Sedari pagi kabut menebal
Menutup malu samar mentari bersinar
Awan pun berarak memenuhi cakrawala
Aku termenung di balik terali jendela kamarku
Mentari pagi kian merangkak meninggi Berselimut kabut dan awan kelabu
Seolah berbisik, kapankah gelap ini tersingkap
Memburu deru cahaya bersinar
Oh, awan tampak tak mau menipis
Menebal kelam seolah ingin menghujam bumi
Kulihat beliung angin di kejauhan pandang
Meliuk, merapat, menguntir awan
Dan bumi pun meronta memohon, menghiba Mengapa tak kunjung tetes air turun basah membasuh dahaga, cinta
Wahai dewi kahyanganku
Tak tahukah engkau wahai sang ratu
Ada relung kalbu tersiksa rindu
Aku menanti dirimu
Seperti air menghujam sendu
Terus jatuh mengalir kelu
Hujan turun kian deras menderu
Kenapa tak risau dengar teriakan pilu
Lirih rintik hujan masih kudengar dari kamarku
Namun, jiwaku tetap termenung kelabu
Menunggu cinta semanis madu
Hingga usai balutan waktu
Oleh: Prof. Suteki
Kota Lunpia, 27 Desember 2019
0 Komentar