Menetralisir Stres dan Menumbuhkan Kemesraan Suami Istri


Suami mungkin pernah mengalami istrinya stres. Ternyata istri yang mengalami stres itu ada yang bisa mendeteksi dirinya mengalami stres, ada juga yang tidak. Walau istri tahu atau tidak kalau dirinya stres, kadang ia tidak mau mengungkapkan pada suami, inginnya suaminya peka pada kebutuhan psikologis istrinya. Padahal suaminya bukan cenayang.

Wanita yang stres lebih cenderung banyak bicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Kalimat yang dilontarkan terdengar pedas. Kalau sudah demikian, sebagai suami harus paham bahwa istri sedang mengalami stres.

Sisi negatif yang berbahaya pada istri ketika mengalami stres, ia akan marah-marah, ngomel-ngomel tidak jelas. Kalau tidak marah-marah, berarti curhat dengan yang lain. Bisa ke ortunya, saudaranya, sahabatnya, mantannya, atau pria yang baru dikenalnya di medsos. Apalagi kondisi pandemik saat ini.

Untuk menetralisir keadaan stres pada istri agar tidak akut menjadi depresi bahkan lebih dari itu. Maka, suami harus bisa berperan menjadi konseling pribadi bagi istri. Tugas konseling adalah mendengarkan kemudian mencarikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Karena sudah fitrahnya wanita adalah banyak bicara. Maka, istri yang mengalami stres hanya perlu teman curhat, yang mendengarkannya dengan tulus.

Tunjukkan rasa ketertarikan pada ceritanya dengan menatap matanya. Walau sebenarnya fitrah laki-laki adalah tidak tahan menatap berlama-lama, tapi demi istri berusahalah.

Jika istri menangis, maka berikan pelukan, sambil mengusap kepalanya. Atau sebelum istri menangis, peluklah ia, biasanya langsung meleleh. Bimbing istri untuk menemukan masalah sebenarnya.

Kalau sudah puas menangis, berarti segala beban dalam pikirannya sudah plong. Dan ia kembali menjadi istri yang sesungguhnya penuh cinta, kasih, sayang, menyenangkan dan hangat pada keluarga. Walau persoalannya sebenarnya belum selesai, dengan menangis dan dipeluk sudah sangat membantu kondisi psikisnya.

Jika sebaliknya suami yang mengalami stres. Maka istri tidak perlu banyak bicara atau bertanya. Karena akan menambah kestresan suami. Apa yang harus dilakukan istri adalah melaksanakan apa yang diperintahkan suami dalam perkara yang bukan maksiat. Jika suami bertanya, maka jawab dengan lembut. Tampakkan wajah berseri-seri dengan senyuman tulus. Suami akan bercerita sendiri tanpa perlu dipaksa, kalau ia sudah berhasil menyelesaikan problemnya.

Hal di atas merupakan wujud sikap saling menyayangi ketika menghadapi pasangan mengalami masalah dan stres. Seribut-ributnya suami dan istri, tetap harus saling menyayangi. Anggap saja konflik rumah tangga itu sebagai bumbu kemesraan. Rasulullah ï·º bersabda :
“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,” (HR. At-Thabrani)

Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah ï·º :
“Para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit” (HR. Abu Dawud no 4941 dan At-Tirmidzi no 1924 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah no 925)

Hanya suami istri yang tunduk dan terikat pada syari'at Islam, merekalah yang akan mampu melalui samudra kehidupan bersama-sama dengan dorongan keimanan.

Semakin pekatnya malam, menandakan fajar akan segera terbit. Semakin terasa beratnya ujian, menandakan ujian akan segera selesai, bersabarlah. Semoga Allah Ta'ala balasi dengan syurga sebagai tempat berkumpul abadi pasangan yang bertakwa. Wallahu'alam. []

Oleh : Sri Wahyu Indawati, M.Pd
(Inspirator Smart Parents)

Posting Komentar

0 Komentar