Hidup Adalah Ujian, dan Ujian Perlu Persiapan


TintaSiyasi.com -- Sobat. Dunia adalah sekolah atau kampus kehidupan. Pasar adalah kampus kejujuran. Kantor sebagai kampus pelayanan. Jalanan kampus pengendalian diri. Pemukiman kumuh kampus kepedulian. Dan hidup di dunia ini adalah ujian dan ujian perlu persiapan agar momentum dapat diraih dengan penuh kesuksesan.

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ  

Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2) : 155).

Sobat. Allah akan menguji kaum Muslim dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslim menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

Sobat. Sukses itu ditentukan oleh lima tangan:
Pertama. Tantangan, gunung kan kudaki, lautan kuseberangi, training kuikuti, berbagai keahlian kupelajari, praktikum kujalani untuk meningkatkan potensi diri.
Kedua. Garis Tangan. Doa orang tuaku, khususnya almarhum ibuku menjadi berkah melimpah. Terima kasih bunda.
Ketiga . Campur tangan. Tak bisa sukses sendirian. Perlu kerjasama tim. Gunakan otak sendiri dan pinjam otak orang lain. Kerja cerdas adalah men-sahabatkan relasi adalah komitmen kami.
Keempat. Usaha tangan. Dikerjalan dengan ilmu, skill dan pengetahuan, bukan sekedar otot tapi juga otak, kerja keras, kerja cerdas, kerja Ikhlas, kerja tuntas, maka hasil akan memuaskan.
Kelima. Buah Tangan. Beri apresiasi pada sekecil apa pun prestasi yang diraih. Rayakan kemenangan kecil untuk kemenangan besar. Bahagia bila dibagi akan berlipat ganda dan tidak berkurang.

Sobat. Ada masalah, mengapa gelisah? Mari maknai Ar-Rahman, sifat Maha Kasih Allah. 1 % nikmat dibagi untuk seluruh manusia di dunia sejak Nabi Adam sampai akhir zaman. Berpikirlah merdeka. Jadikan pesona dunia sebagai inspirasi surga, seperti Imam Ibnu Hajar, merdeka jangan penjarakan dirimu dalam jeruji maksiat. 

Sobat. Wahai pengembara di penjara dunia, jadilah orang pelancong, orang asing. Nikmati wisata dunia sekedarnya. Kita pasti kembali “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan orang asing atau orang dalam perjalanan.” 

Sobat. Bekali diri dengan amal unggulan. Kirim segera kebaikanmu untuk investasi abadi. Jangan tunda nanti-nanti. Rebut nikmat dahsyat sebesar 99 bagian untuk orang beriman, hamba pilihan Allah. Itulah Ar-Rahim, sifat Maha Penyayang Allah.

Allah SWT berfirman:

ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ  

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk (67) : 2).

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Tuhan yang memegang kekuasaan kerajaan dunia dan kerajaan akhirat serta menguasai segala sesuatunya itu, adalah Tuhan yang menciptakan kematian dan kehidupan. Hanya Dia yang menentukan saat kematian setiap makhluk. Jika saat kematian itu telah tiba, tidak ada suatu apa pun yang dapat mempercepat atau memperlambatnya barang sekejap pun. Demikian pula keadaan makhluk yang akan mati, tidak ada suatu apa pun yang dapat mengubahnya dari yang telah ditentukan-Nya. Allah berfirman:
 
"Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (Al-Munafiqun/63: 11).

Tidak seorang pun manusia atau makhluk hidup lain yang dapat menghindarkan diri dari kematian yang telah ditetapkan Allah, sebagaimana firman-Nya:
 
"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh." (An-Nisa'/4: 78).

Demikian pula dinyatakan bahwa Allah yang menciptakan kehidupan. Maksudnya ialah bahwa Dialah yang menghidupkan seluruh makhluk hidup yang ada di alam ini. Dialah yang menyediakan segala kebutuhan hidupnya dan Dia pula yang memberikan kemungkinan kelangsungan jenis makhluk hidup itu, sehingga tidak terancam kepunahan. Kemudian Dia pula yang menetapkan lama kehidupan suatu makhluk dan menetapkan keadaan kehidupan seluruh makhluk. Dalam pada itu, Allah pun menentukan sampai kapan kelangsungan hidup suatu makhluk, sehingga bila waktu yang ditentukan-Nya itu telah berakhir, musnahlah jenis makhluk itu sebagaimana yang dialami oleh jenis-jenis hewan purba.

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad dan siapa pula yang mengingkarinya. Dari ayat di atas dipahami bahwa dengan menciptakan kehidupan itu, Allah memberi kesempatan yang sangat luas kepada manusia untuk memilih mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan mengikuti hawa nafsunya, atau ia akan mengikuti petunjuk, hukum, dan ketentuan Allah sebagai penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas kehendak diri mereka sendiri. Begitu juga jika mereka memperoleh kebahagiaan, maka kebahagiaan itu datang karena kehendak diri mereka sendiri sewaktu hidup di dunia.

Berdasarkan ujian itu pula ditetapkan derajat dan martabat seorang manusia di sisi Allah. Makin kuat iman seseorang makin banyak amal saleh yang dikerjakannya. Makin ia tunduk dan patuh mengikuti hukum dan peraturan Allah, makin tinggi pula derajat dan martabat yang diperolehnya di sisi Allah. Sebaliknya jika manusia tidak beriman kepada-Nya, tidak mengerjakan amal saleh dan tidak taat kepada-Nya, ia akan memperoleh tempat yang paling hina di akhirat.

Kehidupan duniawi adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang selalu menggunakan akal dan pikirannya memahami agama Allah, dan memilih mana perbuatan yang paling baik dikerjakannya, sehingga perbuatannya itu diridai Allah. Juga untuk mengetahui siapa yang tabah dan tahan mengekang diri dari mengerjakan larangan-larangan Allah dan siapa pula yang paling taat kepada-Nya.

Ayat ini mendorong dan menganjurkan agar manusia selalu waspada dalam hidupnya. Hendaklah mereka selalu memeriksa hati mereka apakah ia benar-benar seorang yang beriman, dan juga memeriksa segala yang akan mereka perbuat, apakah telah sesuai dengan yang diperintahkan Allah atau tidak, dan apakah yang akan mereka perbuat itu larangan Allah atau bukan. Jika perbuatan itu telah sesuai dengan perintah Allah, bahkan termasuk perbuatan yang diridai-Nya, hendaklah segera mengerjakannya. Sebaliknya jika perbuatan itu termasuk larangan Allah, maka jangan sekali-kali melaksanakannya.

Sobat. Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia Maha Perkasa, tidak ada satu makhluk pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya jika Ia hendak melakukan sesuatu, seperti hendak memberi pahala orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau hendak mengazab orang yang durhaka kepada-Nya. Dia Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat kepada-Nya dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berjanji tidak akan melakukan dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan dosa-dosa yang lain.

Pada ayat ini, Allah menyebut secara bergandengan dua macam di antara sifat-sifat-Nya, yaitu sifat Maha Perkasa dan Maha Pengampun, seakan-akan kedua sifat ini adalah sifat yang berlawanan. Sifat Maha Perkasa memberi pengertian memberi kabar yang menakut-nakuti, sedang sifat Maha Pengampun memberi pengertian adanya harapan bagi setiap orang yang mengerjakan perbuatan dosa, jika ia bertobat. Hal ini menunjukkan bahwa Allah yang berhak disembah itu benar-benar dapat memaksakan kehendak-Nya kepada siapa pun, tidak ada yang dapat menghalanginya. Dia mengetahui segala sesuatu, sehingga dapat memberikan balasan yang tepat kepada setiap hamba-Nya, baik berupa pahala maupun siksa. Dengan pengetahuan itu pula, Dia dapat membedakan antara orang yang taat dan durhaka kepada-Nya, sehingga tidak ada kemungkinan sedikit pun seorang yang durhaka memperoleh pahala atau seorang yang taat dan patuh memperoleh siksa. Allah tidak pernah keliru dalam memberikan pembalasan. 

Firman Allah lainnya yang menyebut secara bergandengan kabar peringatan dan pengharapan itu ialah:
 
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." (Al-Hijr/15: 49-50).

Sobat. Ubah cara pandang, bersama Imam Ibnu Hajar kita belajar berpikir besar. Jangan terpesona oleh yang sementara sehingga melalaikan keabadian. Ubah sikap, jangan rakus gunakan dunia seperlunya, ambil yang penting dan miliki core competence dahsyatkan sebagai andalan. Jangan jadi orang generic, biasa, pasaran tak punya merek. Temukan merek dirimu, make your brand. Okelah kita memang orang biasa bukankah kita bisa menjadi luar biasa seperti Ibnu Hajar? Berkaryalah untuk membuat sejarah. Goreskan tinta emas dalam kehidupan Anda!

Sobat. Ujian adalah tanggung jawab pribadi yang mesti diemban. Ujian adalah pembangkit himmah – hasrat dan semangat – untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang utuh dan positif. Demikian menurut Sayyid Quthub.

Sobat. Manusia adalah manusia, bukan malaikat, bukan pula hewan atau setan. Manusia makhluk mulia karena Allah telah memuliakan dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Ia lebih mulia dari malaikat sebab diberi akal untuk bersyukur menggunakan pengdengaran, penglihatan dan hatinya. Namun ia bisa jatuh terhina seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi, menjadi syetan durjana terlaknat bila akal pikirannya tak bermanfaat.

Sobat Ujian itu proses seleksi. Kesulitan merupakan tantangan, seleksi siapa yang paling layak. Kesulitan adalah furqan, garis pembeda. Mana emas mana loyang, mana kawan mana lawan, mana sahabat mana pengkhianat.

Sobat. Jadilah pemenang, bersuara dengan kebaikan, berdendang dengan karya gemilang, bernyanyi dengan prestasi yang dimiliki, tetap bersenandung meski kesulitan mengepung. Itulah energi inti: motivasi, motivasi, dan motivasi. Kecepatan sukses anda sangat tergantung besarnya hasrat yang menyala-nyala pada kesuksesan. 

Salam dahsyat dan luar biasa! []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku The Power of Spirituality – Meraih Sukses Tanpa Batas, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur



Posting Komentar

0 Komentar