Khaulah binti Azwar: Mujahidah Pemberani, Lebih Baik Mati daripada Jadi Budaknya Romawi


Sejarah mencatat, pada 15 Hijriah  di daerah Ajnadin, dekat Yerusalem, terjadi peperangan antara kaum Muslimin dan pasukan Romawi. Perang tersebut adalah Perang Yarmuk. Dalam Perang Yarmuk, di bawah pimpinan Panglima Perang Khalid bin Walid, saat  itu pasukan kaum Muslimin tengah terdesak berada dalam kepungan musuh. Banyak dari para prajurit yang terbunuh bahkan banyak pula yang tertawan musuh. 

Tak diduga, muncullah sesosok ksatria yang menunggangi kuda dengan mengenakan pakaian serba hitam menutupi seluruh tubuhnya, hanya terlihat kedua matanya saja.  Sang ksatria ini dijuluki ‘Ksatria Berkuda Hitam’. Dengan gagah berani, ‘Ksatria Berkuda Hitam’ ini memasuki medan pertempuran. Dengan cekatan dipacu kudanya dan  secepat kilat ia masuk ke tengah-tengah medan pertempuran. Sang ksatria yang tak takut mati itu, bagaikan singa yang lapar siap menerkam siapa saja yang ada di hadapannya. Dikibaskan dan dihunuskan pedangnya kepada musuh-musuh Allah. Alhasil, dalam waktu singkat ia berhasil menumbangkan tiga musuhnya.

Sontak membuat Panglima Perang Khalid bin Walid beserta pasukan tercengang dibuatnya. Mereka terheran-heran dan bertanya-tanya siapa sang ksatria yang berani itu? Seingat mereka tidak ada sosok pasukan kaum Muslimin yang seperti itu.

Merasa penasaran, di tengah-tengah pertempuran, Panglima Khalid bin Walid pun mendekati sang ksatria itu dan berkata, “Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya dan menentang kaum Musyrik. Tolong buka wajahmu.” 

Sang ksatria itu tidak menjawab pertanyaan Khalid bin Walid, karena masih banyak musuh yang harus dihadapinya. Khalid bin Walid pun kembali mengejar dan bertanya lagi kepadanya. “Hai, engkau telah membuat hati kami bergetar dengan perbuatanmu. Siapa sebenarnya engkau ini?

Dengan suara lembut, sang ksatria itu menjawab, “Wahai Amir, sesungguhnya aku tidak menjawab pertanyaanmu karena malu. Engkau adalah pimpinan tertinggi sedangkan saya hanyalah seorang lemah dan wanita tertutup.”

Lalu Khalid bin Walid bertanya, “Siapa namamu?”

Sang ksatria itu menjawab, “Aku Khaulah binti Azwar. Aku melihat kakakku, Dhirara tertangkap. Aku datang untuk menolongnya, membebaskan kakakku yang berperang di jalan Allah.” 

Dengan penuh simpati Khalid bin Walid pun berkata, “Kami akan bertempur bersama dengan yang lain. Kami berdoa kepada Allah semoga bisa menemui saudaramu dan membebaskannya.”

Mendengar pejuang yang gagah berani itu adalah seorang Muslimah, para mujahidin kembali terbakar semangatnya untuk berperang melawan musuh-musuh Allah. Keberanian Khaulah binti Azwar menjadikan semangat jihad dari pasukan Khalid bin Walid kembali berkobar untuk terus berjuang melawan musuh. Subhannallah.

Ketika baca kisahnya pun, pasti kita penasaran siapa ksatria itu? Ternyata, sang ksatria itu adalah seorang Muslimah. Khaulah binti Azwar namannya. Khaulah, lahir pada abad ketujuh di Arab. Ia adalah putri Malik atau Tareq Bin Awse, Kepala Suku Bani Assad. Keluarganya termasuk yang pertama masuk Islam. 

Khaulah binti Azwar merupakan sosok mujahidah yang berani. Ia salah satu perempuan Muslimah yang berani maju ke medan pertempuran untuk berjihad di jalan Allah SWT. 

Sebenarnya, dalam perang tersebut Khaulah binti Azwar  hanyalah seorang tenaga medis yang bertugas mengobati para pasukan Muslimin yang terluka. Ia pun bertugas menyiapkan segala keperluan pasukan mulai dari makan, minum serta peralatan yang akan digunakan di medan pertempuran. 

Walaupun Khaulah bertugas sebagai seorang tenaga medis serta menyiapkan perbekalan dan perlengkapan saja, tetapi ia adalah sosok Muslimah pemberani. Ketika ia mengetahui kakak kandungnya, Dhirara bin Azwar tertawan musuh dan mendengar pula pasukan kaum Muslimin terdesak di medan perang, keberaniannya pun bangkit. Dengan segera, dia mengenakan  pakaian hitam yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali matanya saja dan diambillah senjata, kemudian bergegas maju ke medan peperangan.

Begitulah sayangnya Khaulah kepada kakaknya. Memang, Khaulah dan kakaknya sangat dekat sekali. Kakaknya (Dhirara) yang mengajarkan ilmu perang kepada Khaulah. Sebenarnya, Khaulah sendiri cukup mumpuni memainkan senjata, karena sejak kecil sudah terbiasa bermain pedang serta tombak. Dia terus berlatih ilmu perang, agar suatu saat nanti ilmunya dapat digunakan untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya. 

Ksatria Berkuda Hitam! Itulah sosok Khaulah binti Azwar yang didukung dengan dengan sosok tubuhnya tinggi langsing, tegap, gesit dan juga jago menunggangi kuda. Dengan hadirnya Khaulah bin Azwar ini, akhirnya kaum Muslimin mampu mengalahkan pasukan Romawi dan kakaknya yang ditawan di Homs karena telah membunuh anak raja dan banyak tentara Romawi pada akhirnya berkat pertolongan Allah SWT berhasil diselamatkan. Berkat keberanian dan ketangguhannya di medan perang, Khaulah pun mendapat julukan pedang Allah dari kalangan perempuan.

Keberanian Khaulah pun kembali teruji. Ketika Perang Sahura berkecamuk, saat itu Khaulah dan beberapa mujahidah tertawan musuh. Mereka dikawal dan dikurung dengan sangat ketat selama beberapa hari dan terasa mustahil untuk melepaskan diri. Namun, Khaulah tidak menyerah dan terus memberi semangat kepada para mujahidah lainnya, sembari berkata, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Di mana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Di mana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!” Subhanallah.

Dengan keberaniannya, Khaulah pun terus menerus membakar api semangat  para mujahidah untuk jihad di jalan Allah SWT. Mereka pun bertekad untuk terus melawan musuh Allah dan Rasul-Nya serta rela mati syahid jika gagal melarikan diri. 

Dengan lantang Khaulah pun berkata, “Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insyaallah pertolongan Allah sudah dekat.” Akhirnya, Khaulah dan para Muslimah lainnya berhasil membunuh lima ksatria Bizantium yang menghinakan Islam dan kaum Muslimin. 

Mujahidah pemberani, lebih baik mati daripada jadi budaknya Romawi. Itulah sosok dari  ‘Ksatria Berkuda Hitam' dan pedang Allah dari kalangan Muslimah, Khaulah binti Azwar. Menurut catatan Muhammad at Tunji dalam Mu’jam ‘Alam an-Nisa, Khaulah wafat sekitar tahun 35 H pada akhir masa Khalifah Usman bin Affan. Keberaniannya terus dikenang sebagai sosok Muslimah yang tangguh dan pemberani yang dapat menginspirasi.[]

Oleh: Siti Aisyah S.Sos.
(Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis Depok)

Posting Komentar

0 Komentar