Solusi Resesi Global: Hukum Progresif dan Keadilan Substantif


TintaSiyasi.com -- Direktur Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, pernah memberikan komentar penting terkait ancaman resesi yang melanda dunia. Ia menyebut bahwa pelemahan ekonomi itu kemungkinan besar terjadi. Kristalina mengatakan prospek ekonomi global telah "gelap secara signifikan" sejak April 2022 lalu. Ia mengatakan IMF akan menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global di angka 3,6% untuk tahun 2022. 

Disebutkan bahwa resesi global ini disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi secara hampir bersamaan. Seperti penyebaran inflasi yang lebih universal, kenaikan suku bunga yang lebih substansial, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, dan meningkatnya sanksi terkait dengan perang Rusia di Ukraina. 

Beberapa riset menyebutkan bahwa resesi ekonomi kemungkinan besar terjadi tahun depan. Terbaru, analisa Nomura Holdings menyebutkan bahwa resesi akan dialami negara-negara ekonomi besar seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, Australia, Korea Selatan (Korsel), dan juga zona Euro (Kepala Riset Pasar Global Nomura, Rob Subbaraman). 

Enam negara ini berisiko mengalami resesi yang lebih dalam dari perkiraan jika kenaikan suku bunga memicu kegagalan perumahan dan deleveraging," tulis laporan yang dijelaskan Subbaraman itu. 

Bagaimana dengan China? 

Subbaraman juga memberikan penjelasan terkait China. Menurutnya, China memiliki tren cukup aneh di mana kebijakan nol-Covid tetap diterapkan sementara ekonominya diprediksi bebas dari resesi. Mungkin kita akan kagum dengan keadaan ini, dan boleh jadi hal ini sesuai Ramalan NIC bahwa di tahun 2020-an CHINA menjadi raksasa dan ada pula ramalan khilafah baru akan muncul. 

Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council/NIC) pada Desember 2004, “A New Caliphate provides an example of how a global movement fueled by radical religious identity politics could constitute a challenge to Western norms and values as the foundation of the global system” [Maping The Global Future: Report of the National Intelligence Council’s 2020 Project]. 

Dokumen ini berisikan prediksi atau ramalan tentang masa depan dunia tahun 2020 yang telah lalu. Dalam dokumen tersebut, NIC memperkirakan bahwa ada empat hal yang akan terjadi pada tahun 2020-an yakni: 

(1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia. Cina dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; 

(2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; 

(3) A New Chaliphate: Kebangkitan kembali Khilafah Islam, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; 

(4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (fobia), yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia—kekerasan akan dibalas kekerasan. 

Dari dokumen tersebut jelas sekali bahwa negara-negara Barat meyakini bahwa Khilafah Islam akan bangkit kembali. Menurut mereka, Khilafah Islam tersebut akan mampu menghadapi hegemoni nilai-nilai peradaban Barat yang kapitalistik sekuler. 

Bagaimana dengan Indonesia? 

Tekanan inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) juga mendorong kenaikan suku bunga acuan lebih tinggi. Secara historis tekanan inflasi tinggi di AS direspon dengan kenaikan suku bunga acuan yang tinggi juga di Indonesia. Ini bisa berpotensi menimbulkan gejolak dan volatilitas karena peranan dollar Amerika Serikat di dalam transaksi dunia lebih dari 60% dan ini memberikan dampak signifikan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Kalau kita cermati megapa resesi global khususnya di bidang ekonomi adalah karena potensi kenaikan hutang dan bunga. Dua hal ini lekat dengan pengelolaan perekonomian berbasis sistem kapitalisme sekuler yang jauh dari tuntunan Alloh dan dengan demikian pasti telah terjadi krisis spiritualitas. 

Runtuhnya Sebuah Negeri Bermula dar Krisis Spritualitas. 

Jika anda bertanya, apa sebab peradaban dunia dewasa ini justru bergerak mengalami kemunduran? Sejak dari ancaman perubahan iklim, ancaman kelaparan (krisis pangan), ancaman peperangan dan ancaman dari berbagai wabah penyakit menular, maka salah satu jawabannya dapat ditemukan dalam Al-Qur'an surah Al-Rum. Di dalam Surah ini, Allah SWT memberitahu sebab-musabab hancurnya kerajaan Persia dan Romawi yang pernah menjadi negara adidaya pada masanya. 

Jadi inilah sebab musabab runtuhnya dua kerajaan besar di masa lampau (Persia dan Romawi/Konstantinopel). 

Dari sisi kemajuan pembangunan infrastruktur (pisik/lahiriah), mereka memang terdepan. Ayat ini juga mengakui hal itu. Namun mereka lalai dalam urusan kehidupan akhirat. 

Pola kehidupan semacam ini akan berpengaruh pada hukum-hukum yang ditetapkan dan diterapkan, yakni hukum yang tidak memiliki dimensi keluhuran melainkan hanya berdimensi duniawi yang hanya berdasarkan konsensus manusia yang zalim. Ini terjadi baik dalam sistem sosial  komunisme maupun liberal kapitalisme. Keduanya sekuler dan telah terbukti "menyengsengsarakan" umat manusia dengan tanda-tanda resesi global. 

Apa solusinya? 

Secara singkat dapat dikatakan kita harus kembali kepada hukum progresif yaitu hukum yang berdimensi spritualitas kehidupan. Mengapa begitu? Karena dimensi spritualitas ini memiliki keluhuran, ketinggian, kemuliaan daripada dimensi duniawi. 

Dengan demikian, jika menghendaki Peradaban duniawi kokoh, memiliki kedudukan yang mulia, tinggi, berkeadaban  dan tidak mudah jatuh dalam resesi maka kehidupan spritualitas dalam suatu masyarakat hendaknya diperhatikan dan membingkai hukum yang ditetapkan dan diterapkan.

Hukum apa yang sangat progresif itu? Tidak lain adalah hukum Allah, syariah Islam yang agung dalam mengelola kehidupan dalam segala aspeknya yang jauh dari praktik ribawi. Bagaimana bisa diterapkan? Apakah dalam negara demokrasi bisa? Bisa tetapi tidak kaffah dan cenderung prasmanan sehingga sulit juga untuk berkelit dari ancaman resesi global. Satu-satunya cara untuk dapat terjadi penetapan dan penerapan hukum Islam adalah sistem pemerintahan islam global yang disebut kekhalifahan atau pun imamah. Sistem Pemerintahan dengan Hukum Islam inilah yang akan menjamin hadirnya keadilan substantif. 

Namun, berdasarkan sejarah, kita harus sadar betul bahwa setiap negeri, setiap peradaban tumbuh dan berkembang dalam dua alam sekaligus, secara beriringan (paralel) dalam batas-batas waktu yang telah ditetapkan atasnya. Dan oleh sebab itu, pasti adanya bahwa setiap negeri, setiap peradaban memiliki durasi masa pertumbuhan, perkembangan, dan kejayaannya masing-masing, untuk selanjutnya mengalami keruntuhan pada waktu yang telah ditentukan (oleh Allah) atasnya. Artinya, kekuasaan itu dipergilirkan. 

Kebanyakan, pengabaian kehidupan spritual itu terjadi karena tiadanya keyakinan pada diri seorang individu bahwa pertemuan dengan Allah merupakan keniscayaan yang pasti akan terjadi. Dan karena itu, mereka abai untuk melakukan persiapan-persiapan menyambut saat tibanya masa pertemuan yang dijanjikan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan resesi global selalu berulang terjadi. 

Pertanyaannya adalah: "Apakah meski terlambat ramalan nic akan terbukti dengan melihat fakta-fakta yg muncul sekarang ini? Mana yang akan terbukti? Kebangkitan sistem kekhalifahan baru ataukah makin kokohnya raksasa India, China dan Amerika? Atau justru yang akan terjadi adalah Cycle Of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (fobia), yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia—kekerasan akan dibalas kekerasan". 

Tabik...!!!
Semarang, Rabu: 2 November 2022


Oleh: Prof. Dr. Suteki, S.H.,M.Hum
Pakar Hukum dan Masyrakat

Posting Komentar

0 Komentar