Kilas Balik Dakwah Rasulullah dari Makkah ke Madinah


TintaSiyasi.com -- Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab(Mekah) adalah masyarakat yang dipenuhi dengan kesesatan dan kebodohan. Nabi Muhammad akhirnya berdakwah secara terang-terangan dan berpalinglah dari kaum musyrikin.

Pimpinan Ponpes Al-Abqary Serang Banten KH Yasin Muthohar menyampaikan, “Dengan interaksi dakwahnya secara terbuka mulailah terjadi benturan antara Islam dan ajaran jahiliah. Antara nabi dengan para pengikutnya dengan petinggi Quraisy dan pengikutnya,” tuturnya kepada TintaSiyasi.com, Kamis, 28 September 2023.

Ujian pun bertubi-tubi lanjutnya, menerpa Nabi dan para sahabat mulai dari tudingan, tuduhan keji, penganiayaan fisik, penyiksaan, sampai dengan pemboikotan.

Ia menyampaikan, suatu ketika Nabi SAW yang mulia sedang Shalat di depan Ka’bah datanglah Utbah bin Rabi’ah bin Abi Mu’ait dia datang menghampiri nabi kemudian saat itu Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang sujud “Utbah menginjakkan kakinya pada kepala nabi yang mulia sehingga beliau mengatakan sampai mataku seperti mau keluar dari kelopakku,” kisahnya dengan kesedihan yang mendalam.

“Suatu hari Nabi SAW di depan Ka’bah dilempari isi perut unta ke tubuh beliau hingga beliau basah kuyup dengan isi perut unta dan kotorannya, begitu juga istri Abu lahab selalu meletakkan duri di jalan yang dilalui nabi. Nabi pun pernah diludahi berkali-kali. Hadangan dan perlawanan dakwah kepada nabi semakin meningkat,” ungkapnya dalam perjuangan Nabi mengemban dakwah Islam.

Selanjutnya Yasin menuturkan, terutama setelah wafat istrinya yang mulia ibunda Khadijah dan paman beliau Abu Thalib yang selalu menjadi penyangga pelindung dari kejahatan kaum Quraisy. Nabi pun memutuskan untuk keluar menuju Thaif. Dengan harapan akan mendapatkan sambutan, bantuan dan perlindungan. 
Selain karena Thaif adalah daerah strategis untuk menjadi pusat pemerintahan yang sedang dibangun oleh Rasul SAW. Namun ternyata reaksi Thaif tidak seperti yang diharapkan.

Para penguasa Thaif terprovokasi oleh pemimpin Quraisy akhirnya mereka mengusir dan menolak Nabi dengan keras, mereka menyewa orang-orang bayaran untuk Nabi dan melempari dengan batu hingga kaki beliau berdarah-darah. Saat itu datanglah Jibril seraya berkata-kata, “wahai Muhammad sang kekasih Tuhan aku akan jungkir balikkan bumi ini dan aku akan menimpakan dua gunung terbesar di kota Mekah agar menimpa mereka yang selalu melukaimu,” kisahnya.

Dengan tenang Nabi SAW menjawab “Jibril tidak! jangan-jangan lakukan itu! gambarnya. Semoga Tuhan memberikan mereka petunjuk, semoga kelak dari mereka akan lahir orang-orang yang mengesakan Allah. Allahumma Bika ummi fainnahum laa ya’lamun. Ya Allah berikan petunjuk kepada kaumku karena sungguh mereka tidak tahu,” kutipnya.

Nabi yang mulia pun terus berlari hingga tiba di kebun milik Utbah bin Rabi’ah. Saat itu Nabi betul-betul dalam kondisi kepentok, terdesak mundur kena, maju kena. Nabi tidak bisa masuk ke Thaif karena ditolak dengan kasar bahkan diusir tidak bisa masuk kembali ke Mekah karena para penguasa Mekah sudah memblokir Nabi.

“Nabi SAW sambil duduk di bawah pohon kurma, mengadu kepada Allah wahai Tuhan hanya kepadamu atas kelemahanku ini, hanya kepadamu kami mengadu kekurangan ketidakmampuanku, kelemahan sebagai manusia, ya Rabb ... wahai Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Engkau yang melindungi orang-orang yang lemah. Engkaulah pelindungku kepada siapa Engkau menyerahkan hambamu ini, kepada yang jauh yang melihatku, dengan muka yang marah atau kepada mereka para musuh yang membenci aku. Asal engkau tidak memurkaiku. Aku tidak peduli ya Rabb... Ya Robb tetapi maaf-Mu bagaimanapun ya Robb lebih luas bagiku daripada murka-Mu kami berlindung kepadamu ya Rabb dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi semua kegelapan. Atasnya semua urusan kehidupan di dunia dan akhirat akan menjadi baik,” kisahnya.

Ya Rab... Kiayi Yasin meneruskan, Aku berlindung kepadamu jangan engkau turunkan murka-Mu kepadaku atau engkau timpakan marah-Mu kepadaku. Engkau yang berhak menegurku ya Robb hingga Engkau Ridho kepadaku. Tidak ada daya tidak ada kekuatan untuk menghadapi semua ini kecuali karena engkau jua ya Rabb.

Setelah Nabi mengadu dan berserah kepada Allah total mulailah ada titik terang. Ada beberapa orang yang masuk Islam dan kemudian Nabi pun mendapatkan bantuan dari Muth’im bin Adi hingga beliau SAW bisa kembali ke Mekah yang sudah diblokir sebelumnya.

Setibanya di Mekah beliau meneruskan dakwah perjuangannya beliau dengan ditemani oleh Abu bakar. Mendatangi kabilah-kabilah yang datang pada musim haji. Beliau mulai menawarkan dakwah kepada mereka dan menawarkan diri, beliau untuk mencari perlindungan dan dukungan namun semua pemimpin kabilah yang dikunjungi menolak tawaran nabi. Sebagian ada yang siap memberikan dukungan perlindungan namun bersyarat “Nabi tidak mau, nabi tidak menghendaki kecuali dukungan perlindungan yang ikhlas tidak karena kepentingan apa pun,” tegas ceritanya.

Musim Haji tiba pada tahun ke-10 kenabian. Rasulullah mulai menyeru mereka dengan suara lantang “wahai saudara-saudara katakanlah tidak ada ilah tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, jika kamu mengatakan itu, pasti akan mendapatkan kemenangan, dengan itu kamu akan menguasai orang-orang Arab dan dengan itu bangsa Ajam pun akan tunduk kepada kalian, jika kalian beriman kepada Allah maka kalian akan menjadi raja-raja di surga Allah SWT,” tirunya dengan lantang.

“Melalui dakwah Mush’ab bin Umair,” cetusnya. Maka penduduk Madinah banyak yang memeluk agama Islam sehingga tidak tersisa satu pun rumah di Madinah kecuali Islam. Di situ diceritakan tentang Islam dan tentang Nabi Muhammad SAW.

Lalu mereka menyatakan janji setia kepada Nabi SAW dan siap mengorbankan harta, nyawa mereka, demi Nabi yang mulia. Demi Islam yang dibawanya. “Dengan baiat aqabah ini, maka Madinah secara de jure sudah berada di kekuasaan nabi. Beliau tidak lagi menjadi Nabi dan Rasul saja tetapi sejak itu beliau menjadi kepala negara,” jelasnya.

Kemudian, setelah itu turunlah perintah Allah SWT kepada Nabi dan kaum muslimin untuk hijrah dari Mekah ke Madina. Yakni hijrah untuk membangun kekuatan baru, hijrah untuk menegakkan agama Allah, hijrah untuk membumikan Islam dalam kehidupan nyata. “Hijrah untuk menjadikan Islam lebih kuat lagi agar Islam betul-betul menjadi rahmatan lil alamin,” tutupnya[] Titin Hanggasari

Posting Komentar

0 Komentar