahkan memiliki apa yang seharusnya dimiliki negara. Negara tidak hadir sebagai pengatur kehidupan dan pemecah problematika kehidupan rakyat, tetapi hanya sebagai regulator semata. Walhasil, kejadian aksi penembakan brutal tidak dapat dihindarkan.

Kedua, mereka beralasan memiliki senjata untuk melindungi diri dari musuh dari negara lain. Padahal, faktanya, justru Amerika Serikat yang menebar teror ke seluruh dunia. Amerika Serikat dengan negara sekutunya adalah penyebab penjajahan dan penjarahan sumber daya alam dan sumber daya manusia di dunia Islam dan sekitarnya. Justru kepemilikan senjata membuat rakyat sombong, angkuh, dan jemawa sehingga bebas berbuat sesukanya. 

Ketiga, sekularisme membentuk masyarakat sakit mental dan cacat pikir. Memisahkan antara kehidupan dengan Islam adalah sumber malapetaka kemanusiaan. Sekularisme pencipta monster-monster sosial yang diperbudak hawa nafsu yang tidak berperikemanusiaan dan keadilan. Bayangkan, atas dasar apa mereka melakukan penembakan massal? Sejatinya hanya masalah mental dan pikiran mereka sendiri yang jadi sumber masalahnya. Tetapi, orang di sekitar jadi korban kebiadabannya. 

Keempat, kapitalisme tidak bisa menghargai sebuah nyawa. Apa arti nyawa dalam sistem kapitalis? Tidak ada, justru mereka senantiasa mengeksploitasi manusia untuk memperturutkan hawa nafsu mereka. Padahal, di dalam Islam, nyawa manusia sangat dijaga, dihargai, dan dijamin oleh syariat Islam. Dalam Islam hilangnya nyawa seorang Muslim lebih berharga daripada dunia. “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Maka, haram hukumnya menghilangkan nyawa seorang Muslim tanpa alasan yang dibenarkan oleh syarak. Begitu pula kepada non-Muslim, tidak boleh asal membunuh tanpa alasan yang benar. Alasan dan tolok ukur ini jelas, jika yang bersangkutan membahayakan kehidupan dan solusi dari hukum syarak adalah dibunuh, di saat itu baru boleh menghilangkan nyawa manusia.

Kelima, boleh atau tidaknya memiliki senjata, jika sistem yang ditegakkan adalah sekularisme kapitalisme, nyawa manusia tidak akan ada harganya. Mereka tidak akan bisa menjaga nyawa manusia, karena yang mereka lakukan adalah penjagaan kepentingan dan keserakahan mereka semata.

Oleh karena itu, seharusnya hal ini menyadarkan umat manusia, hanya dengan sistem Islam umat manusia mampu terjaga harta, nyawa, dan kehormatannya. Sekularisme dan kapitalisme adalah akar masalah kehidupan yang akan menciptakan persoalan cabang yang lebih rumit lagi dan menggerogoti kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dampak Adanya 'Monster-Monster Sosial' Menghantui Kehidupan Masyarakat

Sebenarnya dalam pembahasan sebelumnya telah memverifikasi, pabrikasi monster-monster sosial itu adalah sistem demokrasi kapitalisme sendiri. Monster kehidupan dunia adalah demokrasi kapitalisme sekuler. Sistem inilah yang sebenarnya menjadi monster yang merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dari berbagai sendi-sendi kehidupan. Apabila menguak dampak dari kehidupan ini adalah sebagai berikut. 

Pertama, pelanggaran kemanusiaan akan marak terjadi. Kartu truf kapitalisme dalam mengatasi pelanggaran kemanusiaan adalah dengan menggembar-gemborkan perlindungan hak asasi manusia dan perlindungan kebebasan. Tetapi, akibat perlindungan kebebasan, justru yang terjadi pelanggaran HAM di mana-mana. 

Oleh karena itu, perlu dipahami, menjaga harkat, derajat, dan martabat manusia itu tidak bisa dengan HAM, tetapi dengan menegakkan hukum Islam. Manusia diciptakan oleh Allah Subhanahuwa wata'ala, Allah yang tahu mana hak dan kewajiban manusia. Selayaknya menjadi hamba yang beriman dan bertakwa akan menjaga kehormatan dan kemuliaan sebagai manusia. Justru jika meninggalkan Islam manusia akan terhina.

Kedua, tidak tercipta keamanan dan ketertiban umum. Bagaimana keamanan dan ketertiban bisa terwujud, jika pemerintah mendengungkan kebebasan? Sejatinya, kapitalisme sekuler tidak bisa memilah mana kewajiban dan man hak manusia. Sehingga yang tercipta kekacauan. Bagaimana bisa memilah-milah jika standar yang mereka gunakan adalah hawa nafsu bukan wahyu Illahi? Sejatinya penyebab tidak terciptanya keamanan dan ketertiban dunia adalah diabaikannya aturan Islam dalam mengatur kehidupan. 

Ketiga, kejahatan, kriminalitas marak, dan sulit ditegakkan keadilan. Sejatinya kriminalitas yang marak dan seolah-olah tidak bisa ditanggulangi adalah pabrikasi sistem kapitalisme sekuler sendiri. Pemberian hak dan kewajiban dalam sistem kapitalisme tidak mampu memanusiakan manusia. Yang ada malah membrutalkan manusia, sehingga kasus kejahatan tidak bisa dihalau. Justru kapitalisme sekuler ini menjaga kejahatan itu agar senantiasa marak dan berlangsung. 

Keempat, tercipta manusia-manusia anti Islam. Agama yang sesuai fitrah, menentramkan jiwa, dan memuaskan akal hanyalah Islam. Tetapi, monster sosial ciptaan kapitalisme sekuler inilah yang akan meneruskan sifat-sifat iblis dalam membenci dan memusuhi Islam. Kebencian yang diciptakan secara tidak sengaja oleh kapitalisme sekuler inilah yang membentuk mindset manusia untuk anti Islam. Oleh karena itu, jika mereka mau open mind pada Islam dan mau kembali pada fitrahnya, maka manusia akan selamat dan mampu saling menjaga keselamatan sesama manusia. 

Dari paparan dampak di atas, semakin menegaskan kebobrokan sistem demokrasi kapitalisme sekuler. Mereka yang menjunjung tinggi kebebasan, sejatinya telah merampas kebebasan orang lain. Standar hak dan kewajiban hanya berdasarkan hawa nafsu manusia yang saling tumpang tindih, tidak sadar saling rampas dan menzalimi antar manusia. Begitulah sejatinya yang menjadi sebab, Amerika Serikat dengan kapitalisme sekuler tidak pantas dijadikan kiblat kehidupan. Umat Islam harus sadar ini, jika tidak ingin negara semakin hancur dan rusak akibat kapitalisme sekuler, umat Islam harus memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam di bawah naungan institusi khilafah Islam. Karena hanya dengan kembali ke Islam, manusia selamat dunia akhirat, terjaga kemuliaan dan kehormatannya.

Strategi Islam dalam Menciptakan Negara yang Aman dari Perilaku Monster-Monster Sosial

Sepanjang zamannya, pelaku kriminalitas tidak bisa dihindarkan. Hanya saja yang menjadi permasalahannya, bagaimana mengatasi dan menciptakan kehidupan yang aman sejahtera. Apabila dikembalikan kepada hakikat manusia diciptakan, seharusnya sudah dibekali dengan seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan problematika kehidupan. Masalahnya, manusia mau taat dan patuh dengan aturan tersebut atau sebaliknya?

Dalam Islam agar terwujud kehidupan yang aman, damai, dan berkeadilan tidak lain tidak bukan harus mau menerapkan aturan Islam secara keseluruhan. Berikut strategi Islam yang dapat dilakukan negara untuk menciptakan kesejahteraan yang harmonis di tengah masyarakat.
  
Pertama,menyelenggarakan pendidikan yang berdasarkan akidah Islam dan memupuk ketakwaan yang mustanir. Pendidikan adalah hal urgen yang harus diselenggarakan negara untuk melahirkan generasi yang terbaik. Jika pendidikan bermasalah, maka hasil output-nya juga akan menjadi sumber masalah. Pemeliharaan akidah umat untuk generasi emas Islam sangatlah penting. 

Sebagaimana pada zaman kekhalifahan Islam ketika masih ada, banyak ulama-ulama, mujahid mujahidah, ahli fiqih, cendekiawan Muslim, dan ilmuwan-ilmuwan, yang bersinergi untuk kemaslahatan. Sehingga banyak ditemukan temuan-temuan untuk memajukan teknologi dan sains. Yang perlu digarisbawahi dalam Islam, penyelenggaraan pendidikan adalah kewajiban negara, sehingga dalam pembiayaan negara wajib menyelenggarakan dengan gratis atau murah dan dapat dijangkau berbagai kalangan. Tidak boleh negara mengkapitalisasi pendidikan. 

Kedua, menyelenggarakan kesehatan yang bermutu, gratis, dan dapat dijangkau masyarakat. Selain pendidikan, kesehatan masyarakat harus dijaga. Karena ini adalah bagian dari penjagaan jiwa manusia. Jangan sampai manusia-manusia sakit fisik atau jiwa berkeliaran tidak tertangani sehingga membahayakan kehidupan sehari-hari. Menjadi tanggung jawab negara menyelenggarakan kesehatan yang berkualitas dan dapat dijangkau masyarakat.
 
Ketiga, negara wajib menerapkan hukum uqubat dan sanksi dalam Islam. Agar manusia terjaga keselamatannya di dunia dan di akhirat, negara wajib mewujudkan sanksi dan uqubat sesuai Islam. Sistem pengawasan pun harus dijalankan, agar hukum berkeadilan yang berdasarkan syariat Islam dapat ditegakkan. Ada sebagian manusia yang menganggap hukum Islam kejam, bukan kejam justru hukum Islam adalah satu-satunya hukum yang memanusiakan manusia. Penerapannya sanksi dan uqubat sesuai dengan Islam dapat menyelamatkan manusia dari siksa di akhirat dan menjadi pencegah terjadinya kejahatan yang lebih besar lagi.

Keempat, negara wajib menyejahterakan umat dengan menerapkan ekonomi Islam secara komprehensif dengan sistem Islam lainnya. Dengan sistem ekonomi yang kuat diharapkan mampu menjadi pondasi terselenggaranya aktivitas negara dan rakyat. Oleh karena itu, dalam Islam sumber daya alam wajib dikelola negara untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dan tidak boleh menyerahkan kepada pihak swasta.

Tugas negara adalah menyelesaikan segala bentuk problematika kehidupan baik, individu, masyarakat, maupun negara berdasarkan syariat Islam. Hanya dengan itu kesejahteraan dapat terwujud dan Islam mampu menjadi rahmat bagi semesta alam. Ketakwaan individu, masyarakat, dan negara yang bersinergi akan mendatangkan keberkahan dan keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana dala surah Al-Araf ayat 96: Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama. Terbentuknya manusia-manusia bermental 'monster-monster sosial' adalah akibat dari sistem demokrasi kapitalisme sekuler itu sendiri. Mereka sendiri menciptakan undang-undang yang menjamin kebebasan kepemilikan senjata. Di saat yang sama pendidikan di sana adalah orientasi sekuler, lumrah jika yang terpabrikasi adalah pelaku kejahatan yang angkanya semakin meningkat. Boleh atau tidaknya memiliki senjata, jika sistem yang ditegakkan adalah sekularisme kapitalisme, nyawa manusia tidak akan ada harganya. Oleh karena itu, seharusnya hal ini menyadarkan umat manusia, hanya dengan sistem Islam umat manusia mampu terjaga harta, nyawa, dan kehormatannya. Sekularisme dan kapitalisme adalah akar masalah kehidupan yang akan menciptakan persoalan cabang yang lebih rumit lagi dan menggerogoti kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kedua. Sebenarnya dalam pembahasan sebelumnya telah memverifikasi, pabrikasi monster-monster sosial itu adalah sistem demokrasi kapitalisme sendiri. Monster kehidupan dunia adalah demokrasi kapitalisme sekuler. Sistem inilah yang sebenarnya menjadi monster yang merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dari berbagai sendi-sendi kehidupan. Makin menegaskan kebobrokan sistem demokrasi kapitalisme sekuler. Mereka yang menjunjung tinggi kebebasan, sejatinya telah merampas kebebasan orang lain. Standar hak dan kewajiban hanya berdasarkan hawa nafsu manusia yang saling tumpang tindih, tidak sadar saling rampas dan menzalimi antar manusia. Begitulah sejatinya yang menjadi sebab, Amerika Serikat dengan kapitalisme sekuler tidak pantas dijadikan kiblat kehidupan. Umat Islam harus sadar ini, jika tidak ingin negara semakin hancur dan rusak akibat kapitalisme sekuler, umat Islam harus memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam di bawah naungan institusi khilafah Islam. Karena hanya dengan kembali ke Islam, manusia selamat dunia akhirat, terjaga kemuliaan dan kehormatannya.

Ketiga. Tugas negara adalah menyelesaikan segala bentuk problematika kehidupan baik, individu, masyarakat, maupun negara berdasarkan syariat Islam. Hanya dengan itu kesejahteraan dapat terwujud dan Islam mampu menjadi rahmat bagi semesta alam. Ketakwaan individu, masyarakat, dan negara yang bersinergi akan mendatangkan keberkahan dan keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana dala surah Al-Araf ayat 96: Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.


Oleh: Ika Mawarningtyas
Mutiara Umat Institute dan Dosol Uniol 4.0 Diponorogo 

Materi Kuliah Online Uniol 4.0 Diponorogo
Rabu, 1 Juni 2022 di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#Lamrad #LiveOpperessedOrRiseUpAgainst

Posting Komentar

0 Komentar