Harga Pertamax Meroket: Inikah Dampak Risiko Geopolitik Invasi Rusia pada Ukraina Terhadap Perekonomian Dunia dalam Cengkeraman Kapitalisme Global


TintaSiyasi.com -- Invasi Rusia ke Ukraina telah mempengaruhi geopolitik global. Yakni, menyebabkan meroketnya harga minyak dunia. Hal itu dijadikan alasan pemerintah Indonesia untuk menaikkan Pertamax. Melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, pemerintah memberikan sinyal bensin jenis Pertalite atau BBM RON 90 juga akan naik. 

Sudah jatuh ditimpa tangga, begitulah peribahasa yang bisa menggambarkan kondisi rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, belum usai harga minyak goreng yang habis langka terbitlah mahal, pemerintah kompak menaikkan pajak PPN 11 persen bersamaan dengan naiknya Pertamax. Dikonfirmasi dari Republika.co.id (31/3/2022), Pemerintah Indonesia memandang konflik geopolitik Ukraina dan Rusia masih menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga. Selain itu, pasokan minyak mentah dari Rusia dan Kazakhstan terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium yang berdampak pada berkurangnya pasokan ke Uni Eropa.

Situasi itu lantas mendorong harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) per 24 Maret 2022 tercatat 114,55 dolar AS per barel atau melonjak hingga lebih dari 56 persen dari periode Desember 2021 yang hanya sebesar 73,36 dolar AS per barel. Menindaklanjuti Keputusan Menteri ESDM Nomor 62 K/12/MEM/2020 tentang formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis bahan bakar minyak umum, PT Pertamina (Persero) menyatakan harga bahan bakar minyak nonsubsidi jenis pertamax naik Rp3.500 per liter dari sebelumnya hanya Rp9.000 per menjadi Rp12.500 mulai 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat.

Padahal, cadangan minyak bumi Indonesia masih besar. Ditilik 3 Desember 2021 dari katadata.co.id, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 4,17 miliar barel pada 2020. Cadangan minyak bumi ini meningkat 10,6% dari 2019 yang sebanyak 3,77 miliar barel. Cadangan minyak bumi sebanyak itu tidak mampu memberi kekuatan negeri ini untuk berdikari menyejahterakan rakyatnya sendiri. Hal tersebut semakin menegaskan negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, bisa jadi kenaikan Pertamax ini bentuk kuatnya hegemoni kapitalis asing.

Mengungkap Hubungan Geopolitik Invasi Rusia ke Ukraina dalam Memicu Kenaikan Pertamax di Indonesia

Invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya jadi perbincangan publik, tetapi juga berpengaruh pada geopolitik global. Pasalnya, setelah Rusia melakukan serangan ke Ukraina (24/2/2022) harga minyak dunia mengalami kenaikan. Invasi Rusia ke Ukraina dipicu wacana Ukraina bergabung dengan NATO. Rusia khawatir itu bisa mengancamnya dan aliansi militer eksistensi Collective Security Treaty Organization (CSTO) - aliansi militer yang menaungi Rusia dan 8 negara sekutunya, antara lain Georgia dan Armenia.

Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga dan produsen gas alam terbesar kedua dunia. Eko Setiadi dalam CNBC Indonesia (7/3/2022) mengatakan, Rusia mengekspor 70% ekspor gasnya ke Eropa via pipa melalui Ukraina. Dengan pangsa pasar 12%, Rusia merupakan salah satu produsen minyak global terbesar. Separuh dari ekspor minyak dan kondensatnya ditujukan ke Eropa. China adalah negara pengimpor minyak mentah Rusia terbesar, menyumbang hampir sepertiga dari ekspor minyak negara itu. Ekspor minyak Rusia diangkut melalui sistem pipa Transneft melalui Belarus dan Ukraina yang menghubungkan ladang minyak Rusia ke Eropa dan Asia. Dari fakta di atas, terlihat bahwa Rusia merupakan pemain kunci dalam konstelasi geopolitik di kawasan Eropa dan Asia.

Sebelum invasi tersebut harga minyak mentah sudah merangkak naik sejak Maret 2021 dan menembus US$ 86 per barel di Januari 2022. Dikutip dari CNBC Indonesia (7/3/2022) Eko Setiadi Sr Analyst II Business Trend, Pertamina Energy Institute at Pertamina (Persero) mengatakan, begitu Rusia menyerang Ukraina, harga minyak dunia melonjak melampaui US$ 100 per barel dan saham Asia-Pasifik, Eropa, dan Wallstreet langsung anjlok. Menurutnya, krisis politik yang berkepanjangan tentu akan membuat harga minyak mentah makin melesat dan tentu akan berdampak serius terhadap perekonomian global. Natasha Kaneva, Head of Global Commodities Strategy J.P. Morgan menyebutkan setiap gangguan pada pasokan minyak Rusia dapat menyebabkan kenaikan harga minyak ke US$ 120 per barel dan pengurangan separuh dari ekspor minyak Rusia akan mendorong harga minyak Brent menjadi US$ 150 per barel.

Hal itulah yang dijadikan landasan kenaikan Pertamax di Indonesia. Yang perlu digarisbawahi mengapa pemerintah Indonesia harus menaikkan Pertamax ketika harga minyak dunia naik? Jika memang alasannya supaya Pertamina tidak boncos? Benarkah demikian? Dikutip dari CNBC Indonesia (29/3/2022), per Maret 2022, harga batas atas bensin RON 92 diperkirakan sebesar Rp 14.526 per liter. Ada selisih harga Rp 5.526 per liter dari harga jual Pertamax di pasar kini. Apabila harga keekonomian Pertamax benar naik, maka selisihnya akan membengkak jadi Rp7.000 per liter.

Pertama, patut diduga, alasan di atas hanya akal bulus semata, supaya SPBU swasta/asing yang menjual bensin RON 92 laku. Faktanya, di Indonesia yang jual BBM tidak hanya SPBU milik Pertamina, ada SPBU swasta yang harga per liter mengikuti harga minyak dunia. Jika minyak dunia naik, tetapi Pertamax tidak naik, otomatis para pemain SPBU swasta akan sepi pembeli. Sehingga naiknya Pertamax ini hanya trik agar SPBU swasta dapat bersaing seimbang dengan Pertamina, karena harga yang mereka jual hampir sama.

Kedua, intervensi naiknya Pertamax di Indonesia ini bukti dari sektor hulu hingga hilir, Indonesia berada dalam cengkraman kapitalisme global. Kapitalis asing tidak hanya sebagai pelaku kelola minyak bumi di Indonesia, tetapi mereka ikut membuka SPBU-SPBU milik mereka bersaing dengan Pertamina milik negara.

Dikonfirmasi dari Indonesia-Investments.com (2016), informasi dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), cadangan minyak mentah terbukti yang ada saat ini akan bertahan untuk sekitar 23 tahun. Kebanyakan produksi minyak di Indonesia dilaksanakan oleh para kontrakor asing menggunakan pengaturan kontrak pembagian produksi.

Chevron Pacific Indonesia, anak perusahaan Chevron Corporation, adalah produsen minyak mentah terbesar di negara ini, berkontribusi sekitar 40% dari produksi nasional. Pemain-pemain besar lainnya di industri minyak Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina, Total, ConocoPhillips, PetroChina, CNOOC, Medco, BP, Kodeco, dan Exxon Mobil. Pun begitu SPBU yang ada di negeri ini tidak hanya Pertamina, tetapi ada SPBU swasta seperti, Shell, BP AKR, Vivo, SPBU Mini ExxonMobil.

Ketiga, pemerintah Indonesia tidak memiliki kemandirian energi. Seharusnya pemerintah Indonesia berdikari dalam mengatur sumber energinya, dari pengelolaan dan penetapan harga. Pemerintah diatur-atur untuk mengikuti harga keekonomian yang diduga kuat adalah pesanan kapitalis global. Dengan dalil menghilangkan subsidi dan sebagainya, pemerintah diminta ikut standar harga keekonomian tersebut. Ini bukti, negeri ini tidak mandiri dan berdikari. Kondisi rakyat sudah tidak dijadikan standar penentuan harga BBM, ketika ingin naik, entah berdampak apa saja, pemerintah sejauh ini cenderung menaikkan harga BBM, dan belum pernah harga BBM turun secara signifikan. 

Inilah akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme sekuler. Keberadaan penguasa bukan lagi mengurusi urusan rakyat, tetapi hanya untuk memenuhi kepentingan kapitalis asing. Aturan ditegakkan bukan untuk keadilan dan kesejahteraan, tetapi menuruti syahwat kapitalis. Hasilnya, rakyat semakin sengsara dan menderita berada dalam kebijakan-kebijakan pro kapitalis. Inilah akibatnya jika manusia tidak mau taat menjalankan syariat Islam yang telah Allah Subhanahuwa taala turunkan.

Dampak Kenaikan Pertamax terhadap Perpolitikan Indonesia

Berbicara konflik antara Rusia dan Ukraina memang secara fisik tidak berdampak terhadap Indonesia. Tetapi, karena Indonesia berada dalam cengkeraman kapitalis global dan sejatinya yang sedang berkonflik adalah Rusia dan mercusuar kapitalisme global yaitu Amerika Serikat (AS). Maka, Indonesia terseret dalam lingkaran setan konflik antara negara-negara Barat tersebut. Bagaimana tidak? Naiknya harga minyak mentah dunia telah memaksa Indonesia untuk menaikkan harga Pertamax. Hal tersebut tentu sangat berdampak bagi perekonomian negeri. 

Dalih yang mereka pakai ada dua, pertama, agar Pertamina tidak rugi, Pertamax harus naik sebagaimana harga minyak dunia. Kedua, agar pemerintah tidak memberikan subsidi kepada rakyat, Pertamax harus naik sekian. Negara-negara Barat yang berideologi kapitalisme sekuler atau mengekor padanya, harus mau menghapus subsidi, dan menyerahkan segala bentuk kebutuhan pokok/primer, sekunder, tersier, dan lainnya ke mekanisme pasar bebas. Pemerintah hanya regulator, pengendali pasar jelas berada di tangan kapitalis. Inilah kesengsaraan sistematis yang diciptakan kapitalisme sekuler. 

Berikut dampak kenaikan Pertamax bagi perpolitikan Indonesia, pertama, efek domino dari naiknya Pertamax adalah peningkatan biaya produksi dan naiknya harga-harga kebutuhan lainnya. Walaupun porsinya tidak banyak, tetapi ini berpotensi pula. Kedua, daya beli menurun dan berpotensi terjadi inflasi. Keluhan para pemakai Pertamax mengatakan, kenaikan Pertamax ini menambah beban hidupnya. Ada yang akhirnya terpaksa pindah ke Pertalite, ada juga tetap memakai Pertamax dengan mengalokasikan lebih untuk kebutuhan beli BBM tersebut. Ketiga, kenaikan Pertamax dikhawatirkan menjadi pemicu naiknya pertalite dan tabung gas elpiji juga. Karena cita-cita negara kapitalisme adalah menghapus segala bentuk subsidi. Semuanya diserahkan ke mekanisme pasar dan para kapitalis yang memegang kendali penuh. 

Begitulah tiga dampak kecil kenaikan Pertamax terhadap perpolitikan Indonesia, hanya saja dampak terbesar yang sangat nyata adalah Indonesia semakin kapitalistik, liberal, dan sekuler. Mengurusi urusan rakyat bukan untuk mencapai kesejahteraan, tetapi untuk jual beli. Kesejahteraan bukan untuk semua, tetapi untuk mereka yang bisa membelinya. Jurang si kaya dan si miskin semakin lebar. Si kaya semakin kaya, si miskin semakin miskin. Yang kayak makin sedikit, yang miskin makin banyak. Begitulah gambaran penerapan sistem ekonomi kapitalisme sekuler. Oleh karena itu, untuk kembali mewujudkan kesejahteraan hakiki, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan kembali kepada syariat Islam secara sempurna. Karena tidak ada solusi lain, kecuali kembali kepada sistem Islam. Hanya dengan sistem Islam, Indonesia bisa berdikari, mandiri, dan kuat.

Strategi Geopolitik Islam dalam Mengatur Sumber Daya Energi

Siapa pun, kelompok mana pun, masyarakat mana pun, negara mana pun, jika mau menerapkan sistem Islam secara sempurna tentu bisa mandiri dan berdikari. Karena hanya dengan syariat Islam tidak akan ada intervensi asing. Hanya Allah Subhanahuwa taala yang mampu mengintervensi. Begitu pula terkait pengaturan sumber energi. Di dalam Islam, sumber energi wajib dikelola oleh negara. Haram menyerahkan pengelolaannya pada swasta apalagi kepada kapitalis asing penjajah. 

Berikut catatan penting yang perlu digarisbawahi dalam strategi geopolitik Islam dalam mengatur sumber daya alam, khususnya sumber energi. Pertama, sumber daya alam dan energi dikelola negara dan haram diswastanisasi. Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Dalam hadis tersebut menunjukkan larangan menyerahkan pengaturan urusan umat pada pihak swasta. Islam tidak melarang umatnya untuk kaya, tetapi Islam mengajarkan bagaimana agar umatnya kaya dengan syar'i dan tidak melanggar hukum syariat Islam. Karenanya, segala sektor sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak tidak boleh dikelola individu.

Kedua, dalam distribusi BBM ke umat, dalam Islam pemerintah Islam boleh menetapkan harga BBM. Harga BBM pemerintah ditetapkan mandiri berdasarkan biaya produksi dan distribusi BBM tersebut ke umat. Ketiga, penetapan harga tersebut juga tidak dipengaruhi oleh kondisi geopolitik global. Tidak ada yang bisa mengintervensi khilafah Islam dalam bentuk apa pun. Hanya hukum Allah yang mampu mengintervensi jalannya roda pemerintahan. Keempat, pemerintah Islam dalam sistem khilafah, tidak boleh menjadikan ajang bisnis dalam meriayah (mengatur urusan) umat. Semata-mata semua dilakukan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dunia dan akhirat.

Kelima, pemerintah Islam harus mengutamakan kebutuhan sumber daya alam untuk daerah kekuasaannya. Tidak boleh memperjualbelikan keluar di kala umat yang sedang diurusnya masih membutuhkan sumber daya alam tersebut. Keenam, pemerintah Islam, tidak boleh melakukan perdagangan dengan negara kafir penjajah. Hubungan pemerintah Islam dengan negara kafir (harbi fikla) atau kafir penjajah adalah hubungan perang semata. Wajib khilafah Islam menaruh waspada terhadap gerak-geriknya di kancah perpolitikan global.

Apabila, institusi Khilafah Islamiah tegak di muka bumi, khilafah tidak perlu ikut dan terdampak dengan konflik yang terjadi di Rusia dan Ukraina. Karena, Khilafah Islamiah mampu berdikari dan mandiri dalam mengatur segala urusan kehidupannya dengan berdasarkan syariat Islam. Khilafah Islam juga tidak boleh tergoda untuk ikut campur dalam perselisihan negara-negara kafir penjajah. Adanya khilafah Islam di dunia ini adalah untuk mendakwahkan Islam, syiar Islam, dan menebarkan Rahmat Islam ke seluruh penjuru dunia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama. Rusia dianggap sebagai penghasil minyak bumi terbesar. Invasi Rusia ke Ukraina telah berpengaruh terhadap geopolitik global sehingga harga minyak dunia naik. Itulah alasan yang dikemukakan pemerintah. Tetapi di balik kenaikan itu, patut diduga naiknya Pertamax hanya akal bulus supaya SPBU swasta tidak sepi pelanggan. Hal itu pula menjadi bukti dari sektor hulu dan hilir pengelolaan minyak bumi diintervensi kapitalis asing dan menegaskan pemerintah tidak mandiri dan berdikari.

Kedua. Berikut dampak kenaikan Pertamax bagi perpolitikan Indonesia, pertama, efek domino dari naiknya Pertamax adalah peningkatan biaya produksi dan naiknya harga-harga kebutuhan lainnya. Walaupun porsinya tidak banyak, tetapi ini berpotensi pula. Kedua, daya beli menurun dan berpotensi terjadi inflasi. Ketiga, kenaikan Pertamax dikhawatirkan menjadi pemicu naiknya pertalite dan tabung gas elpiji juga. Karena cita-cita negara kapitalisme adalah menghapus segala bentuk subsidi. Semuanya diserahkan ke mekanisme pasar dan para kapitalis yang memegang kendali penuh. Begitulah tiga dampak kecil kenaikan Pertamax terhadap perpolitikan Indonesia, hanya saja dampak terbesar yang sangat nyata adalah Indonesia semakin kapitalistik, liberal, dan sekuler.

Ketiga. Sumber daya alam dan energi dikelola negara dan haram diswastanisasi. Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Dalam hadis tersebut menunjukkan larangan menyerahkan pengaturan urusan umat pada pihak swasta. Karena, Khilafah Islamiah mampu berdikari dan mandiri dalam mengatur segala urusan kehidupannya dengan berdasarkan syariat Islam. Khilafah Islam juga tidak boleh tergoda untuk ikut campur dalam perselisihan negara-negara kafir penjajah. Adanya khilafah Islam di dunia ini adalah untuk mendakwahkan Islam, syiar Islam, dan menebarkan Rahmat Islam ke seluruh penjuru dunia.[]

Oleh: Ika Mawarningtyas 
Mutiara Umat Institute dan Dosol Uniol 4.0 Diponorogo

Nb: Materi Kuliah Online Uniol 4.0 Diponorogo
Rabu, 6 April 2021 di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#Lamrad
#LiveOpperessedOrRiseUpAgainst

Posting Komentar

0 Komentar