Road to 2024 (28): Pemuda, Gibran, dan Selebrasi Politik Setengah Matang


TintaSiyasi.com -- Bukan berarti anak muda zaman now anti politik. Buktinya beberapa relawan muda, komunitas, dan tokoh muda tampil di tahun politik. Mereka mengopinikan Gibran (Putra Presiden Jokowi) untuk bisa manju cawapres 2024. 

Sebuah gerakan politik di tengah tarik ulur koalisi partai politik. Semenjak kemunculan Capres jomblo dan timing deklarsi yang tidak segera, beberapa kalangan membuat arus baru. Nama-nama anak muda coba disodorkan menjadi cawapres. Begitu pun dengan wacana perubahan usia capres dan cawapres di Indonesia.

Anak muda di tahun politik menjadi suara yang patut diperhitungkan. Gagasannya melampaui zaman dan perbincangan seputar politik, penegakkan hukum, korupsi, lingkungan hidup, dan kepedulian pada peruahan. 

Sesungguhnya arus semangat pemuda kini bisa dibaca sebagai bagian tumbuh suburnya kesadaran. Apalagi arus informasi yang deras dan kemudahan akses media, menjadikan anak muda patut diperhitungkan suaranya.

Selain pengarusutamaan Gibran sebagai cawapres, berlepas dipinang atau sekadar tes keadaan, Kaesang tiba-tiba menyodok menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Seperti diketahui, jika PSI tegak lurus dengan Jokowi. Artinya Jokowi sebagai politisi pasca berakhirnya periode kepresidenan masih diperhitungkan.

Berkaitan dengan kepemimpinan politik nasional, gagasan anak muda meginginkan harus yang lahir dari kelompok kaum muda dan pemimpin yang merepresentasikan keinginan, dan kebutuhan anak-anak muda Indonesia. 

Beberapa nama yang diusung pun dianggap mewakili anak muda yang berintegritas dan berpengalaman. Berlepas dari itu semua, menarik untuk menelisik seberapa besar selebrasi politik anak muda. Apakah ini menunjukkan kematangan berpikir politik atau sekedar euforia memanfaatkan tahun politik?

Gagasan Muda Masa Depan

Tua itu pasti, muda itu pilihan. Jika yang tua memiliki segudang pengalaman, maka yang muda memiliki sejuta gagasan ke depan. Pada titik inilah, sebagian pemuda yang memiliki kesadaran politik speak up. 

Hal ini juga menjadi angin segar jika anak-anak muda Indonesia sesungguhnya juga peduli pada politik dan kepemimpinan nasional. Mencoba keluar dari anggapan selama ini, jika pemuda hidup dalam hedonisme, liberalisme, dan semau gue.

Kemunculan gagasan pemuda ini menjadi incaran kalangan partai politik untuk menyasar milenial. Tidak hanya butuh suaranya, tapi juga gagasannya. 

Karenanya tidak mengherankan jika tawaran menjadi caleg ataupun tim pemenangan bersliweran. Tidak jarang pemuda pun menjadi volunter dan relawan jika gagasannya dipakai oleh politisi atau partai politik tertentu.

Kemunculan kesadaran politik pemuda ini bisa dianalisis sebagai berikut:

Pertama, pemuda milenial dianggap mampu beradaptasi dengan zaman dan kecepatan penguasaan teknologi. Politik saat ini pun memanfaatkan teknologi untuk memperbesar opini. Kampanye, perayaan, ataupun agenda dimuat dan disebarluaskan di media sosial. Setiap partai politik juga memiliki underbow untuk merekrut pemuda.

Kedua, gagasan pemuda muncul dari dialektika dan pergumulan dengan senior yang saling mempengaruhi. Jika terdapat kesamaan chemistry maka pemuda pun mengikuti seniornya. Terlebih senior dianggap sebagai mentor. Pembahasan politik pun lebih dipengaruhi dari sisi demokrasi, sosialisme, dan pragmatisme.

Ketiga, anak muda mudah bergerak dengan stimulan yang dianggap logis dan menyentuh emosional. Pergerakan pemuda mampu menjadi pendobrak kebuntuhan kalangan tua. Seperti pada pasangan capres-cawapres, jika politisi tua dianggap mampu dan berpengalaman, maka anak muda mendobrak dengan pilihan yang bersebrangan.

Keempat, era keterbukaan informasi dan diskusi turut memantik semangat pemuda dalam kepedulian politik. Kepeduliannya pun diwujudkan dalam tindakan nyata untuk turut serta edukasi perihal kepemimpinan, penegakan hokum, isu lingkungan hidup, dan kehidupan pemuda. Diskusi yang dibangun di media sosial pun cerdas denan narasi yang bernas. Lebih tampak intelektual dan fenomenal.

Kelima, speak up dan stand up untuk menyuarakan gagasan pembaharuan kepemimpinan. Kondisi ini patut diacungi jempol dengan momentum yang tepat di tahun politik. Apresiasi kepada pemuda ini menjadikan suaranya patut diperhitungkan dan didengarkan.

Gagasan pemuda akan mengisi ruang opini publik untuk meramaikan tahun politik. Apakah gagasannya akan terus bertahan dan mendapat perhatian? Atau menjadi perhitungan politik dari siapapun yang akan maju sebagai pemimpin Indonesia. Kiranya, pemuda perlu dipandu untuk memiliki pemikiran politik yang benar dan cara berpikir politik yang sesuai kebutuhan.

Politik Setengah Matang

Jika mencermati secara mendalam, gerakan politik pemuda Indonesia masih pada tataran gagasan sosok. Standar yang dipakai dalam penilaian pun mudah dipatahkan. 

Misalnya, apa ukuran keberhasilan seorang pemimpin dalam membangun daerah? Apa standar kemampuan memimpin? Dan apa standar seorang pemimpin yang dicintai dan dibutuhkan oleh negeri ini?

Sejatinya pembahasan perlu lebih mendalam lagi yaitu dengan melihat visi-misi dan gagasan ke depannya. Gagasan yang tidak sekedar pragmatis dan oportunis, tetapi juga gagasan yang ideologis. 

Jika sekadar melihat sekilas yang tampak pada sosok, maka ini dinamakan politik setengah matang. Padahal bicara tentang politik itu bicara hidup dan mati rakyat. Karena berkaitan dengan urusan kepentingan rayat baik dalam negeri ataupun luar negeri.

Pengkajian politik untuk pemuda perlu ditumbuhkembangkan. Dimulai dari mengikuti segala peristiwa politik dengan mencermati perkembangan berita. Kemudian memberika pandangannya dari sudut pandang ideologi yang sahih. 

Alhasil, peristiwa politik bisa diberikan catatan untuk menemukan solusi secara paradigmatik dan holistik. Semisal, untuk membawa Indonesia maju ke depan tidak cukup ganti orang, tapi juga sistem yang lebih baik dan menyejahterahkan. 

Kematangan politik pemuda akan terlihat dengan gagasan yang membawa perubahan ditengah anomali politik. Pemuda tak mudah ikut-ikutan dengan gagasan oportunis demokrasi yang kerap menimbulkan kekecewaan masal. Perlu juga pemuda kekinian menilik lebih dalam politik Islam. 

Politik yang bersendi pada aqidah Islam yang sahih. Dioperasikan oleh orang-orang yang bertakwa dan kapabel. Orang yang mampu menggabungkan teknis, ideologis, dan cara berfikir kritis untuk mencari solusi terbaik. Serta mampu bekerja demi rakyat tanpa perlu bermanis muka dan sekedar memperbaiki citra di depan kamera.

Kematangan politik pemuda pun akan terwujud ketika dominasi seruannya untuk perbaikan negeri ini dengan hukum (Allah) yang membawa berkah. Seruan yang tidak mampu dikooptasi oleh kepentingan politisi jahat dan oligarki. 

Serta pemuda yang siap untuk mengemban sebuah peradaban baru yang akan memimpin dunia. Wahai pemuda, di pundakmu ada amanah perubahan yang diamanatkan rakyat!


Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media 

Posting Komentar

0 Komentar