Membangun Rasa Optimisme hingga Harapan akan Karunia dan Rahmat Allah

TintaSiyasi.com -- Sobat. Optimisme adalah daya dorong yang positif  yang memicu untuk terus mencari  berbagai alternatif dan pilihan  yang tersedia di hadapan seseorang. Dengan kejiwaan yang terbuka  yang membantu dirinya untuk berpikir secara hati-hati dan teliti. 

Optimisme adalah inspirator, pendorong dan pemicu untuk terus bekerja dengan sarat obsesi dan keyakinan, bahwa masih ada harapan, dan  sesungguhnya keputusasaan merupakan pekerjaan setan yang menyatu  dan  membantu manusia untuk menyerah kepada kemunduran, keterpurukan  dan bertekuk lutut.

Allah berfirman :

يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيَۡٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيَۡٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ (٨٧)

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf (12) : 87)

Selanjutnya Yakub berkata kepada anak-anaknya bahwa ia tahu bahkan yakin mimpi Yusuf dulu itu benar dan ia akan sujud menghormatinya. Kalau mereka berpendapat lain, Yakub mengingatkan anak-anaknya bahwa satu saat Allah SWT akan memperlihatkan kebenaran pendapatnya itu. Untuk itu, ia meminta anak-anaknya untuk kembali ke Mesir menyelidiki sampai mendapat berita yang pasti tentang Yusuf dan adiknya Bunyamin serta tidak berputus asa karena Allah telah berfirman:

"Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat." (QS. al-Hijr/15: 56).

Sobat. Orang-orang Mukmin tidak akan berputus asa karena musibah yang menimpanya, dan tidak goyah imannya karena bahaya yang melanda. Mereka bersabar dan tabah menghadapi segala kesulitan yang dialaminya. Ia dengan rela penuh ikhlas menerima takdir dari Allah swt dengan keyakinan bahwa suatu saat nanti Allah akan menghilangkan semua kesulitan itu, sebagaimana firman-Nya:

۞إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٖ كَفُورٍ (٣٨)

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. al-hajj (22): 38).

Sobat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang-orang beriman selalu mendapat cobaan dan rintangan dari musuh-musuh Allah dan orang-orang yang menginginkan agar agama Allah lenyap dari permukan bumi. 

Sekalipun demikian, Allah tetap membela orang-orang yang beriman dengan menguatkan hati mereka, memantapkan langkah-langkah mereka untuk mengikuti jalan yang lurus yang telah dibentangkan Allah, dan memperkuat kesabaran dan ketabahan hati mereka.

Jaminan Allah terhadap pembelaan-Nya pada orang Mukmin ditegaskan dalam firman-Nya:
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-Mujadalah/58: 21).

Karena itu diwajibkan atas orang-orang yang telah beriman yang telah ditolong Allah, membela dan menegakkan agama Allah, sebagai tanda bersyukur atas pertolongan-Nya.

Allah membela orang-orang yang beriman karena mereka telah menepati janjinya untuk menegakkan agama Allah, oleh sebab itu, Allah membenci orang-orang yang khianat dan orang-orang kafi yang telah mengkhianati janji Allah yang telah ditetapkan-Nya, sebagaimana yang telah diterangkan dalam firman Allah:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini." (QS. al-A'raf/7: 172).

Mereka mengingkari perintah Allah dan tidak mengindahkan larangan-larangan-Nya, mendustakan ayat-ayat Allah, sehingga mereka tidak diacuhkan Allah di akhirat nanti, Allah beriman:

Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab, dan menjualnya dengan harga murah, mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya, dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih. (QS. al-Baqarah/2: 174).

Sobat. Orang yang optimis adalah orang yang meyakini bahwa tidak ada kondisi yang suram dan gelap secara mutlak, dia meyakini bahwa  di antara gelap gulita itu masih ada secercah cahaya yang menerangi, dan cahaya itu akan menyingsing setelah kegelapan itu dilampaui.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 100 rahmat. Dia menurunkan satu rahmat-Nya di antara jin, manusia, hewan dan serangga. Dengan rahmat itu, mereka saling bersimpati, saling menyayangi, dan hewan liar mengasihi anaknya. Dia menunda 99 rahmat-Nya, supaya Dia merahmati para hamba dengan semua itu pada hari kiamat”.

Sobat. Harapan adalah berbaik sangka  kepada Allah  mengenai  diterimanya ketaatan  yang telah dikerjakan karena taufik-Nya ataupun  mengenai  ampunan dosa yang telah ditaubati.

Diriwayatkan  bahwa Rasulullah  bersabda, “Demi Dia  yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, Allah benar-benar mengampuni apa yang terlintas di hati manusia pada hari kiamat. Demi Dia yang jiwaku berada di tangan-Nya, Allah benar-benar memberi ampunan untuk para hamba, sampai-sampai iblis tertipu hingga berusaha dan berharap  mendapatkannya”.

Sobat. Optimisme adalah sifat luhur yang indah. Seyogyanya setiap orang memiliki  sifat ini  dan menjadikannya pondasi utama dari  pondasi-pondasi  bangunan  kebahagiaan yang dimilikinya.  Dengan sifat optimisme  dia akan selalu menikmati cara  pandang inderawi, logis dan emosi yang tajam, dengannya  dia akan   melihat segala sesuatu yang disodorkan lebih jauh ke depan dibanding  orang  lain.

Salam dahsyat dan luar biasa! []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan CEO Educoach, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar