Fuqara dan Masakin


TintaSiyasi.com -- Diantara golongan yang berhaq menerima zakat adalah fuqara (bentuk plural dari faqir) dan masakin (bentuk plural dari miskin). 

Dalilnya:
Pertama dari Al-Qur'an. Allah SWT berfirman :
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ 

"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS Attaubah ayat 60).

Dan Allah swt berfirman :
 إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ

"Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu ". (QS Albaqoroh ayat 271).

kedua dari As-sunah
عن ابنِ عبَّاس رَضِيَ اللهُ عنهما، أنَّ النبيَّ صلَّى الله عليه وسلَّم بعَث معاذًا إلى اليَمَنِ، وقال له: ((أعْلِمْهُم أنَّ عليهم صَدَقةً تُؤخَذُ مِن أغْنيائِهم وتُرَدُّ على فُقرائِهم  ))  (1)رواه البخاري (1496)، ومسلم (19). 

Dari Ibnu Abbas ra, Sesungguhnya Nabi saw pernah mengutus Mu'adz ke Yaman, Nabi bersabda kepada Mu'adz : "Beritahulah mereka, bahwa mereka wajib membayar zakat yang diambil dari orang-orang kayanya dan diberikan kepada orang-orang faqirnya". HR Bukhori [1496] dan Muslim [19].

Ketiga, Ijmak
Secara global ijmak telah dinukil oleh :
Pertama, Ibnu Mundzir. Beliau berkata :
أجمعوا على أنَّه إن فرَضَ صدَقتَه في الأصنافِ التي ذكَرَها في سورة براءة في قَولِه تعالى: إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا (التوبة: 60)، أنَّه مؤدٍّ كما فُرِضَ عليه

"Para Imam Mujtahid telah ijmak, bahwa zakat itu fardhu, diberikan kepada golongan yang disebutkan oleh Allah didalam surat Baroah dalam firman-nya : 

"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat... ", bahwa zakat itu diberikan sebagaimana telah difardhukan atasnya". (Ibnu Mundzir, Alijmak, hal. 48).

Kedua, Ibnu Hazm. Beliau berkata :
اتَّفقوا على أنَّ الإمامَ المذكورَ إذا وضَع الزَّكاةَ التي تُقبَضُ في الأسهُمِ السَّبَعةِ من الثَّمانية المنصوصةِ في القرآن؛ فقدْ أصاب، واختَلفوا في المؤلَّفةِ

"Para Imam Mujtahid telah sepakat, bahwa Imam tersebut, ketika ia telah meletakkan zakat yang telah diterima dalam bagian yang tujuh dari delapan golongan yang telah ditegaskan dalam Alqur'an, maka ia benar. Dan mereka berselisih mengenai muallafatu qulubuhum". (Marotibul Ijmak, hal. 37).

Ketiga, Ibnul Arabi. Beliau berkata :
 يُعطَى منها الفقيرُ بغيرِ خِلافٍ؛ لأنَّه قد سُمِّيَ في أوَّلِ الآية

"Zakat diberikan kepada orang faqir dengan tanpa khilaf ulama, karena faqir telah disebutkan pada awal ayat". (Ahkamul Qur'an,  2/533; Majalah Albuhuts Alislamiyyah, 2/26).

Definisi Fuqaha dan Masakin

Dalam hal ini saya memilih dua pendapat yang saling melengkapi : 
Pertama, pendapat Syaikh Sayyid Sabiq rh, beliau berkata :

 الفقراء والمساكين هم الذين لا يجدون كفايتهم، فيكفيهُم الأغنياء ما يحتاجون إليه، وأمّا القدر الذي يكون به الإنسان غنياً؛ فهو الذي يستطيع به سدّ حاجاته الأساسيّةِ له ولأولاده؛ من المأكل، والملبس، والمشرب، وأنْ يملك مالاً زائداً عن حاجاته تلك، وهو النّصاب،

Fuqara dan masakin ialah orang-orang yang tidak menemukan (harta) kecukupannya, maka orang-orang kaya mencukupi apa yang dibutuhkan oleh mereka. Adapun kadar yang dipakai untuk mengukur orang kaya ialah sesuatu yang dengannya orang kaya mampu memenuhi kebutuhan primernya baginya dan bagi anak-anaknya, yaitu makanan, pakaian dan minuman. Dan ia memiliki harta yang lebih dari kebutuhah primernnya itu, yaitu harta yang mencapai nishob zakat.

أمّا من لا يستطيع تأمينَ هذه الحاجات فهو فقيرٌ، و يُعطى من الزّكاة، ولا فرق بين الفقير والمسكين في الزّكاة، وجَمَع الله -تعالى- بينهم في آية الزّكاة، مع العطف الذي قد يُفهم منه أن بينهما فرق؛ حيث إنَّ المساكين قِسمٌ من الفقراء، والمسكين الذي يتعفف فيظُنُّ الغنيُّ أنّه غير مُحتاج، ويُعطون من الزّكاة بالقدر الذي تَسدُّ به حاجتهم، وبما يُخرجُه من الحاجة إلى الكفاية.

Adapun orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan primer tersebut, maka ia tergolong orang faqir dan diberi dari zakat. Tidak ada perbedaan di dalam zakat antara faqir dan miskin. Allah swt telah mengumpulkan diantara mereka pada ayat zakat dengan huruf athaf yang memberikan pemahaman bahwa diantara keduanya terdapat perbedaan, dimana masakin itu bagian dari fuqara. 

Orang miskin ialah orang yang tidak minta-minta sehingga orang kaya mengira bahwa ia orang yang tidak butuh. Maka mereka semua (faqir dan miskin)  diberi dari zakat kadar yang dengannya bisa memenuhi kebutuhannya, dan kadar yang mengeluarkannya dari kebutuhan kepada kecukupan. (Sayyid Sabiq, Fiqhuss Sunnah, cetakan baru penuh harakat, juz 1, hal. 232-233, Darul Fikri, Berut Libanon).

Kedua, pendapat Syaikh Taqiiyyudin Abu Bakar bin Muhammad Alhusaini Alhishni Addimasyqi Asy-syafi'i dari ulama abad 9 H. Beliau berkata :

الصنف الأول: الفقراء، وحد الفقير هو الذي لا مال له ولا كسب، أو له مال أو كسب ولكن لا يقع موقعا من حاحته، كمن يحتاج إلى عشرة مثلا ولا يملك إلا درهمين، وهذا لا يسلبه اسم الفقر، وكذا ملك الدار التي يسكنها والثوب الذي يتجمل به لا يسلبه اسم الفقر، وكذا العبد الذي يخدمه... 

"Golongan pertama: Fuqara. Definisi faqir  ialah orang yang tidak memiliki harta dan tidak pula memiliki usaha, atau ia memiliki harta atau usaha, tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhannya, seperti orang yang butuh sepuluh dirham, sedang ia tidak memiliki selain dua dirham, ini tidak menghilangkan nama faqir. Juga memiliki rumah yang ditinggali dan pakaian yang berhias dengannya, tidak menghilangkan nama faqir. Juga budak yang melayaninya... ".

الصنف الثاني: المساكين للآية، والمسكين هو الذي يملك ما يقع موقعا من كفايته ولا يكفيه بأن كان مثلا يحتاج إلى عشرة وعنده سبعة، وكذا من يقدر أن يكتسب كذلك حتى لو كان تاجرا أو كان له رأس مال تجارة، وهو نصاب جاز له أن يأخذ، ووجب عليه أن يدفع زكاة رأس ماله نظرا إلى الجانبين.

"Golongan kedua : Masakin. Miskin ialah orang yang memiliki harta yang bisa memenuhi kebutuhannya, tetapi tidak mencukupinya. Contohnya, seperti ia membutuhkan sepuluh, sedang ia memiliki tujuh. Juga orang yang mampu bekerja, tapi tidak mencukupi. Sehingga ketika ia adalah pedagang atau ia memiliki modal berdagang, yaitu satu nishob, maka ia boleh mengambil zakat. Dan wajib atasnya membayar zakat modalnya karena memandang dua sisi."

 واعلم : أن المعتبر من قولنا يقع موقعا من كفايته المطعم والمشرب والملبس وسائر ما لابد منه على ما يليق بالحال من غير إسراف ولا تقتير. 

"Ketahuilah, bahwa yang dinilai dari perkataan kami, "bisa memenuhi kebutuhannya", ialah makanan, minuman, pakaian dan semua yang dibutuhkan sesuai kondisinya dengan tanpa berlebihan dan tanpa medit". (Kifayatul Akhyar fi Halli Ghoyatil Ikhtishor, hal. 180-181, Maktabah Asysyuruq Addauliyyah). 

Apakah Zakat Fitrah Wajib atas Orang Melarat?

Orang melarat yang benar-benar melarat, bukan melarat melaratan, tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah. Dalam hal ini Syaikh Taqiiyyudin Abu Bakar bin Muhammad Alhusaini Alhishni Addimasyqi Asy-syafi'i rh berkata :

(ووجود الفضل عن قوته وقوت عياله في ذلك اليوم، ويزكي عن نفسه وعمن تلزمه نفقته من المسلمين) هذا هو السبب الثالث لوجوب زكاة الفطر وهو اليسار، فالمعسر لا زكاة عليه، قال ابن المنذر : بالإجماع، ولا بد من معرفة المعسر، وهو كل من لم يفضل عن قوته وقوت من تلزمه نفقته آدميا كان أو غيره ليلة العيد ويومه ما يخرجه في الفطرة فهو معسر 

(Dan adanya kelebihan dari makanan pokoknya dan makanan pokok keluarganya pada hari itu, ia mengeluarkan zakat dari dirinya dan dari orang yang wajib dinafkahinya dari orang-orang muslim). Ini adalah sebab ketiga bagi wajibnya zakat fitrah, yaitu kaya, maka orang melarat tidak wajib zakat. Ibnu Munzir berkata : "Dengan dalil Ijmak (orang melarat tidak wajib zakat).

Dan harus ada pengetahuan tentang orang melarat, yaitu setiap orang yang tidak punya lebihan dari makanan pokoknya dan makanan pokok orang-orang yang wajib dinafkahi, baik anak Adam (manusia) atau yang lainnya, pada malam 'Idul Fitri atau siangnya, yakni lebihan sesuatu yang dikeluarkan untuk fitrah, maka ia adalah orang melarat". (Kifayatul Akhyar fi Halli Ghoyatil Ikhtishor, hal. 178, Maktabah Asysyuruq Addauliyyah). 

Wallahu A'lam ...


Oleh: Ustaz Abulwafa Romli
Pengasuh M.T. Darul Hijrah Pasuruan


Sumber: https://abulwafaromli.blogspot.com/2021/05/fuqoro-dan-masakin.html?m=1

Posting Komentar

0 Komentar