Musibah Datang Silih Berganti, Saatnya Introspeksi Diri

Miris! memasuki bulan suci Ramadhan, negeri ini kembali dilanda musibah gempa. Seperti dilansir dari CNN Indonesia dalam keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui akun Twitter, terjadi gempa bermagnitudo 6,7 di Barat Daya Malang, Jawa Timur. Pusat gempa terdapat di laut dengan kedalaman 25 km dan  berada 90 km dari kabupaten Malang (10/4).

Menurut pemberitaan, gempa terjadi pukul 14.00 WIB dan terasa di 17 Kabupaten/ Kota Jawa Timur. Di Malang berlangsung selama 12 detik dan 30 detik di Blitar. Meski tidak menimbulkan tsunami, namun cukup membuat masyarakat kota Malang panik berhamburan ke luar rumah dan bangunan lantaran getaran gempa sangat kencang. Dilaporkan beberapa rumah warga mengalami kerusakan dan menelan satu korban jiwa yang tertimpa reruntuhan bangunan. 

Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, Herya Putra Darma mengatakan tiga kamar rawat inap atapnya ambrol, beruntung sedang dalam keadaan kosong sehingga tidak ada korban jiwa. 
Sementara itu, Kepala Bakesbangpol dan PBD Kota Blitar, Hakim Sisworo saat ini timnya masih menyisir wilayah untuk memantau kerusakan di beberapa titik kota Blitar.

Gempa di Malang membuat kota di sekitarnya seperti Yogyakarta dan Bali menjadi trending topik di Twitter, hingga pukul 16.00 pembahasan mengenai Yogyakarta mencapai 19.600 cuitan, Bali 20.900 cuitan dan Malang 84 ribu cuitan. 
Cuitan warganet didominasi dengan unggahan foto akibat gempa dan do'a agar masyarakat terhindar dari musibah yang terjadi. 

Dilansir CNN.Indonesia malam, gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh pihak tetap waspada, namun jangan panik dan senantiasa selalu memanjatkan do'a agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan Jawa Timur diberi keselamatan oleh Allah SWT. Hingga pukul 18.00 WIB BNPB melaporkan melalui Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Raditya Jati mencatat 6 warga meninggal dunia dan satu orang mengalami luka berat, pihaknya masih terus memonitor dan evakuasi warga
(10/4).

Tidak berselang lama, gempa bumi juga mengguncang Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan kekuatan magnitudo 6.0 terjadi pukul 16.30 WIB. Pusat gempa berada 94 km barat laut Tahuna, Kepulauan Sangihe dengan kedalaman 295 km dan tidak berpotensi tsunami. Mengutip keterangan BMKG melalui akun Twitter @infoBMKG (10/4). 

Sebelumnya, gempa berkekuatan 5,9 magnitudo terjadi di Kabupaten Buru Selatan, Maluku pada pukul 01.24 WIB, gempa yang tidak berpotensi tsunami ini terjadi di titik koordinat  pada 5.12 lintang selatan dan 128.19 bujur timur. Pusat gempa di laut dengan jarak 150 dari arah tenggara Buru Selatan di kedalaman laut 329 km (4/4). 

Beberapa pekan sebelumnya bencana alam angin kencang, banjir bandang dan tanah longsor menerpa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Minggu 4 April, berdasarkan BNPB 10 kabupaten dan Kota terdampak bencana, 284 jiwa mengungsi dan 54 rumah mengalami kerusakan. Menurut Kepala BNPB Doni Monardo 138 meninggal dan 61 orang dilaporkan hilang. 

Bencana alam datang silih berganti menyapa negeri saat Ramadhan sudah di pelupuk mata, ketika rakyat masih bergelut melawan virus Covid-19 dan kesusahan dirasakan berbagai lapisan masyarakat sementara biaya kebutuhan hidup makin mahal seiring melonjaknya harga pangan menjelang datangnya bulan penuh ampunan. 

Selain itu, bencana moral juga tengah hadir di negeri tercinta ini seperti maraknya prostitusi, minuman keras yang sudah menyasar anak di bawah umur, aborsi yang dilakukan remaja, beragam tindak kriminalitas, tawuran remaja, korupsi yang menggurita dan tingkah laku pejabat yang menyakiti hati rakyat serta perilaku pesohor negeri yang mempertontonkan kekayaan di saat kasus stunting yang mengancam nyawa rakyat miskin mencuat kepermukaan. 


Bencana Bagian dari Ujian dan Siksa

Sebagai manusia beriman kita wajib ridha dan sabar atas bencana alam yang terjadi karena ini Sunatullah atau qadha (ketentuan) Allah azza wa Jalla dan bagian dari ujian yang tidak bisa ditolak atau dihindari. Sebagaimana yang termaktub dalam Firman Allah SWT,

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan kabarkanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (TQS Al-Baqarah [2]: 155).

Bencana alam adalah peristiwa yang disebabkan gerak dan reaksi alam. Namun dalam pandangan Islam bencana alam terjadi tidak lepas dari perbuatan manusia dalam memperlakukan alam. Sekecil apapun kerusakan yang dilakukan, implikasinya berdampak luas dan merugikan siapa pun. 

Menurut tafsir Ibnu Katsir, penyebab bencana alam berkorelasi dengan perbuatan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT. Hal ini berdasarkan pada kisah zaman Nabi yang ditimpa bencana tersebab beragam kemaksiatan dan kezaliman yang mereka lakukan. 

Tak jauh beda dengan kondisi saat ini, kemaksiatan yang merajalela, degradasi moral, persekusi ulama, penjegalan dakwah, massif-nya kriminalitas, pengabaian aturan dan hukum Allah SWT dalam kehidupan merupakan sebab ditimpakannya bencana. Bukan hanya kepada pelaku maksiat dan kezaliman itu sendiri, namun juga menimpa orang-orang beriman. 

Lantas, apa korelasinya antara aktivitas manusia dan bencana alam? sudah menjadi tabiat manusia saat hidup di dunia ingin mengumpulkan harta sebanyak mungkin meski harus dengan jalan merusak alam dan menzalimi orang lain yang dilakukan segelintir orang yang memiliki kekuasaan. Mengeruk kekayaan dengan merusak alam tentu mengakibatkan alam kehilangan fungsinya, sehingga banjir dan tanah longsor kerap terjadi. Perbuatan korporasi perusak hutan penghasil limbah yang mengakibatkan polusi sehingga terjadi pemanasan global dan mengakibatkan perubahan iklim serta naiknya permukaan laut.

Namun sayangnya, pemerintah yang seharusnya menjalankan kewajiban mengawasi dan memelihara alam justru memfasilitasi perbuatan kezaliman tersebut dengan kebijakan yang diberikan kepada kapitalis dengan dalih investasi. Bagaimana pemerintah bisa berbuat seperti itu? Wajar jika hal itu terjadi karena pemerintah saat ini menerapkan sistem sekularisme dengan anak kandungnya kapitalisme, yang menjadikan kekuasaan dipegang oleh pemilik modal, sementara negara hanya sebagai regulator dan fasilitator bukan sebagai pelayan rakyat yang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya. 

Namun mirisnya, pemerintah menyalahkan curah hujan sebagai penyebab terjadinya banjir, seolah-olah hujan berperan menimbulkan musibah. Padahal hujan adalah rahmat yang diturunkan-Nya untuk menumbuhkan tanaman dan pepohonan  guna memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan.

Sejatinya bencana alam adalah siksa yang diberikan Sang Maha Pencipta kepada manusia yang berbuat maksiat dan ditimpakan kepada negeri yang mengabaikan aturan Sang Maha Pencipta akibat tindakan zalim penguasa terhadap rakyatnya. Kebijakan pemerintah yang cenderung mengabaikan nasib rakyat dan menambah penderitaannya, namun di sisi lain memberikan kesempatan seluas mungkin untuk para kapitalis membuka usaha adalah bentuk kezaliman yang nyata.


Introspeksi dari Bencana 

Bencana akan terus terjadi selama kezaliman ada, salah satu cara agar kezaliman terhapuskan di muka bumi adalah kembali pada aturan Allah azza wa jalla yaitu dengan cara menerapkan syariat Islam secara kaffah sehingga keberkahan akan melimpah memenuhi semesta karena dengannyalah ketakwaan akan terwujud. Maka Allah SWT akan mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi sehingga kehidupan penduduk bumi dan alam bisa selaras. []

Oleh: Nurmilati
(Sahabat TintaSiyasi)

Posting Komentar

0 Komentar