Tiga Strategi Naskah SN Tembus Media


TintaSiyasi.com -- Coach Kelas Akademi Penulis Ideologis (KAPI) Joko Prasetyo (Om Joy) menyatakan ada tiga strategi agar naskah/tulisan straight news (SN) dimuat di media kapitalis dengan tetap mengedepankan dakwah ideologis. 

"Ada tiga strategi," ujarnya dalam diskusi di group WA KAPI, Rabu (01/06/2023). 

Pertama, secara birokratis. Penulis SN harus jadi reporter media tersebut. Berbeda dengan rubrik opini yang disediakan media massa untuk diisi pembaca. "Straight news itu hanya ditulis oleh reporter media masa tersebut," ujarnya. 

Lebih lanjut ia menjelaskan, kalau mengirim tulisan opini ada peluang dimuat yang cukup besar tetapi kalau buat SN lalu dikirim ke media tersebut kemungkinan besar tidak akan dimuat kecuali ada koneksi dengan orang dalam. 

Koneksi tersebut bisa dengan reporter atau redaktur atau pemimpin redaksi atau siapa pun orang dalam yang bisa membuat SN tersebut di-acc untuk dimuat. "Jadi, kalau orang dalam tersebut percaya bahwa SN ini bukan hoaks dan juga ingin SN tersebut dimuat, mungkin saja bisa dimuat," tegasnya. 

"Kedua, secara ideologis. SN yang dibuat harus sesuai dengan visi misi media masa yang akan memuatnya," tuturnya. 

Om Joy mengatakan, setiap media masa memiliki visi misi sendiri. Maka, angle yang dikirimkan harus sesuai dengan visi misi media tersebut. 

"Namun, para aktivis dakwah juga tidak boleh mengorbankan visi misi dakwahnya. Cari aja titik temunya antara media dan visi misi dakwah," imbuhnya. 

"Misal, media masanya mengusung demokrasi, lalu penulis mengirimkan naskah yang menentang demokrasi, ya peluang dimuatnya sangat kecil, kalau tidak mau disebut tidak mungkin dimuat," ujarnya.

Jadi, lanjut Om Joy, sebelum mengirimkan naskah, harus tahu persis media yang akan dikirimi itu ke mana arah berpikirnya. Makanya, harus membaca dengan cermat SN yang dimuat itu seperti apa. "Pelajari polanya. Dengan demikian, penulis bisa tahu polanya SN yang seperti itu yang dimuat, nanti buat SN yang seperti itu," ujarnya. 

Ketiga, secara profesional. Om Joy menyatakan SN yang dibuat harus sesuai dengan kaidah jurnalistik, baik secara anatomi (mulai dari judul, paragraf pertama, tubuh tulisan, hingga paragraf terakhir harus sesuai dengan anatomi SN standar/SN berkaki/SN bersubjudul). 

Ia menjelaskan bahasa jurnalistik yang digunakan, harus sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima [EYD V] dan Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]) ataupun kaidah teknis jurnalistik lainnya termasuk keterkaitan antar paragraf, dan logika penulisannya harus pas. 

"Tidak boleh melompat, apalagi tidak nyambung dengan paragraf berikutnya," imbuhnya. 

"Jika sebagai penjaga rubrik (jabrik) SN,  ada dua naskah yang salah satunya harus dipilih untuk dimuat, keduanya sama-sama sesuai dengan visi misi media. Yang satu ditulis sesuai dengan kaidah jurnalistik sehingga tinggal dimuat, yang satunya lagi perlu diedit berat. Pilih yang mana? Tentu pilih SN yang sudah tidak perlu diedit atau setidaknya hanya edit ringan," pungkasnya.[]Muhammad Nur

Posting Komentar

0 Komentar