Salamuddin Daeng: Presiden Jokowi Jangan Diam Saja soal Garuda Indonesia, Bicaralah...

TintaSiyasi.com -- Menyoal adanya restrukturisasi utang dan polemik di PT.  Garuda Indonesia, Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Salamuddin Daeng sayangkan sikap Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

"Presiden Jokowi jangan diam saja soal Garuda Indonesia. Bicaralah dengan Erick Tohir agar melakukan sesuatu. Jangan menonton dan bertepuk tangan  Garuda lenyap ditelan awan, " tegasnya kepada TintaSiyasi.com, Senin (19/9/2022). 

Ia menyayangkan, sikap Presiden Jokowi yang diam saja melihat persoalan maskapai penerbangan Garuda tersebut. Garuda Indonesia tidak akan kembali jika pemerintah tidak berbuat sesuatu. 

"Jadi, Presiden Jokowi dan Menteri Erick Tohir, jawablah permasalahan Garuda secara utuh. Jangan menambah masalah lagi di masa mendatang, "

Salamuddin Daeng menduga, maskapai penerbangan Indonesia tampaknya akan segera diambil-alih yang lain. Secara retoris ia menanyakan, siapakah mereka? Apakah mereka berkuasa lagi di 2024?

"Restrukturisasi utang tidak akan menyelesaikan masalah, namun justru akan menjadikan Garuda terhempas lebih keras, " ujarnya.

Ia mengatakan, setelah terdengar Garuda Indonesia mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran. Maskapai tersebut telah kehilangan uang selama bertahun-tahun (bahkan sebelum pandemi), dan memiliki utang yang melumpuhkan.

"Menteri Negara BUMN Erick Thohir, telah mengungkapkan rencana baru tentang seperti apa Garuda Indonesia yang akan direstrukturisasi, " terangnya. 

Salamuddin menyitir, informasi yang dilansir Bloomberg bahwa Garuda Indonesia akan menghentikan sebagian besar rute internasional, dengan beberapa pengecualian. Termasuk penerbangan haji ke Arab Saudi. Sebagian besar penerbangan jarak jauh akan dioperasikan sebagai bagian dari perjanjian codeshare dengan maskapai lain. 

"Garuda Indonesia akan fokus pada penjualan kelas bisnis, ekonomi premium (yang saat ini tidak dimiliki maskapai), dan kursi ekonomi, pada penerbangan “lokal”.  Garuda Indonesia mungkin tidak lagi menawarkan first class, " paparnya. 

Ia menjelaskan, Garuda yang hanya memiliki 30 pesawat, berniat mengembalikan jumlah armada ke ukuran pra-pandemi, sekitar 120 pesawat. Garuda Indonesia akan memperoleh tambahan pesawat dari perusahaan leasing. "Ini juga akan mengulang kesalahan lama. Ibarat keledai jatuh dua kali dalam lubang yang sama, " terangnya. 

Salamuddin memprediksi, Garuda Indonesia tidak mungkin dapat membayar utang yang akan merestrukturisasi senilai  9,5 miliar dolar Namun, kesepakatan diduga telah dicapai dengan kreditur. 
"Astaga, utang 9 miliar dolar direstrukturisasi itu 135 triliun rupiah. Kalau kurs 25 ribu rupiah per dolar, nanti berapa utang ini? " tanyanya. 

Ia menilai, langkah yang diambil sebagai solusi untuk persoalan Garuda merupakan resep bencana. Ia menyayangkan, maskapai penerbangan  dengan karyawan yang luar biasa, memiliki manajemen yang mengerikan. Tidak memiliki model bisnis yang layak.

"Setidaknya itu yang terjadi secara historis, karena dua mantan Dirut Garuda Indonesia didenda dan ditangkap karena korupsi," pungkasnya. [] Binti Muzayyanah

Posting Komentar

0 Komentar