Tidak Ada Bab Khusus Pembahasan Akhlak dalam Buku Fiqih


TintaSiyasi.com -- Ulama Syekh Taqiyuddin an-Nabhani seorang Mujaddid dan Mujtahid Mutlak abad ke-21 menyatakan bahwa tidak ada bab khusus pembahasan akhlak dalam buku fikih.

"Dalam fikih tidak dibuat satu bab pun yang khusus membahas akhlak. Karena itu, dalam buku-buku fikih yang mencakup hukum-hukum syarak tidak ditemukan satu bab khusus dengan sebutan bab akhlak", ungkapnya dalam sebuah kitab terjemahan yang berjudul 'Sistem Peraturan Hidup dalam Islam (Nizham fii al-Islam), bab 'Akhlak dalam pandangan Islam', edisi Mu'tamadah tahun 2004 Masehi.

Menurut Syekh Taqiyuddin, para fuqaha dan mujtahidin tidak menitikberatkan pembahasan dan pengambilan hukum dalam perkara akhlak. Sehingga, akhlak porsinya paling sedikit dibandingkan rincian hukum-hukum lainnya.

Beliau rahimahullah menyampaikan terkait dengan syariat Islam pada saat mengatur hubungan manusia dengan dirinya, melalui hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan sifat-sifat akhlak, tidak menjadikan akhlak sebagai aturan tersendiri. Sebagaimana halnya peraturan tentang ibadah dan muamalat.

"Yang dilakukannya tidak lain hanya berusaha merealisasikan nilai-nilai tertentu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Seperti jujur, amanah, tidak curang atau dengki", imbuh Syekh Taqiyuddin

Disamping itu, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani juga menyatakan yang menggerakkan masyarakat bukanlah akhlak. Melainkan peraturan-peraturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat, pemikiran-pemikiran dan perasaan yang melekat pada masyarakat tersebut.

"Jadi akhlak dapat dibentuk dengan suatu cara yaitu memenuhi perintah Allah SWT untuk merealisir akhlak, yaitu budi pekerti yang luhur dan kebajikan", turur Syekh Taqiy

Syekh Taqiy mencontohkan, seperti amanah adalah salah satu sifat akhlak yang diperintahkan oleh Allah SWT. Maka menurutnya harus diperhatikan nilai akhlak ini tatkala menjalankan amanat. "Inilah yang dinamakan akhlak sifat-sifat tersebut muncul karena hasil perbuatan", tambahnya

Beliau rahimahullah juga menambahkan akhlak tidak mempengaruhi tegaknya suatu masyarakat secara langsung. Ia berpendapat bahwa masyarakat tegak adalah dengan peraturan-peraturan hidup dan dipengaruhi oleh perasaan serta pemikiran, bukan akhlak.

Menurut beliau rahimahullah akhlak adalah produk berbagai pemikiran, perasaan dan hasil penerapan peraturan. "Akhlak tidak mempengaruhi tegaknya suatu masyarakat, baik kebangkitan maupun kejatuhannya. Yang mempengaruhi adalah opini (kesepakatan) umum yang lahir dari persepsi tentang hidup", tegasnya

Karena itu, Syekh Taqiy menekankan bahwa akhlak merupakan hasil dari pelaksanaan perintah-perintah Allah SWT, yang dapat dibentuk dengan mengajak masyarakat kepada akidah dan melaksanakan Islam secara sempurna.

Disamping itu beliau juga menegaskan, mengajak masyarakat pada akhlak semata, dapat memutar balikkan persepsi Islam tentang kehidupan dan dapat menjauhkan manusia dari pemahaman yang benar tentang hakikat dan bentuk masyarakat.

Bahkan menurutnya jika dakwah sebatas kepada akhlak semata dapat membius manusia dengan hanya mengerjakan keutamaan amal-amal yang bersifat individual, yang mengakibatkan kelalaian terhadap langkah-langkah yang benar menuju kemajuan hidup.

"Dengan demikian sangat berbahaya mengarahkan dakwah Islamiyyah hanya pada pembentukan akhlak saja. Hal ini bisa memunculkan anggapan bahwa dakwah Islam adalah dakwah untuk akhlak saja", tandasnya

Lebih dari itu menurut beliau rahimahullah mendakwahkan sebatas akhlak saja bisa mengaburkan gambaran utuh tentang Islam dan menghalangi pemahaman manusia terhadap Islam dan dapat menjauhkan masyarakat dari satu-satunya metode dakwah yang dapat menghasilkan penerapan Islam, yaitu tegaknya daulah Islamiyah.

"Atas dasar inilah, maka tidak diperbolehkan dakwah hanya diarahkan pada pembentukan akhlak dalam masyarakat," tutupnya. [] Fadhilah Fitri

Posting Komentar

0 Komentar