Bertumbuh, Bertambah, dan Menjadi Agen Perubahan



TintaSiyasi.com -- Tumbuh adalah berkembangnya struktur dan fungsi pada mahluk hidup menjadi lebih kompleks dari kondisi sebelumnya. Mahluk hidup yang bisa mewakili perkembangan tersebut adalah tumbuhan atau vegetasi. Oleh karenanya kita biasa menyebut pertumbuhan itu sebagai perkembangan vegetatif. Dari sebutir benih, bertunas, kemudian menjadi tumbuhan muda, dan akhirnya bertumbuh menjadi dewasa.

Bertambah adalah berkembangnya jumlah mahluk hidup pada lingkungannya menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Jenis perkembangan ini terjadi baik pada tumbuhan dan hewan sehingga kita menyebutnya sebagai perkembangan generatif. Namun gerak sengaja untuk bertambah itu terjadi pada hewan. Dengan matangnya organ perkembang-biakan, hewan melakukan perkawinan yang kemudian beranak-pinak diantara mereka sehingga menjadi lebih banyak.

Manusia merupakan mahluk hidup sehingga ia juga mengalami semua perkembangan baik vegetatif maupun generatif. Artinya struktur dan fungsi tubuhnya  mengalami perkembangan sama seperti mahluk hidup lainnya, yaitu tumbuhan dan hewan. Dari pertemuan sel telur dan sperma, ia tumbuh menjadi janin, kemudian lahir menjadi bayi, anak-anak, akhirnya menjadi manusia dewasa. Manusia juga beranak-pinak sehingga pada setiap generasi jumlah ras ini juga terus bertambah. Namun demikian, apakah manusia diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk bertumbuh sekaligus bertambah jumlahnya?

Sebenarnya manusia merupakan makhluk Allah yang secara struktur dan fungsi tubuhnya  sama seperti hewan. Ia dikaruniai fisik yang harus dipenuhi segala kebutuhannya. Apabila tidak terpenuhi, maka manusia pasti akan binasa. Manusia juga memiliki naluri untuk mempertahankan hidupnya. Diantara naluri tersebut ada yang disebut dengan naluri untuk berkembang biak, mempertahankan ras mereka atau gharizah nau'. Untuk mempertahankan diri ada gharizah baqa' yang sangat penting bagi kehidupannya. Untuk mengenal hirarki kehidupan, mereka juga dibekali dengan gharizah tadayyun atau naluri untuk mengenal Tuhan. Oleh karena itu, selalu ada pemimpin pada setiap komunitas di antara mereka.

Ke semua potensi hidup manusia tersebut sebenarnya sama dengan yang dimiliki oleh hewan. Lalu apa yang membedakan manusia dengan hewan? Ada potensi hidup yang khusus diberikan Allah SWT kepada manusia yang membuatnya berbeda dengan mahluk lainnya, yaitu akal pikiran. Dengan akal tersebut manusia menjadi mampu mengetahui mana yang baik, dan mana yang buruk. Ia juga menjadi mampu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah sesuai nilai yang dipahami sebelumnya. Potensi berfikir inilah yang membuat manusia menjadi mahluk yang paling sempurna.

Oleh karena itu perkembangan manusia sejatinya bukan diukur dari hal-hal yang sederhana seperti tinggi badannya, berat dagingnya, kekuatan ototnya, maupun banyaknya keturunan yang bisa dihasilkannya. Perkembangan manusia diukur dari perkembangan kualitas berfikirnya dari pemikiran dangkal menjadi lebih kompleks sebagai respon atas kondisi lingkungannya. Sehingga seseorang dikatakan sebagai orang bodoh ketika ia tidak mampu mengoptimalkan akalnya dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan solusi yang lebih baik dari sebelumnya.

Oleh karena itu ketika menilai perkembangan manusia, kita harus melihat perkembangan terkait cara menyelesaikan permasalah hidupnya. Seorang muslim yang sudah memahami darimana ia berasal, untuk apa dia hidup dan  akan kemana setelah ia meninggalkan dunia disebut berkembang bila ia berubah dari cara hidup jahiliyah menuju cara hidup yang diridhoi oleh Sang Pencipta Alam Semesta. Karena ia tahu bahwa kepada Allah SWT saja ia akan kembali dengan mempertanggung-jawabkan seluruh perbuatannya selama hidup di dunia. Inilah perubahan yang disebut dengan taghyir atau perubahan revolutif.

Mari kita menengok perkembangan yang terjadi pada umat Islam itu sendiri. Apakah umat Islam bertumbuh? Pasti. Umat Islam senantiasa tumbuh pada setiap waktunya. Berkembangnya majelis-majelis taklim dengan pesat merupakan kebahagiaan bagi kita semua. Semangat untuk semakin taat pada Tuhannya tentu merupakan parameter pertumbuhan itu sendiri. Bahkan, simbol-simbol keislaman berupa masjid dan pesantren tumbuh bak jamur di musim penghujan.

Lalu, pakah umat Islam juga bertambah? Tentu saja. Kelahiran bayi dari orangtua muslim semakin banyak setiap tahunnya. Bahkan gelombang masuknya orang kafir yang masuk Islam seolah-olah tidak terbendung jumlahnya. Semakin banyak saja mua'alaf di setiap tempat dan setiap tahunnya termasuk di negeri-negeri barat yang merupakan pusat peradaban saat ini. Lalu mengapa saat ini umat Islam masih belum menjadi umat terbaik? 

Masyarakat Islam adalah individu-individu yang berinteraksi secara simultan dengan pemikiran Islam, perasaan Islami serta peraturan atau Syariat Islam. Sebagai sebuah masyarakat, tersebarnya pemikiran Islam sebagai ideologi dalam menyelesaikan permasalah kehidupan masih perlu kita tingkatkan lagi. Peran aktif dan gerak terkoordinir dari pengemban dakwah Islam saat ini sangatlah vital bagi terbentuknya opini ditengah masyarakat. Apabila mereka malas melakukan dakwahnya, perkembangan dari umat Islam tentu akan terganjal, bahkan peran umat Islam terancam makin terkerdilkan dikancah pergaulan internasional.

Interaksi para pengemban dakwah yang bersakhsiyah dan berakhlak Islami akan membentuk suasana keimanan yang pada akhirnya perasaan umat Islam akan menyatu dengan mereka. Apa yang dicintai oleh para pengemban dakwah akan diikuti oleh masyarakatnya, begitupula apa yang dibenci oleh para pengemban dakwah menjadi dibenci oleh masyarakatnya pula. Energi inilah yang bisa menggerakkan masyarakat menuju perkembangan yang dibutuhkan. Mengharapkan masyarakat membela dakwah Islam dengan ke-akukan dan kekakuan yang kita representasikan tentu bukan jalan yang tepat untuk berkembang .

Umat Islam perlu merencanakan perjuangan untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan akurat , mengatur taktik dan startegi dengan tepat, menjalankannya dengan selamat, mengendalikan situasi dengan cermat, serta senantiasa mau mengevaluasi diri kita sendiri tanpa sakit hati. Karena tanda-tanda keikhlasan adalah kemampuan diri menerima koreksi dan evaluasi. 

Oleh karena itu untuk kembali menjadi umat terbaik yang diciptakan diantara manusia, yang harus kita semua lakukan adalah senantiasa bertumbuh, bertambah dan yang paling penting adalah berubah. Mari kita layakkan diri menjadi agen perubahan. [dsh]

Trisyuono D.
Pengamat Sejarah

Posting Komentar

0 Komentar