Resolusi Jihad Pemantik Semangat Juang Muslimin Arek-Arek Suroboyo


TintaSiyasi.com -- Menyoal latar belakang penetapan 10 November sebagai hari pahlawan, Filolog dan Sejarawan Salman Iskandar mengungkapkan, resolusi jihad menjadi pemantik semangat juang Muslimin yang ada di kota Surabaya.

"Makanya kemudian resolusi jihad yang memantik semangat juang Muslimin yang ada di kota Surabaya dan kota-kota di sekelilingnya untuk mempertahankan kota," ujarnya di Youtube Khilafah News, dalam acara yang bertajuk Hari Pahlawan: Peran Umat Islam Dibalik Perlawanan Rakyat Surabaya, Sabtu (5/11/2022).

Menurutnya, penting bagi kita kaum Muslim untuk tahu berkenaan dengan perjalanan sejarah bangsa Muslim ini termasuk juga dalam perjuangan arek-arek Suroboyo mempertahankan kota dalam peristiwa perang luar biasa semenjak tanggal 10 November. 

"Tidak ujuk-ujuk perang kan?! Jadi tidak tiba-tiba dan tidak mendadak perang. Tapi ada latar belakang yang menghantarkan atau menyebabkan terjadinya perang," terangnya. 

Ia katakan, secara kronologis ternyata adalah peran Islam dan kaum Muslim untuk menjaga teritorial negeri Muslim ini dari orang-orang imperialis dan kolonialis bangsa-bangsa kafir penjajah. 

"Seruan resolusi jihad tanggal 22 Oktober tidak ditulis, tidak diungkap dan juga tidak diurai lebih lanjut. Sekarang memang ada keputusan dari pemerintah untuk memperingati 22 Oktober, tadi bukan hari jihad, bukan hari resolusi jihad, tapi hari Santri," tuturnya.

Salman Iskandar menyatakan, ini bentuk tidak mengetengahkan atau mengedepankan berkenaan dengan resolusi jihadnya, tapi lebih mengedepankan bahwa hari itu santri bergerak untuk mempertahankan Kota Surabaya. Karena di situ ada Hizbullah, Sabilillah yang merupakan laskar-laskar perjuangan rakyat yang dibentuk oleh pondok-pondok pesantren yang mayoritas adalah santri yang ngaji kepada para Kiai. 

"Betul santri yang bergerak tapi mengapa tidak dikatakan 22 Oktober adalah Hari Resolusi Jihad melainkan Hari Santri?" herannya.

Lanjut ia katakan, ketika peringatan Hari Santri bukan resolusi jihadnya yang dimunculkan, tapi dangdutannya, ataupun peringatan-peringatan yang menjauhkan nilai resolusi jihadnya.

"Makanya penting bagi kita untuk ngaji sejarah khususnya sejarah Islam," tandasnya. [] Lanhy Hafa

Posting Komentar

0 Komentar