Ikuti Jejak Kepemimpinan Rasulullah SAW, Pasti Berhasil!


TintaSiyasi.com -- Ulama Aswaja Kiai Rahmat S. Labib menyampaikan bahwa mengikuti jejak kepemimpinan Rasulullah SAW pasti berhasil.

“Nah oleh karena itu kalau kita bicara kepemimpinan yang berhasil, ya tirulah orang yang berhasil. Jangan orang yang gagal. Dan yang paling berhasil adalah Rasulullah SAW. Maka jika ingin berhasil, ikuti Rasulullah SAW, pasti berhasil,” ujarnya dalam acara Maulid Leadership Forum 1444 H secara online, Sabtu (8/10/2022). 

Kiai Labib menggambarkan kegemilangan kepemimpinan Rasulullah SAW dengan mendirikan sebuah negara (Daulah Islam) yang berhasil menyatukan banyak bangsa dan suku-suku di Jazirah Arab dengan satu kesatuan, yaitu akidah. Bahkan menurutnya, bangsa Arab yang sebelumnya dikenal sangat jahiliah bisa diubah dengan cepat, hanya butuh tiga belas tahun untuk mengubah wajah jazirah Arab yang jahiliah menjadi peradaban yang mulia. 

Kiai Labib mencontohkan, seperti yang dilakukan pada masa Umar bin Khattab ra, yang bisa dikatakan lebih cepat melakukan banyak perubahan hingga melampaui jazirah Arab. Umar ra telah menyatukan Palestina, Persia, Mesir dalam kekuasaan Islam. Meskipun Mesir dahulunya memiliki peradaban dan bahasa sendiri seperti Koptik, Suriani, juga Persia. Namun semua melebur dalam satu bahasa yaitu bahasa Arab. 

"Bahasa Arab menjadi bahasa pilihan. Baik untuk Al-Qur'an, serta kelak menjadi bahasa surga. Juga bahasa dalam tsaqofah-tsaqofah Islam serta bahasa resmi yang dipakai oleh negara dalam Islam. Dan tidak ada kepemimpinan yang demikian berhasil di dunia hari ini," jelasnya. 

Ulama Aswaja tersebut menjelaskan, bahwa kekuatan kepemimpinan tidak cukup hanya dengan adanya kekuasaan semata, melainkan juga harus mewujudkan adanya ikatan antara umat yang dibangun oleh kesatuan akidah, yaitu Islam, barulah suatu negara menuai keberhasilan. 

“Dalam sejarah dijelaskan, kaum Muslim bukan hanya berada dalam kekuasaan, tetapi ummah wahida, ummah Islam. Umat yang mereka disatukan oleh akidah dan agama yang sama. Tidak cukup sampai di sana. Sebab itulah harus adanya/berdiri sebuah daulah (negara) di Madinah. Kalau kita bicara daulah, berarti bicara kekuasaan. Kekuasaan yang menerapkan akidah dan syariah,” imbuhnya. 

Kiai Labib menegaskan bahwa kekuasaan (negara) yang menerapkan kebijakan dalam perundang-undangannharus merujuk kepada akidah, yang menjadi penentu bagi suatu perkara untuk dikerjakan atau ditinggalkan. Menurutnya, itulah yang kemudian disebut sebagai way of life

Lebih lanjut, Kiai Labib menekankan, bahwa seorang Muslim termasuk negara, wajib menjalankan peraturan yang didasarkan oleh akidah Islam agar meraih keberhasilan dalam memimpin. Karena, ia menjelaskan, kepemimpinan berdasarkan akidah Islam sangatlah kuat, menancap dalam individu Muslim (masyarakat) juga negara, sehingga tidak mudah digoyahkan. Ia mencontohkan, meskipun kaum Muslim seperti di Indonesia pernah dijajah oleh Belanda, tetapi tidak mampu mengubah akidah umat Islamnya.

“Belanda telah menjajah Indonesia tetapi tidak bisa mengubah akidah orang Indonesia seperti akidah Belanda. Mungkin ada yang ngikut, tapi jumlahnya tidak seperti pengaruh Islam bagi individu. Dan tidak ada yang mampu mendirikan negara yang bisa dikatakan berhasil seperti keberhasilan dengan menerapkan Islam,” pungkasnya. [] M. Siregar

Posting Komentar

0 Komentar