Yakinlah Adanya Ash-Shirat (Jembatan) dan Raihlah Syafaat


TintaSiyasi.com -- Sobat. Ash-Shirat adalah jembatan yang membentang di permukaan jahannam tempat menyeberang orang-orang terdahulu dan terakhir sesuai dengan amalan masing-masing. Ada yang melintasinya dengan sekejap mata. Ada yang menyeberangi seperti kilat. Ada yang melintasinya seperti angina topan. Ada juga manusia yang seperti kuda yang berlari kencang. Ada yang melintasinya dengan lari-lari kecil. Ada yang melewatinya dengan merayap. Ada juga yang merangkak. Bahkan ada yang berguguran ke dalam api neraka. Di setiap sisi jembatan tersebut terdapat pengait besi yang jumlahnya hanya diketahui Allah. Besi-besi tersebut merenggut sebagian manusia. 

Sobat. Dari Anas bin Malik ra, ia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ash- Shirath setajam pedang atau setajam selembar rambut. Sesungguhnya para malaikat menyelamatkan orang-orang Mukmin dan Mukminat. Dan sesungguhnya jibril as memegang tali celanaku, sementara itu aku mengatakan, “Ya Tuhanku. Selamatkanlah! Selamatkanlah!” Saat itu banyak sekali laki-laki dan wanita yang terpeleset.” (HR. Al-Baehaqi).

Allah SWT berfirman :

وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا  

Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam (19) : 71-72).

Sobat. Kemudian Allah mengarahkan firman-Nya kepada manusia seluruhnya dan menerangkan bahwa semua orang akan dibawa ke tempat di mana neraka berada. Mereka didekatkan ke neraka itu dan berdiri di sekelilingnya. Hal ini sudah menjadi ketetapan-Nya yang tidak dapat diubah lagi dan harus terlaksana. 

Dalam hadis Muslim dari Abu Sa'id al-Khudriy diterangkan kemudian dipancangkan jembatan di atas Jahanam, dan syafaat diperbolehkan, mereka berkata, "ya Allah selamatkan kami, selamatkan kami", Rasulullah ditanya, "apakah jembatan itu?" Rasulullah menjawab, "tempat berpijak yang licin ada alat penyambar dan pecantol, dan duri (seperti) yang ada di Najd, yang memiliki duri kecil yang diberi nama as-Sa'dan. Ada orang Mukmin yang berjalan sekejap mata seperti kilat, angin, burung yang terbang, kuda pacuan dan seperti orang yang berkendaraan, maka ada yang selamat, tertangkap dan lolos, ada pula yang terlempar ke dalam neraka jahannam."

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah dikala itu melepaskan orang-orang yang bertakwa dari siksaan neraka dan membiarkan orang-orang kafir jatuh ke dalamnya dalam keadaan berlutut. Allah menerangkan bahwa yang dilepaskan dari siksaan neraka itu ialah orang-orang yang bertakwa bukan orang-orang yang beriman saja, karena orang-orang yang beriman saja belum tentu termasuk orang-orang yang bertakwa, karena banyak di antara orang-orang yang beriman melanggar perintah Allah dan mengerjakan larangannya. 

Apabila dosanya lebih banyak dari amal kebaikannya maka ia akan disiksa lebih dahulu dalam neraka sesuai dengan dosa yang diperbuatnya kemudian barulah dikeluarkan dari neraka setelah menerima siksaan yang sepadan dengan dosanya, lalu dimasukan ke surga. Adapun orang-orang yang amal kebaikannya lebih banyak dari dosanya, maka dia dimasukkan ke dalam surga setelah dosa-dosanya itu diampuni oleh Allah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya. Hal yang demikian tersebut dalam firman Allah:
Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (Al-Qari'ah/101: 6-11).

Sobat. Itulah kengerian dan kedahsyatan ash-shirat. Karena itu pikirkanlah dengan panjang mengenai keadaan Ash-shirat, sebab orang yang paling selamat dari kengerian Hari Kiamat adalah orang yang banyak memikirkannya di dunia. Sesungguhnya Allah tidak menghimpun dua ketakutan dalam diri seorang hamba. Barangsiapa takut akan kengerian kiamat di dunia, maka ia akan diberi rasa aman di akhirat.

Sobat. Pantaskan diri untuk memperoleh syafaát. Ketahuilah sesungguhnya jika masuk surga itu hak setiap kelompok kaum mukminin, maka sesungguhnya Allah SWT dengan karunia-Nya menerima syafaát para Nabi, syuhada, dan Shiddiqin kepada kaum mukminin. Bahkan Allah juga menerima syafaát dari para ulama dan orang-orang sholeh serta setiap orang yang memiliki kedudukan dan hubungan baik dengan Allah. Syafaát orang tersebut kepada keluarganya, kerabatnya, teman-teman dan kenalannya di terima oleh Allah SWT. Karena itu, berusahalah untuk meraih derajat syafaát dari mereka untumu dengan cara tidak pernah menghina siapa pun. Pasalnya, Allah SWT menyembunyikan kewalian-Nya pada hamba-Nya. Mungkin saja orang yang hina dalam pandangan matamu, tidak dikenal oleh penduduk bumi, namun dikenal oleh penduduk langit dan ternyata dia waliyullah. 

Sobat. Dan jangan sekali-kali meremehkan kemaksiatan kepada Allah, sebab sesungguhnya Allah SWT menyembunyikan amarah-Nya dalam kemaksiatan orang itu. Barangkali itu adalah murka-Nya. Dan jangan sekali-kali merendahkan ketaatan kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyembunyikan keridhaan-Nya pada ketaatan orang itu sehingga mungkin saja keridhaan-Nya ada pada ketaatan tersebut.

Allah SWT berfirman :

وَلَسَوۡفَ يُعۡطِيكَ رَبُّكَ فَتَرۡضَىٰٓ  

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” (QS. Ad-Duha (93) : 5).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menyampaikan berita gembira kepada Nabi Muhammad, bahwa Dia akan terus-menerus melimpahkan anugerah-Nya kepada beliau, sehingga beliau menjadi senang dan bahagia. Di antara pemberian-Nya itu ialah turunnya wahyu terus-menerus setelah itu sebagai petunjuk bagi Nabi saw dan umatnya untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan hari akhirat. Dia akan memenangkan agama yang dibawa Nabi Muhammad atas seluruh agama lainnya dan Dia akan mengangkat kedudukannya di atas kedudukan manusia seluruhnya.

Sobat. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim serta Sunan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap NAbi memiliki doa yang dikabulkan. Setiap Nabi mempercepat pengabulan doanya. Sesunguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafaát untuk umatku pada hari kiamat. Syafaátku Insya Allah akan diterima oleh orang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.” 

Sobat. Dan tidak mungkin ada yang bisa memberi syafaát kecuali Allah ridha kepada pemberi dan penerima syafaát. Allah SWT berfirman , “Tidak ada yang dapat memberi syafaát di sisi-Nya tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 255). “Dan mereka tidak memberi syafaát melainkan kepada orang yang diridhai (Allah).” (QS. Al-Anbiyaa’: 28).

Berdasarkan hal di atas, ketika Bapaknya Nabi Ibrahim meninggal dunia dalam keadaan kafir, maka Allah tidak menerima syafaát Khalil-Nya (Nabi Ibrahim) untuknya pada hari kiamat.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا ئَُودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ  

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah (2) : 255).

Sobat. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, dan hanya Dia yang berhak untuk disembah. Adapun tuhan-tuhan yang lain yang disembah oleh sebagian manusia dengan alasan yang tidak benar, memang banyak jumlahnya. Akan tetapi Tuhan yang sebenarnya hanyalah Allah. Hanya Dialah Yang hidup abadi, yang ada dengan sendiri-Nya, dan Dia pulalah yang selalu mengatur makhluk-Nya tanpa ada kelalaian sedikit pun. Kemudian ditegaskan lagi bahwa Allah tidak pernah mengantuk. 

Orang yang berada dalam keadaan mengantuk tentu hilang kesadarannya, sehingga dia tidak akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, padahal Allah SWT senantiasa mengurus dan memelihara makhluk-Nya dengan baik, tidak pernah kehilangan kesadaran atau pun lalai.
Karena Allah tidak pernah mengantuk, sudah tentu Dia tidak pernah tidur, karena mengantuk adalah permulaan dari proses tidur. Orang yang tidur lebih banyak kehilangan kesadaran daripada orang yang mengantuk.

Sifat Allah yang lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa Dialah yang mempunyai kekuasaan dan yang memiliki apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang tak terbatas, sehingga Dia dapat berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Semuanya ada dalam kekuasaan-Nya, sehingga tidak ada satu pun dari makhluk-Nya termasuk para nabi dan para malaikat yang dapat memberikan pertolongan kecuali dengan izin-Nya, apalagi patung-patung yang oleh orang-orang kafir dianggap sebagai penolong mereka.

Yang dimaksud dengan "pertolongan" atau "syafaat" dalam ayat ini ialah pertolongan yang diberikan oleh para malaikat, nabi dan orang-orang saleh kepada umat manusia pada hari kiamat untuk mendapatkan keringanan atau kebebasan dari hukuman Allah. Syafaat itu akan terjadi atas izin Allah. Dalam hadis disebutkan 
Nabi Saw bersabda, "Kemudian Allah berfirman, "Para Malaikat memberikan syafaat, para Nabi memberikan syafaat, dan orang-orang mukmin juga memberikan syafaat. (Riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri).

Sifat Allah yang lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah: bahwa Allah senantiasa mengetahui apa saja yang terjadi di hadapan dan di belakang makhluk-Nya, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu Allah, melainkan sekadar apa yang dikehendaki-Nya untuk mereka ketahui. Kursi Allah mencakup langit dan bumi. Allah tidak merasa berat sedikit pun dalam memelihara makhluk-Nya yang berada di langit dan di bumi, dan di semua alam ciptaan-Nya. Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.

Mereka tidak mengetahui ilmu Allah, kecuali apa yang telah dikehendaki-Nya untuk mereka ketahui. Dengan demikian, yang dapat diketahui oleh manusia hanyalah sekadar apa yang dapat dijangkau oleh pengetahuan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, dan jumlahnya amat sedikit dibanding dengan ilmu-Nya yang luas. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
 "Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (Al-Isra'/17:85). []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual

Posting Komentar

0 Komentar