Inilah yang tak Dimiliki Umat Terdahulu



Berkaca pada Firman Allah Swt, 
وَاِذۡ قُلۡتُمۡ يٰمُوۡسٰى لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَـكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهۡرَةً فَاَخَذَتۡكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَنۡتُمۡ تَنۡظُرُوۡنَ

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika kalian berkata, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian menyaksikannya” [TQS Al Baqarah : 55]

Menurut Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu Abbas: جهرة Artinya, melihat-Nya secara jelas (kasat mata). Juga sama menurut Qatadah dan Rabi’ bin Anas. Abu Ja’far meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas: “Bahwa mereka itulah tujuh puluh orang yang dipilih Musa as. Mereka berjalan bersama Musa hingga akhirnya mereka mendengar sebuah firman, maka mereka pun berkata demikian. Kemudian, lanjut Rabi’ bin Anas, mereka mendengar suara yang menyambar, dan mereka pun mati.”

Firman-Nya فأخذكم الصاعقة menurut As-Suddi adalah api. Maka mereka pun mati, lalu Musa ‘alaihi as-salam bangkit dan menangis seraya memanjatkan doa, “Ya Rabbku, apa yang harus aku katakana kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka, sedang Engkau telah membinasakan orang-orang terbaik di antara mereka.” Firman-Nya وأنتم تنظرون menurut Urwah bin Ruwaim adalah sebagian dari mereka ada yang disambar petir, dan sebagian lainnya menyaksikan peristiwa tersebut. Kemudian sebagian dari mereka dibangkitkan dan sebagian lainnya disambar petir (bergantian).

Peristiwa ini terjadi Setelah kaum Bani Israil melihat berbagai mukjizat yang Allah turunkan kepada nabi Musa as hingga mereka keluar dari laut dengan selamat sementara Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam namun mereka tidak sabar tatkala nabi Musa as menerima petunjuk dari Allah selama 40 hari. Hingga akhirnya bani Israil membuat sesembahan patung anak sapi sepeninggal musa as. Padahal 40 hari bukanlah waktu yang lama. 

Berbeda dengan ummat Muhammad Saw, Allah Swt telah memberikan kesabaran yang luar biasa. Dalam hal mempertahankan aqidah dan Daulahnya, kaum muslimin pada peradabannya tidak pernah berperang sebagai ummat, mereka senantiasa bersatu di bawah Negara yang menaunginya, berperang dalam satu komando jihad. 

Salah satu yang tercatat dalam tinta Sejarah Islam, pada tahun 1258M Baghdad sebagai pusat peradaban Islam jatuh ke tangan Pasukan Tatar dari kabilah Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu Khan. Tidak ada yang menandingi kekejaman dan kebengisan mereka kala itu bahkan melebihi apa yang dilakukan oleh Nebukadnezar ketika menaklukkan Baitul Maqdis. 

Tentara Mongol menyembelih seluruh penduduk dan menyapu Baghdad bersih dari permukaan bumi. Dihancurkanlah segala macam peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-rastus tahun lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam Sungai Tigris sehingga berubah menjadi hitam lantaran tinta yang larut. Prof. Dr. Musyrifah Sunanto (Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.Hal. 179). 

Orang-orang Tatar melemparkan peninggalan Islam ke Sungai Tigris sehingga warna air sungai itu berubah menjadi hitam. Bahkan ada yang mengatakan Pasukan Tatar menyebrangi sungai diatas jilid-jilid buku yang besar dari tepi sungai ke tepi yang lain. Ini puncak kejahatan yang melanggar hak kemanusiaan. (Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, Prof. Dr.Raghib As-Sirjani. Hal. 249-250). Hal yang sama diungkapkan oleh Prof. Dr. Ahmad Salabi, bahwa sesudah Bangsa Tatar memasuki Baghdad dan khalifah terakhir dari kerajaan Bani Abbas yaitu Al-Mu’tashim,  dibunuh oleh Hulaghu Khan dan Kota Baghdad diruntuhkannya maka lenyap dan hancurlah Baitul Hikmah itu. (Tarikh At-Tarbiyah Al-Islamiyah, hal. 173).

Hal ini sangat kontras dengan ummat terdahulu sebagaimana bani Israil di atas. Ummat Islam memiliki kesabaran yang luar biasa, tetap pada aqidahnya tanpa menyekutukan Rabb-Nya. Hingga Allah berkehendak bahwa Mongol mulai masuk Islam, setelah 35 tahun mereka memasuki wilayah kaum Muslim bahkan menjadi agama mayoritas bagi mereka. Melalui tangan mereka, Allah muliakan kembali Islam. Meskipun secara logika, merupakan hal yang aneh ketika bangsa pemenang perang ini justru tunduk kepada Islam, yang pemeluknya mereka kalahkan. Bahkan, bangsa Tatar ini memeluk agama mereka pada posisi yang paling kuat, dan puncak kekuasaannya meskipun mereka tidak sebaik generasi Muslim Pertama dari segi aspek akidah dan dakwah. 

Mereka juga telah berhasil melakukan penaklukan terhadap berbagai wilayah, yang dengannya kekuasaan kaum Muslim kokoh untuk jangka waktu yang lama. Meski dari aspek akidah dan dakwah Islam, jelas tidak sehebat di masa generasi Muslim pertama. Bahkan, tak sedikit dari mereka memerangi sesama suku mereka, demi Islam. 

Hari ini kaum Muslim memang tertindas, tercerai berai, tertinggal dan mengalami berbagai kemunduran. Namun kaum Muslim akan tetap pada aqidahnya, para penyeru kebaikan akan tetap ada bersama dengan mereka meskipun ancaman, intimidasi dan nyawa yang akan mereka pertaruhkan. Namun inilah yang tidak dimiliki oleh ummat terdahulu. Yang dengannya, Allah akan membantu kaum muslimin kembali menjadi ummat terkuat yang hidup di bawah satu komando kepemimpinan sebagaimana yang telah Allah janjikan.[]

Oleh: Novida Sari (Santri Daring I’robul Quran di bawah asuhan KH. Hafidz Abdurrahman)

Posting Komentar

1 Komentar

  1. MasyaAllah.... Khilafah janji Allah.
    Cepat atau lambat islam akan berjaya lagi.

    BalasHapus