Mengamalkan yang Paling Baik: Ihsan dalam Semua Amal


TintaSiyasi.com -- Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tak disukai dan neraka dikelilingi hal-hal yang menyenangkan.” (HR. Bukhari Muslim).

Meninggalkan hal-hal yang menyenangkan karena Allah dan menanggung hal-hal yang tidak disukai karena Allah akan mendatangkan pahala sejauh kesusahan dan kelelahan dalam menanggung (hal-hal tak disukai) dan meninggalkan (hal-hal yang menyenangkan) itu. 

Allah dan Rasul-Nya senang dengan hamba-Nya yang kontinu dalam ketaatan. Sebagaimana sabda beliau, “Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus meskipun sedikit.”

وَكَتَبۡنَا لَهُۥ فِي ٱلۡأَلۡوَاحِ مِن كُلِّ شَيۡءٖ مَّوۡعِظَةٗ وَتَفۡصِيلٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ فَخُذۡهَا بِقُوَّةٖ وَأۡمُرۡ قَوۡمَكَ يَأۡخُذُواْ بِأَحۡسَنِهَاۚ سَأُوْرِيكُمۡ دَارَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  

“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.” (QS. Al-A’raaf (7) : 145).

Sobat. Allah menerangkan dalam ayat ini bahwa Dia telah menurunkan kepada Nabi Musa as, beberapa keping lauh yang berisi petunjuk-petunjuk dan pengajaran-pengajaran, janji dan ancaman pokok-pokok agama, berupa pokok-pokok akidah, budi pekerti dan hukum-hukum.

Sobat. Pendapat para ahli berbeda-beda tentang yang dimaksud dengan lauh itu termasuk bagian Kitab Taurat, dan ada yang berpendapat bahwa lauh diturunkan sebelum Kitab Taurat diturunkan. 

Dari berbagai pendapat itu yang kuat ialah pendapat yang mengatakan bahwa lauh itu adalah wahyu yang pertama diturunkan kepada Musa as, karena itu ia memuat hukum-hukum, akidah, dan keterangan-keterangan yang bersifat umum dan global. Kemudian diturunkan wahyu lain untuk menjelaskan secara berangsur-angsur sesuai dengan keperluan, keadaan masa, dan tempat.

Sobat. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang jumlah lauh yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Ada yang mengatakan sepuluh dan sebagainya. Tidak ada nash yang tegas menerangkan jumlah lauh yang diturunkan itu.

Allah memerintahkan agar Musa berpegang teguh dengan pokok-pokok agama yang telah diturunkan kepadanya, melaksanakan segala petunjuk-petunjuk dan hukum-hukumnya, agar berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti. 

Dan Allah memerintahkan agar Musa dan kaumnya berpegang teguh kepada ajaran-ajaran, petunjuk-petunjuk, dan hukum-hukum yang ada di dalam lauh itu. Sehingga Bani Israil akan baik budi-pekertinya, baik ibadahnya, dan tertutuplah pintu-pintu syirik. 

Jika kamu dan kaummu tidak mengambil dan memegang teguh apa yang telah Kami turunkan dengan sesungguhnya, maka kamu akan menjadi fasik, seperti yang telah dialami oleh kaum ad, samud, dan kaum Firaun dan sebagainya, atau Kami akan memperlihatkan kelak apa yang dialami orang-orang yang tidak mau taat kepada-Ku.

Sobat. Dari ayat-ayat di atas dapat diambil beberapa iktibar (pelajaran) sebagai berikut:

Pertama, wajib menyampaikan ajaran rasul dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan risalah yang dibawa Rasul, agar dengan demikian tercapailah pembentukan umat yang baru, penuh kedamaian di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun. Hal ini dapat dilihat pada perbuatan Rasulullah SAW, sendiri. 

Beliau merupakan suri teladan bagi umatnya dalam mengamalkan perintah-perintah Allah. Hal ini dapat dilihat pada perkataan, perbuatan dan tindakannya. 

Karena itu orang Arab tertarik kepada agama yang dibawanya, sehingga dalam waktu yang sangat pendek, penduduk Jazirah Arab telah menganut agama Islam. 

Cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah ini telah dilakukan pula oleh para sahabat dan beberapa khalifah yang terkenal dalam sejarah, maka mereka pun telah berhasil sebagaimana Rasulullah telah berhasil. Dalam pada itu ada pula di antara kaum Muslimin yang telah berbuat kesalahan.

Kedua, kita lihat dalam sejarah bahwa Bani Israil menjadi bangsa yang besar dan berkuasa di saat mereka melaksanakan dengan baik agama Allah, dan mereka menjadi bangsa terjajah, hidup sengsara di saat mereka memandang enteng dan mengingkari agama Allah.

Ketiga, demikianlah halnya kaum Muslimin, menjadi kuat dan besar di saat mereka melaksanakan dengan baik agama Allah, di saat timbul persaudaraan yang kuat sesama kaum Muslimin, dan mereka menjadi lemah di saat mereka tidak mengacuhkan lagi agama Allah.

Allah SWT berfirman :

وَٱتَّبِعُوٓاْ أَحۡسَنَ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ بَغۡتَةٗ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ 

“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,” (QS. Az-Zumar (39) : 55).

Sobat. Bagi orang-orang yang menerima seruan ini dengan bertobat kepada Allah dan percaya dengan sepenuh hatinya kepada keluasan rahmat dan ampunan-Nya, Allah memerintahkan agar dia benar-benar kembali kepada jalan yang lurus yang telah dibentangkan-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bernaung di bawah lindungan-Nya. Di sisi Allah tersedia berbagai macam karunia dan nikmat yang akan dilimpahkan kepadanya, apabila ia telah insaf dan kembali menjadi hamba yang dimuliakan-Nya. 

Sobat. Setiap orang berdosa hendaklah mengambil kesempatan baik ini dengan segera sebelum datang hari Kiamat di mana tobat dan penyesalan tidak akan diterima lagi. Janganlah kesempatan yang baik ini dibiarkan berlalu begitu saja karena yang akan rugi ialah orang yang tidak mengindahkannya. 

Dalam ayat lain, Allah berfirman:
 
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik. (al-hadid/57: 16)

Sobat. Peluang emas yang dikaruniakan Allah hendaklah dimanfaatkan sebaik-baiknya sebelum tiba saat yang menentukan di mana pintu tobat telah tertutup rapat, yaitu pada saat ajal telah tiba atau pada saat hari Kiamat telah datang. 

Pada saat itu, tidak seorang yang durhaka pun yang dapat melepaskan diri dari siksaan Allah dan tak ada suatu makhluk pun yang dapat membela dan menghindarkannya dari azab itu. 

Hendaklah dia benar-benar mengikuti dan mematuhi semua ajaran yang telah dijelaskan Allah dalam Al-Qur'an al-Karim untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. 

Janganlah seseorang menunggu sampai besok untuk bertobat karena dia tidak mengetahui apakah ia akan hidup sampai besok. Mungkin seseorang berjanji kepada dirinya bahwa dia akan bertobat esok sore harinya, tetapi siapa tahu, belum lagi waktu sore datang dia sudah meninggal dan hilanglah kesempatan yang sangat berharga itu.

أَن تَقُولَ نَفۡسٞ يَٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِي جَنۢبِ ٱللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّٰخِرِينَ

“Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah),” ( QS. Az-Zumar (39) : 56).

Sobat. Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bagaimana penyesalan orang-orang yang tidak mempergunakan peluang emas yang diberikan Allah kepada mereka. Di akhirat nanti, mereka akan berulang-ulang mengucapkan kata-kata penyesalan dengan berbagai macam cara, di antaranya:

Pertama, sesungguhnya aku sangat menyesal atas kelalaian dan kealpaanku semasa hidup sehingga aku tidak mengindahkan ajaran-ajaran Allah, selalu durhaka terhadap-Nya, meninggalkan kewajiban-kewajibanku terhadap-Nya sebagai hamba, dan melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. 

Kenapa aku tidak mempergunakan kesempatan yang diberikan Allah kepadaku untuk bertobat dan kembali ke jalan yang lurus. Kenapa aku selalu memperolok-olokkan orang-orang yang telah taat dan patuh menjalankan petunjuk dan ajaran-Nya bahkan termasuk orang-orang yang menghina dan menganggap enteng agama-Nya.

Kedua, kenapa aku tidak menerima dengan baik petunjuk yang diberikan-Nya dengan perantaraan rasul-Nya, dan tidak mengamalkan petunjuk ajaran-Nya. 

Kalau sekiranya aku menerima dan mengamalkan petunjuk dan ajaran itu, tentu aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa yang disediakan bagi mereka surga Jannatun Na'im yang penuh dengan nikmat dan kesenangan serta penuh dengan kebahagiaan dan keridaan Allah.

Ketiga, ketika dia melihat api neraka dan berbagai macam siksaan yang ditimpakan kepada penghuninya, dan dia merasa pasti akan dilemparkan ke dalamnya, dia berangan-angan dan mengharapkan kalau dapat kembali ke dunia agar dia dapat berbuat amal saleh sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat sehingga terbebas dari siksaan neraka dan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang berbuat baik.


Oleh: DR Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual

Posting Komentar

0 Komentar