Keistimewaan Sabar


TintaSiyasi.com -- Sobat. Allah telah menyebutkan kata-kata sabar di 90 tempat dalam Al-Qur'an yang ditambahi keterangan tentang berbagai kebaikan dan derajat yang tinggi serta menjadikan kebaikan dan derajat ini sebagai buah dari sabar. 

Sobat. Tidak ada suatu amal untuk taqarrub kepada Allah melainkan pahalanya diukur dan ditimbang dari kesabaran. Al-Hasan berkata, "Kesabaran itu salah satu dari berbagai harta simpanan yang baik. Allah tidak memberikannya kecuali kepada seorang hamba yang mulia di sisi-Nya."

Sabar itu ada tiga macam: Pertama. Sabar menghadapi musibah. Barangsiapa sabar menghadapi musibah hingga dia dapat menolak musibah itu dengan menganggap baik kedukaannya, maka Allah menetapkan baginya 300 derajat, yang jarak antara satu derajat dengan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Kedua. Sabar untuk taat. Barangsiapa sabar untuk taat, ditetapkan baginya enam ratus derajat, yang jarak antara satu derajat dengan yang lainnya seperti antara batas bumi hingga ke ujung ‘Arsy. Ketiga. Sabar menghindari kedurhakaan. Barangsiapa sabar dalam menghindari kedurhakaan, Allah menetapkan 900 derajat kepadanya, yang jarak antara satu serajat dengan yang lainnya seperti jarak antara batas bumi hingga ke ujung ‘Arsy dua kali lipat (HR.Ibnu Abud Dunya).

Allah SWT berfirman:

مَا عِندَكُمۡ يَنفَدُ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٖۗ وَلَنَجۡزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوٓاْ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (٩٦)

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl (16): 96).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa segala apa yang dimiliki dan datang dari manusia, berupa pemberian harta benda duniawi, adalah terbatas dan ada akhirnya, sedang apa yang ada pada sisi Allah, berupa pahala dan ganjaran dalam surga, tidak ada batasnya, tak putus-putus bahkan selama-lamanya. Maka kepada mereka yang beriman, sabar menghadapi tugas-tugas agama, dan tabah menghadapi penderitaan, Allah pasti memberi ganjaran yang lebih dari apa yang mereka kerjakan. Tuhan menonjolkan sifat sabar atau tabah karena sifat itu merupakan asas dari segala amal perbuatan.

Firman Allah: 

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٣٦)

Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal (asy-Syura/42: 36).

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kesenangan hidup manusia baik berupa kekayaan, rezeki harta yang bertumpuk, maupun keturunan, dan lain-lain adalah kesenangan yang tidak berarti dan kurang bernilai karena bagaimana pun menumpuknya harta, waktu untuk memilikinya terbatas. 

Pada waktunya nanti akan berpisah karena kalau bukan manusia yang meninggalkannya, maka benda-benda itu sendiri yang akan meninggalkan manusia, sedangkan pahala dan nikmat yang ada pada sisi Allah jauh lebih baik dibandingkan dengan kesenangan dan kemegahan dunia itu, karena apa yang ada di sisi Allah kekal dan abadi, sedangkan kesenangan dunia semuanya fana dan akan lenyap. 

Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa kesenangan yang kekal dan abadi itu hanya untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang yang bertawakal dan berserah diri kepada Tuhan yang telah memelihara dan berbuat baik kepada mereka.

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menukil riwayat dari 'Ali yang mengatakan bahwa ketika Abu Bakar mengumpulkan harta dari Bani Murrah beliau mendermakan seluruh uang tersebut untuk kebaikan karena mengharapkan keridhaan Allah. Perbuatannya tersebut dicela oleh orang-orang musyrikin sedangkan orang-orang kafir menyalahkan tindakannya, maka turunlah ayat 36 dan 37 surah ini.

Firman Allah juga:

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا (٤٦)

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan (al-Kahf/18: 46).

Allah menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat memperhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya. Seperti halnya 'Uyainah, pemuka Quraisy yang kaya itu, atau Qurthus, yang mempunyai kedudukan mulia di tengah-tengah kaumnya, karena memiliki kekayaan dan anak buah yang banyak. Karena harta dan anak pula, orang menjadi takabur dan merendahkan orang lain. Allah menegaskan bahwa keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan. Dalam urutan ayat ini, harta didahulukan dari anak, padahal anak lebih dekat ke hati manusia, karena harta sebagai perhiasan lebih sempurna daripada anak. Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin. Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada kebutuhannya terhadap anak, tetapi tidak sebaliknya. 

Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa yang patut dibanggakan hanyalah amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai akhirat, seperti amal ibadah shalat, puasa, zakat, jihad di jalan Allah, serta amal ibadah sosial seperti membangun sekolah, rumah anak yatim, rumah orang-orang jompo, dan lain sebagainya. Amal kebajikan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah daripada harta dan anak-anak yang jauh dari petunjuk Allah SWT, dan tentu menjadi pembela dan pemberi syafaat bagi orang yang memilikinya di hari akhirat ketika harta dan anak tidak lagi bermanfaat.

Sobat. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda, ”Tidaklah orang Muslim ditimpa sakit, kelelahan, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan kesusahan, termasuk pula dari yang menusuknya, melainkan Allah menghapus sebagian dari kesalahan-kesalahannya” (HR Bukhari dan Muslim).

Sobat. Di antara adab sabar adalah harus dipakai pada awal terjadinya goncangan, al-istirja’ saat ditimpa musibah yaitu mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Menenangkan anggota tubuh dan lidah serta boleh menangis. Tidak menampakkan pengaruh musibah terhadap orang yang terkena musibah. Jika suatu musibah memungkinkan untuk disembunyikan, maka menyembunyikan merupakan kenikmatan dari Allah yang tidak terlihat mata.

Sobat. Ali bin Abu Thalib ra berkata, ”Di antara wujud pengagungan terhadap Allah dan mengetahui hak-nya ialah janganlah engkau mengeluhkan sakitmu dan janganlah menyebut-nyebut musibahmu.” []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar