Palestina Kembali Berduka di Bulan Ramadhan: Inikah Dampak Rutinitas Bar-Bar Kaum Zionis Israel?


TintaSiyasi.com -- Siapa yang tidak marah melihat kebrutalan dan kebiadaban Israel dalam menyerang kaum Muslim di Palestina? Seolah-olah menjadi rutinitas bagi mereka menzalimi umat Islam di saat bulan Ramadhan tiba. Kita yang menyaksikan geram dan geregeten dengan Israel, lantas bagaimana dengan umat Islam di Palestina? Mereka bertahun-tahun menderita dijajah dan dizalimi Israel. 

Namun, lihatlah penguasa-penguasa negeri Muslim. Adakah dari mereka yang berani menggelontorkan pasukannya dan mengirimkan rudalnya untuk menghentikan kebiadaban dan kebrutalan Israel? Semua hanya beretorika di depan mimbar dengan kecaman-kecaman yang tidak membuat Israel gentar sedikit pun. 

Terlebih polisi perdamaian dunia sekaliber PBB juga membisu melihat kejahatan Israel. Bagaimana bisa Barat mengecam keras dan memerangi tindakan terorisme dan ekstremisme, tetapi mereka membiarkan teror dan kekerasan Israel membabi buta dan memakan korban jiwa? Betapa nyata kebencian Barat terhadap Islam dengan memelihara Israel seolah-olah telah menunjukkan wajah mereka yang bengis.

Di Balik Serangan Berulang Israel di Masjidilaqsa Palestina

Lagi, kaum zionis Israel kembali melakukan penyerangan brutal di Masjid Al-Aqsa. Tanpa ada empati kepada kaum Muslim yang sedang beribadah di bulan Ramadhan, sejak Rabu (Republika.co.id, 5/4/2023) dini hari waktu lokal, mereka menyerang dan menangkap sejumlah warga Palestina yang sedang berada di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, dengan mengusir jemaah setelah sebelumnya beberapa warga Israel diizinkan masuk masjid. Peristiwa di kompleks Masjid Al-Aqsa itu melukai sedikitnya 12 warga Palestina dan 400 lain ditahan secara ilegal di sel-sel Israel.

Padahal tahun lalu, Israel menembak brutal jemaah yang sedang shalat di Masjidil Aqsa. Kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem menjadi lokasi bentrok antara demonstran Palestina dan polisi Israel beberapa waktu lalu. Kekerasan yang dilakukan polisi Israel membuat lebih dari 150 orang terluka dalam bentrok yang bermula pada Jumat (15/4/2022) lalu.

Hal itu berlanjut hingga saat tulisan ini dibuat. Sedikitnya 57 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel di dalam kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada Jumat, 22 April 2022. Kekerasan berlanjut di bulan suci Ramadhan di Masjid Al Aqsa. Kebiadaban dan kebrutalan Israel sudah tak termaafkan sampai kapan pun. Terlebih setiap bulan Ramadhan mereka semakin brutal menyerang kaum Muslim Palestina. 

Pertanyaannya, apakah ada negeri Muslim mampu meminta Israel menghentikan serangannya kepada Muslim Palestina sebagaimana harapan Perdana Menteri Palestina? Apakah ada yang mampu menjaga kesucian Masjid Al-Aqsa?

Tentu tidak, di saat yang sama yang dilakukan para penguasa Muslim hanya mengecam, belum ada satu pun penguasa negeri Muslim yang mengirimkan pasukannya untuk menghentikan kesombongan dan kebiadaban Israel di Al-Aqsa. Umat Islam di sana tak berdaya, hanya melakukan pertahanan sebisanya. Padahal, tentara Israel memakai atribut dan senjata lengkap. Tanpa ampun mereka lukai umat Islam baik Muslim ataupun Muslimah. 

Dari fakta yang terjadi ada beberapa catatan kritis sebagai berikut. Pertama, para penguasa Muslim telah mengkhianati kaum Muslim di Palestina. Atas nama nation state mereka hanya membisu dan tidak ada yang tergerak mengirimkan pasukannya untuk menghentikan Israel. Kedua, Barat menari di atas penderitaan kaum Muslim global. Masjid Al-Aqsa, salah satu masjid yang disucikan dalam Islam, kiblat pertama umat Islam telah dijadikan tempat menghinakan kaum Muslim di sana. Siapa lagi yang mem-backup Zionis Israel laknatullah kalau bukan Barat kapitalis global. 

Ketiga, normalisasi Israel dengan negeri-negeri Muslim bentuk playing victim Israel yang menggalang pengkhianatan penguasa negeri-negeri Muslim. Normalisasi antara Uni Emirat Arab dan Bahrain yang didukung peminpin Saudi bin Salman dengan penjajah Yahudi Israel telah menambah luka kaum Muslim. Kemudian ada Yordania dan Mesir. Kedua negeri Muslimin tersebut sejak awal sudah melakukan normalisasi dengan penjajah Israel. Saat ini, sebanyak empat negara Arab sudah melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko

Di bawah penguasaan militer Anwar Sadat pada 1979 Mesir berdamai dengan penjajah Israel. Sementara Yordania melakukan hal yang sama di bawah Raja Husein tahun 1994. Saat kaum Muslimin Palestina meregang nyawa di tangan penjajah Israel, penguasa negeri Islam lainnya hanya beretorika tak lebih dari itu.

Keempat, umat Islam tidak akan pernah bisa berharap pada dunia internasional. Dunia internasional hanya sesumbar dan mengeluarkan pernyataan simpati yang hanya sebatas retorika. Tetapi, mereka semua berdiri di bawah ketiak Barap kapitalis global. Mereka yang menggembar-gemborkan HAM dan kemanusiaan hanya berlaku untuk kalangannya. Jika umat Islam yang menjadi tumbal kezaliman suatu entitas, mulut mereka tersumpal diam membisu.

Kelima, cita-cita perdamaian yang digadang-gadang Barat kapitalis hanya kemunafikan semata. Karena sejatinya merekalah pelaku huru-hara di muka bumi ini. Kapitalisme global telah menciptakan kerusakan, pembantaian, diskriminasi, dan sebagainya pada umat Islam di berbagai wilayah. Tetapi mereka hanya beretorika melegitimasi keserakahan dan kebiadaban yang mereka lakukan. Barat sok-sokan membela Ukraina, tetapi mendiamkan bahkan mencari pembenaran atas kebrutalan Israel kepada Muslim Palestina.

Israel bisa sekuat ini karena dukungan Barat kapitalis penjajah. Amerika Serikat dan sekutunya yang menopang kebiadaban mereka. Atas dasar kesombongan Israel, Barat meminjam tangan mereka untuk menyerang umat Islam. Lalu Israel melegitimasi dirinya sebagai bangsa tak terkalahkan. Padahal, itu semua hanya mitos, mereka tak lebih dari pengecut dan pecundang yang habis hidupnya diselimuti kesombongan. Sehingga, kebenaran apa pun yang datang padanya akam mereka tolak karena tingginya hati mereka. Oleh karena itu, kasus antara Palestina-Israel hanya akan bisa diselesaikan ketika kaum Muslim juga memiliki dukungan penuh. Dukungan tersebut berbentuk dalam sebuah institusi negara yang disebut khilafah. Karena khilafah adalah pelindung kaum Muslimin.

Dampak Penyerangan Israel terhadap Umat Islam

Rutinitas bar-bar yang dilakukan Israel di bulan Ramadhan sungguh keji dan zalim. Tetapi, tidak ada yang mampu mengendalikan dan mencegah tindakan bar-bar Israel terhadap umat Islam. Mereka telah menodai bulan suci Ramadhan ini dengan terus menyakiti umat Islam di berbagai belahan dunia secara fisik dan psikis. Di saat yang sama tidak ada satu pun pemimpin negeri umat Islam yang mampu menghentikan Israel. Dampak penyerapan Israel terhadap umat Islam ada beberapa hal sebagai berikut. 

Pertama, kemuliaan Islam dilecehkan. Israel berulang kali menodai dan melecehkan Masjidilaqsa dengan melakukan penyerangan umat Islam yang sedang beribadah di sana. Secara nyata mereka mengganggu dan menghentikan umat Islam yang sedang shalat di sana. Bahkan, tahun lalu mereka menembak umat Islam yang sedang shalat di sana. Astaghfirullahal'adzim, bagaimana umat Islam tidak marah dan meradang melihat semua ini. Tetapi, ketika umat Islam berusaha melawan kebiadaban Israel, umat Islam dicap sebagai teroris dan ekstremis. Mungkinkah umat akan diam melihat semua ini?

Kedua, nyawa umat Islam berguguran. Tidak ada yang melindungi harta, nyawa, dan kehormatan umat Islam di Palestina. Sudah berapa banyak umat Islam mati akibat kebrutalan Israel? Dikutip dari Republika.co.id (7/4/2023), peristiwa di kompleks Masjid Al-Aqsa itu melukai sedikitnya 12 warga Palestina dan 400 lain ditahan secara ilegal di sel-sel Israel. Pada Ramadhan tahun lalu, Israel menyerang Masjid Al-Aqsa dan melukai sedikitnya 158 warga Palestina. Pada 2021, serangan Israel ke Gaza yang menewaskan sedikitnya 256 orang. Wakil Presiden The League of Parliamentarians for Al Quds itu mengingatkan, korban meninggal termasuk 66 anak-anak dan melukai lebih dari 1.900 orang.

Ketiga, umat Islam kehilangan harta dan tempat tinggal mereka. Selama Palestina dijajah Israel wilayahnya makin lama makin sempit. Israel dengan membabi buta telah mencaplok wilayah kaum Muslim dan inilah penjajahan yang nyata mereka lakukan. Di saat yang sama tidak ada satu pemimpin negara yang mampu menjamin hak-hak kaum Muslim. Yang terjadi pemimpin negeri-negeri Muslim malah berlindung di ketiak Barat dengan mengiyakan kebengisan Israel untuk menguasai Palestina secara utuh. Astaghfirullahal'adzim. 

Masalah Palestina bukan hanya masalah yang bisa diselesaikan dengan donasi atau bantuan medis. Mereka membutuhkan perlindungan totalitas dari kebrutalan Israel. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan perlindungan dalam lingkup institusi, sehingga harta dan nyawanya terlindungi dan terjamin. Inilah duka yang nyata ketika kaum Muslim tidak memiliki Khilafah Islamiah. Tetapi, umat Islam masih belum mau menyadari, kalau mereka membutuhkan Khilafah Islamiah. Hanya dengan berjuang bersama mengembalikan institusi warisan Nabi ini, kaum Palestina terlindungi.

Strategi Islam dalam Mengatasi Kaum Penjajah Israel

Islam sebagai agama dan pandangan hidup tentunya bukan ideologi lemah dan kalah. Justru Islam adalah agama dan ideologi yang mampu memimpin dunia dan menciptakan kedamaian dunia akhirat bagi siapa yang mengembannya. Menghadapi ideologi kufur kapitalisme sekuler yang diemban di era global ini, Islam memiliki metode dan cara yang jelas. Sikap tegas Islam dalam memandang kekufuran tidak akan pernah bisa ditawar. Hak dan batil dalam Islam tidak akan pernah ditawar. Terkait konflik di Palestina, Islam jelas akan menjadi garda terdepan dalam membela dan melindungi umatnya. Karena posisinya Muslim Palestina sedang berhadapan dengan negara kafir penjajah.

Islam sebagai agama dan ideologi tentunya tidak akan kuat jika diemban oleg individu atau kelompok saja. Tetapi, Islam hadir dan harus diemban dalam bentuk negara, yakni khilafah Islam. Hanya dalam wujud daulah Khilafah Islamiah, umat Islam bisa bersatu, kuat, dan amar makruf nahi mungkar ke seluruh dunia. Sehingga, umat Islam mampu menjadi pemimpin dan rujukan dunia dalam segala bidang. Dengan Khilafah Islamiah, ideologi Islam bisa diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga rahmat dan keberkahan akan turun dari langit dan keluar dari bumi. 

Selain itu, kembalinya khilafah yang kedua adalah janji Allah Subhanahu wataala dan bisyarah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, sebagaimana yang ada di hadis berikut ini. "Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." (HR. Ahmad). Tetapi, bukan berarti umat Islam berpangku tangan menunggu tertunainya janji tersebut. Umat Islam harus berikhtiar mengembalikan sesuai metode yang telah Nabi Muhammad SAW contohkan.

Umat Islam harus melakukan dakwah baik individu maupun jamaah. Jamaah dakwah melakukan dakwah sesuai yang Nabi Muhammad Saw contohkan, yaitu sebagai berikut. Metode tersebut tercermin dalam tiga tahapan: (1) pembinaan umat dengan karakter Islam (at-tatsqîf); (2) interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah); (3) penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaaSunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan khilafah Islam pertama kali di Madinah.

Oleh sebab itu, umat Islam harus mewujudkannya kembali dengan memperjuangkannya sebagaimana Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam mencontohkannya. Karena Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat InstituteKhilafah Islamiah yang disampaikan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam benar akan terwujud jika umat Islam mengikuti metode Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam dalam menegakkannya. Jika umat Islam tidak mengikuti metodenya, niscaya khilafah Islam yang disampaikan Nabi belum bisa terwujud. Maka dari itu, tugas umat Islam adalah berjuang, sabar, dan benar sesuai metode yang Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam ajarkan.[]

Oleh: Ika Mawarningtyas 
Direktur Mutiara Umat Institute dan Dosol Uniol 4.0 Diponorogo 

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO, Rabu, 12 April 2023, di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#Lamrad #LiveOpperessedOrRiseUpAgainst

Posting Komentar

0 Komentar