BERLINDUNG DARI PEMBISIK KEKUASAAN

Jangan-jangan pembisik kekuasan itu ada. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa pemerintah selalu membuat kebijakan yang menimbulkan permasalahan? Bahkan berbagai alasan yang dinyatakan hampit tidak masuk akal dan terkesan dibuat-buat tanpa perencanaan. Atau jangan-jangan kebijakan itu lahir karena ada yang selalu membisiki. 

Jangan-jangan pembisik kekuasan itu ada. Misalnya, pada masalah investasi.  Kalau tidak ada investasi masuk maka akan membahayakan kondisi Indonesia. 

Pertanyaannya apa bahayanya? tidak akan ada pembangunan di Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, apakah ini bahaya?. Maka dari itu pemerintah melakukan berbagai upaya agar investasi asing tersebut dapat masuk ke Indonesia. Berbagai jalan kemudahan diberikan. Segala macam undang-undang di ganti.

Jangan-jangan pembisik kekuasan itu ada. Setiap Investasi yang masuk di sesuaikan peruntukkannya. Ada yang fokus pada pariwisata, perkebunan, atau pembangunan industri. Oleh karenanya beberapa keuntungan akan diberikan apabila investor mau memberikan investasinya. Kemudahan perizinan, kemudahan pajak, serta jaminan ketersediaan tenaga kerja. Karena dianggap sering kali birokrasi perizinan dan perpajakan menghalangi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Jangan-jangan pembisik kekuasan itu ada. Inilah yang terjadi di Indonesia, semuanya demi kebutuhan investasi. Tidak hanya itu, terkait wabah pandemi pun berbagai kebijakan juga seakan-akan dipaksakan hanya untuk investasi. Pemerintah daerah harus mengikuti kebijakan pemerintah pusat. Proyek di Bali tetap harus jalan. KRL tetap harus aktif, difungsikan untuk mengangkut tenaga medis. 

Larangan mudik akan kita berlakukan pulang kampung boleh, "Ojol jangan bawa penunmpang", "eh Ojol silahkan bawa penumpang". Covid-19 tidak kuat panas dan tidak cocok iklim di Indonesia. Pembangunan ibu kota baru tetap kita lanjutkan. Jangan-jangan bisa jadi memang benar, bahwa ternyata pembisik itu ada di dalam kekuasaan.

Terkait para pembisik, Allah sudah berfirman di dalam Alquran:
مِنْ شَرِّ الْوَسْواسِ الْخَنَّاسِ 

Artinya : “Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,” [TQS An-Nas : 4]
Imam Qurtubi menafsirkan yang dimaksud pada ayat tersebut adalah dari bisikan syaithan yaitu bisikan yang membawa kepada waswas. Dikatakan juga sesungguhnya al-khannas yaitu melalaikan manusia dari berzikir kepada Allah. Termasuk diantaranya adalah keraguan akan petunjuk dan keyakinan terhadap sesuatu.

Imam Thabari di dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa “al-khannas” adalah “pembisik” yang berarti yang membuat ragu dan melalaikan dari zikir atau ingat kepada Allah. Atau dengan kata lain al-khannas adalah yang membisikkan sesuatu dari golongan jin maupun manusia yaitu membisikkan untuk melakukan perbuatan maksiat kepada Allah. 

Imam al-Qusyayri menulis bahwa “al-khannas” yaitu melalaikan dan menghilangkan dari berzikir kepada Allah dan itu adalah sifat dari syaithan.
Intinya “al-khannas” adalah pembisik kejahatan dan mengajak kepada kemaksiatan. Dan menjauhkan kita dari mengingat Allah SWT. Semakin kebijakan itu mengikuti kemaksiatan maka semakin itu pula jauh dari Allah SWT. Para pembisik itu bisa bermacam-macam. Ada pembisik kesalehan diri, atau pembisik bangga berbuat dosa. Namun dalam kekuasaan berarti ada ‘al-khannas’ politik atau pembisik kekuasaan. Jadi jangan-jangan pembisik kekuasaan itu ada.

Bisa jadi juga kebijakan saat ini dapat menimbulkan kegoncangan karena diakibatkan oleh “al-khannas”. Imam Baidhowi menyatakan “min syarri al-waswasi” bermakna “zalzalah” yaitu kegoncangan. Sedangkan di dalam tafsir at-tahrir wa at-tanwir “al-khannas” adalah pembisik yang berupa ahli makar, tipu daya, muslihat (menipu) karena sesungguhnya mereka bersiap-siap melalaikan manusia dan mereka bersembunyi dan menghalangi agar manusia tidak menyadari kehadiran mereka.

Oleh karena itu di awal surah An-nas, kita sudah diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syaithan. 
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Artinya : “Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” [TQS. An-Nas :1]

Dalam ayat yang lain Allah ta’ala berfirman, 
فَإِذا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمِ 
Artinya: “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” [TQS. An-Nahl: 98]

Imam Qurtubhi menjelaskan lafazh isti’adzah atau at-ta’awwudz seperti itu merupakan lafazh isti’adzah untuk berlindung dari godaan syaithan yang senantiasa memalingkan dan menghalangi manusia mentadabburi dan mengamalkan Al-qur’an.

Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Jubair bin Muth’im dari bapaknya, bahwasanya mendengar Rasulullah SAW ketika memulai sholat membaca :
أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari godaan (kegilaannya) dan dari tiupan (kesombongannya), serta dari bisikan syair cintanya.”

Walhasil, jangan-jangan pembisik kekuasaan itu memang ada. Menjauhkan manusia dari mentadabbur dan mengamalkan alquran dengan kebijakan-kebijakan yang menyimpang dari Alquran. 

Berkata al-'Imam al-'Allamah Abu Zakariya Muhyiddin ibn Syarof an-Nawawiy ad-Dimasyqiy (Imam an-Nawawiy) :
يستحبّ للصائم أن يدعو في حَالِ صَوْمِهِ بِمُهِمَّاتِ الْآخِرَةِ وَالدُّنْيَا لَهُ وَلِمَنْ يُحِبُّ وَلِلْمُسْلِمِينَ
“Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa sepanjang waktu puasanya (selama ia berpuasa) dengan doa-doa yang sangat penting bagi urusan akhirat dan dunianya, bagi dirinya, bagi orang yang dicintai, dan untuk kaum muslimin." (Imam an-Nawawiy, dalam al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab)

Dan doa-doa orang berpuasa insyaAllah merupakan salah satu doa yang akan dikabulkan. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairoh. Rasulullah SAW bersabda :
لِحَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالْمَظْلُومُ ـ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ
“Tiga macam doa yang tidak akan ditolak : (1) orang yang berpuasa hingga berbuka, (2) pemimpin yang adil, dan (3) orang-orang yang dizalimi. “ [Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Semoga di bulan Ramadhan ini kita dapat menghilangkan para pembisik-pembisik kekuasaan dengan doa dan perlindungan kita kepada Allah SWT. Jadi, jangan-jangan pembisik kekuasan itu memang ada yaitu sifat syaithan yang haus kekuasaan.
Wallahu’alam.[]

Oleh W. Irvandi

Posting Komentar

0 Komentar