Jadilah Manusia Pembelajar


TintaSiyasi.com -- Sobat. Pembelajaran adalah kunci mendapat ilmu dan ilmu adalah sumber kepahaman. Tanpa pelajaran dari-Nya, bisa jadi kita tersesat, terpuruk, makin tersesat, makin terus terpuruk, atau bahkan hancur berkeping-keping. Maka dari itu, meskipun pelajaran yang Dia sampaikan kepada kita rasanya “Tidak Enak”, mari kita tetap mensyukuri.

Sobat. Yang paling menarik bagi pemimpin pembelajar untuk dijadikan sumber pembelajarannya adalah Rasulullah SAW. Mengapa? Karena manusia suci nan sempurna itu memiliki segala macam kemuliaan dan keteladanan yang lengkap dan menakjubkan, termasuk di dalamnya ultimate leadership.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah SWT, memahamkan urusan agamanya.” (HR. Ahmad).

Kepahaman adalah buah ilmu. Oleh karena itu orang yang paham banyak hal sudah pasti memiliki ilmu yang banyak. Orang yang memiliki ilmu banyak sudah barang tentu belajarnya sangat luar biasa. Oleh Allah SWT pun, orang tersebut dikaruniahi kecintaan yang luar biasa untuk belajar.

Sobat. Disadari atau tidak, Allah SWT pun banyak mendidik kita, terutama melalui hikmah-hikmah-Nya yang tersebar di alam semesta. Pendidikan yang Allah sediakan untuk kita juga sebagai bukti bahwa Allah SWT menyayangi kita agar kita tidak terjerumus dalam kejahiliaan.

Sobat. Berdasarkan kualitas dan jenisnya pengetahuan bisa mencakup lima tingkatan:

Pertama. Noise. Mencakup berbagai informasi dan berita, baik yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat. Masih sangat umum sekali bahkan belum termasuk bahan mentah, baru sekadar informasi.

Kedua. Data. Merupakan noise yang telah disaring dan bermanfaat bagi anda, namun masih bersifat mentah. Masih belum bisa dijadikan acuan kuat karena masih bersifat mentah.

Ketiga. Informasi. Merupakan gabungan berbagai data yang bisanya dikumpulkan untuk satu tujuan tertentu.

Keempat. Knowledge. Merupakan gabungan informasi sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih kaya. Pada tahap ini informasi-informasi ini menjadi penting dan berguna.

Kelima. Wisdom. Merupakan tingkatan tertinggi yang dihasilkan dari berbagai pengetahuan dan dipadukan dengan berbagai pengalaman. Inilah yang terpenting dari penting.

Sobat. Wisdom diperoleh melalui pengalaman hidup dari proses yang panjang menuju pencerahan serta pengetahuan atau wawasan yang didapatkan. Hal inilah yang menyebabkan wisdom diperoleh dari dua arah. Pertama, dari dirinya melalui pengalaman hidup yang Allah siapkan. Kedua, dari arah luar yaitu lingkungan, pendidikan yang semuanya berasal dari luar dirinya.

Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ  

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl (16) : 43).

Sobat. Allah menyatakan bahwa Dia tidak mengutus seorang rasul pun sebelum Nabi Muhammad kecuali manusia yang diberi-Nya wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa rasul-rasul yang diutus itu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as sampai Nabi Muhammad SAW yang bertugas mem-bimbing umatnya agar mereka beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Oleh karena itu, yang pantas diutus untuk melakukan tugas itu adalah rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa mereka. Pada waktu Nabi Muhammad SAW diutus, orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin mengutus utusan yang berjenis manusia seperti mereka. Mereka menginginkan agar yang diutus itu haruslah seorang malaikat, seperti firman Allah SWT:

Dan mereka berkata, "Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat) itu memberikan peringatan bersama dia." (Al-Furqan/25: 7).

Dan firman-Nya:
Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan." Orang-orang kafir berkata, "Orang ini (Muhammad) benar-benar penyihir." (Yunus/10: 2).

Mengenai penolakan orang-orang Arab terhadap kerasulan Muhammad karena ia seorang manusia biasa, dapat dibaca dari sebuah riwayat adh-ahhak yang disandarkan kepada Ibnu 'Abbas bahwa setelah Muhammad SAW diangkat menjadi utusan, orang Arab yang mengingkari kenabiannya berkata, "Allah lebih Agung bila rasul-Nya itu bukan manusia." Kemudian turun ayat-ayat Surah Yunus di atas.

Dalam ayat ini, Allah SWT meminta orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, apakah di dalam kitab-kitab mereka terdapat keterangan bahwa Allah pernah mengutus malaikat kepada mereka. Kalau memang disebutkan di dalam kitab mereka bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah, mereka boleh mengingkari kerasulan Muhammad. Akan tetapi, apabila disebutkan di dalam kitab mereka bahwa Allah hanya mengirim utusan kepada mereka seorang manusia yang sejenis dengan mereka, maka sikap mereka meng-ingkari kerasulan Muhammad SAW itu tidak benar.

Sobat. Ayat di atas memerintahkan agar bertanya kepada orang yang mengetahui jika tidak mengetahui sesuatu hal. Artinya diperintahkan untuk mempelajari sesuatu kepada orang yang lebih tahu sehingga menjadi tahu dan paham. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa hakikat belajar adalah perubahan, yaitu berusaha menguasai ilmu pengetahuan, baik dengan cara bertanya, melihat ataupun mendengar.

Sobat. Apa yang Allah minta kepada kita hanyalah percaya untuk melakukan. Dengan melakukanlah, Allah akan membuka pintu pengetahuan untuk kita.

Sobat. Ilmu itu sesuatu yang unik. Semakin kita berikan, semakin banyak ilmu itu datang memasuki kita dan kita miliki. Semakin kita kumpulkan dan simpan, semakin sedikit ilmu yang kita kuasai.

Sobat. Allah SWT Mahabaik. Tuntunan-Nya mengarahkan kita agar tidak hanya mengandalkan nalar untuk memutuskan suatu perkara. Nalar sangatlah terbatas, ada limitnya. Jadi pinjamlah cara-Nya dan gunakan petunjuk-Nya untuk memutuskan urusan-urusan kita.

Sobat. Konsisten adalah kunci keberhasilan. Konsisten menapaki kebenaran akan mengantarkan kita kepada Sang Mahabenar. Konsisten mengulangi kesalahan akan mengantarkan kita ke tempat salah di ujung kehidupan kita.

Salam dahsyat dan luar biasa! []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar