Empat Tipe Manusia Menurut Al-Jailani


TintaSiyasi.com -- Sobat. Wahai orang kaya, lupakan hartamu! Mari duduk di antara orang-orang fakir, tunduklah kepada Allah SWT dan taatilah Rasul-Nya. Wahai yang punya nasab, lupakan nasabmu dan mari menuju nasab yang benar, yaitu nasab ketakwaan.

Sobat. Rasulullah SAW pernah ditanya, “ Siapa keluargamu, wahai Muhammad?” Nabi Muhammad SAW menjawab, “Setiap orang yang bertakwa adalah termasuk keluarga Muhammad SAW.” Kamu jangan datang kepadaku dengan membawa telapak kaki nasabmu. 

Datanglah kepadaku dengan membawa telapak kaki ketakwaanmu. Jadilah orang yang cerdas tentang sesuatu yang jatuh ke tanganmu. Apa yang ada di sisi Allah tidak bisa diraih melalui nasab, kecuali setelah nasab ketakwaanmu benar.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ  

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat (49) : 13).

Sobat. Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. 

Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.

Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepada-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu hibban dan at-Tirmidhi dari Ibnu 'Umar bahwa ia berkata:
Rasulullah saw melakukan tawaf di atas untanya yang telinganya tidak sempurna (terputus sebagian) pada hari Fath Makkah (Pembebasan Mekah). 

Lalu beliau menyentuh tiang Ka'bah dengan tongkat yang bengkok ujungnya. Beliau tidak mendapatkan tempat untuk menderumkan untanya di masjid sehingga unta itu dibawa keluar menuju lembah lalu menderumkannya di sana. 

Kemudian Rasulullah memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan pada kalian keburukan perilaku Jahiliah. Wahai manusia, sesungguhnya manusia itu ada dua macam: orang yang berbuat kebajikan, bertakwa, dan mulia di sisi Tuhannya. Dan orang yang durhaka, celaka, dan hina di sisi Tuhannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat: ya ayyuhan-nas inna khalaqnakum min dhakarin wa untsa¦ Beliau membaca sampai akhir ayat, lalu berkata, "Inilah yang aku katakan, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian. (Riwayat Ibnu hibban dan at-Tirmidhi dari Ibnu 'Umar).

Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Mengetahui tentang apa yang tersembunyi dalam jiwa dan pikiran manusia. Pada akhir ayat, Allah menyatakan bahwa Dia Maha Mengetahui tentang segala yang tersembunyi di dalam hati manusia dan mengetahui segala perbuatan mereka.

Sobat. Ada empat golongan manusia menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani :

Pertama, orang yang tidak memiliki lisan dan sekaligus juga tidak memiliki hati.
Ini adalah orang yang durhaka, lalai dan dungu. Jangan sampai engkau termasuk dalam golongannya dan jangan pula bergaul dengan mereka karena mereka itu layak mendapatkan azab.

Kedua, orang yang memiliki lisan, tetapi tidak memiliki hati. Ucapan orang ini memiliki hikmah, namun dia sendiri tidak pernah mengamalkannya. Dia mengajak manusia untuk beriman, beramal shalih, dan bertakwa kepada Allah SWT. 

Namun, di saat yang sama, dirinya justru kufur kepada Allah SWT dan menjauhi-Nya. Jauhilah orang-orang seperti ini agar engkau tidak perdaya oleh keindahan ucapan mereka yang dapat membuat engkau lalai dan terbakar oleh api kedurhakaan.

Ketiga, orang yang memiliki hati, tetapi tidak memiliki lisan. Ini adalah orang mukmin yang disembunyikan oleh Allah SWT dari pandangan makhluk-Nya. Kemudian Allah SWT membukakan mata hatinya untuk dapat melihat kekurangan diri sendiri dan menerangi hatinya. 

Orang seperti ini adalah waliyullah yang terjaga dalam hijabnya Allah SWT. Jadikanlah orang seperti ini sebagai teladan. Bergaul dengannya dan berkhidmalah kepadanya niscaya Allah SWT akan mencintaimu.

Keempat, orang yang mau belajar, mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Orang inilah yang benar-benar mengenal dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Allah telah memberinya ilmu yang tidak diketahui oleh banyak orang dan Allah SWT melapangka hatinya untuk menerima berbagai macam ilmu. Terhadap orang semacam ini, janganlah engkau berselisih dengannya, menjauhinya, dan meninggalkan nasehatnya.

Sobat. Ka’ab al-Ahbar, seorang pendeta senior rujukan bangsa yahudi yang masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Khaththab ra suatu hari pernah mengatakan, “Benteng orang-orang mukmin yang dapat mencegah gangguan syetan ada tiga, yaitu : Masjid, zikrullah (mengingat Allah). Membaca Al-Qur’an.

Sobat. Masjid menjadi benteng karena ia menjadi tempat berdzikir bagi kaum mukmin dan tempat singgah bagi para malaikat. Jika mendengar dzikir, syetan akan bersembunyi dan menjauh, apalagi ketika mendengar kalimat Laa haula walaa quwwata illa billah. Demikian pula ketika syetan mendengar bacaan Al-Qur’an, terutama jika dibacakan ayat kursi.

Sobat. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya : Allah akan memahamkannya tentang agama, Allah akan menjadikan zuhud terhadap kehidupan dunia. Allah akan menjadikannya sadar akar kekurangan dirinya.


Oleh: DR Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur.

Posting Komentar

0 Komentar